Berkembang 10.000 Tahun Lalu?

89.Berkembang 10.000 Tahun Lalu?

4 Agustus 2013. Banyak yang meyakini atau menelan saja dogma ilmu pengetahuan bahwa peradaban dunia sekarang 4 Agustus 2013. Banyak yang meyakini atau menelan saja dogma ilmu pengetahuan bahwa peradaban dunia sekarang

Sebelum itu diyakini, zaman masih primitif, manusia hidup di alam dan gua-gua sebagai para pemburu dan peramu (hunterers and gatherers).

Atas keyakinan inilah, seorang arkeolog senior ketika diwawancara Metro TV bersikukuh bahwa “impossible” ada produk peradaban tinggi di dunia yang usianya lebih tua dari Piramid Giza (~5000 tahun lalu) dan Budaya Mesopotamia (6000 tahun lalu), apalagi di Indonesia.

Arkeolog itu berseloroh, kalaupun ada, maka yang membuat itu tentulah mahluk UFO.

Anehnya, sejalan dengan dogma ini, dunia ilmiah mengakui bahwa tidak bisa memahami fenomena budaya hebat kuno seperti Piramid Giza dan punden berundak Machu Pichu.

Sampai sekarang, belum ada penjelasan tuntas dari dunia ilmiah mainstream tentang bagaimana membuat piramid dan buat apa piramid dibuat?

Dengan enteng, dunia ilmiah hanya menyebutkan, peninggalan- peninggalan kuno tersebut sebagai “keajaiban dunia” (sebuah ungkapan implisit bahwa pengetahuan sejarah sekarang tidak bisa menjelaskannya).

Akhirnya, pembuatan piramid oleh kalangan tertentu sering dikaitkan dengan keberadaan UFO.

Sedangkan para ilmuwan Spanyol yang dulu meneliti Machu Pichu, akhirnya frustasi dan menyimpulkan bahwa bangunan tersebut dibuat dengan bantuan setan.

Kebingungan dunia ilmiah tentang sejarah peradaban manusia bertambah ketika dalam 2 tahun terakhir ini, di Gobekli Tepe, wilayah Turki, ditemukan situs bangunan dari lempeng batu granit berukir dibawah sebuah bukit yang hebat dan besar.

Usianya 11.600 tahun lalu (http://www.gobeklitepe.info/) dan kondisinya dalam keadaan sudah ditimbun dengan sengaja oleh manusia pada sekitar 9000 tahun lalu.

Meski ada temuan ini, para arkeolog yang tidak mau melawan dogma, masih saja bilang -- walaupun gagap-- bahwa yang membuat monumen hebat dan menimbunnya itu adalah para “hunters and gatherers.” Untuk apa monumen Gobekli Tepe dibuat, itupun tidak diketahui pasti.

Namun seperti jawaban klise umumnya, dikatakan kemungkinan besar tempat itu adalah untuk tempat pemujaan.

Umur situs megalitikum Gunung Padang dari lapisan tertuanya kelihatannya se-zaman dengan Gobekli Tepe ini. Hasil carbon dating dari tanah timbunan setebal 7 meteran di atas situs tersebut juga mengindikasikan umurnya sekitar 9000-an tahun lalu. Ini satu kesesuaian kronologi yang sangat menarik.

Yang kelihatannya jarang disimak atau dipikirkan serius adalah fakta ilmiah bahwa spesies manusia modern (yang Yang kelihatannya jarang disimak atau dipikirkan serius adalah fakta ilmiah bahwa spesies manusia modern (yang

Artinya, apabila benar peradaban baru berkembang sejak 10.000 tahun lalu, maka pertanyaan ilmiahnya yang muncul, kenapa selama 130 hingga 190.000 tahun sebelumnya manusia tidak berkembang?

Penemuan ini

Mustahil orang hanya leha-leha

sangat

saja di gua-gua, puas dengan

penting

main-main batu.

karena mebuktikan

Bagi yang senang dunia religi, bisa

situs Gunung

juga direnungkan: Benarkah Sang

Padang yang

Khalik membiarkan mahluk paling

merupakan

sempurnanya untuk hidup sia-sia

bangunan

sekian lamanya?

yang jauh lebih tua dan

Lebih konyol lagi, dibanyak buku-

lebih besar

buku literatur diajarkan bahwa

daripada

Nabi Adam tersebut baru ada di

Candi

Bumi setelah 10.000 tahun lalu.

Borobudur

Entah apa dasarnya? Kalau hal itu benar, maka manusia sebelum Adam itu apa? Atau umat siapa?

Apabila ada yang berargumen bahwa sebelum 10.000 tahun itu belum menjadi “manusia sempurna” atau mahluk pra-

manusia maka itu jelas mengada-ada karena kontradiktif dengan pengetahuan mainstream saat ini yang meyakini manusia maka itu jelas mengada-ada karena kontradiktif dengan pengetahuan mainstream saat ini yang meyakini

Agama sebaliknya malah mengajarkan bahwa peradaban manusia sudah maju sejak dahulu kala tapi berkali-kali hancur oleh bencana katastrofi dahsyat seperti seperti diilustrasikan dalam kisah Nabi Nuh, Kaum Tsamud (Nabi Shaleh), Kaum Aad (Nabi Hud) dan lain lain.

Sejarah geologi tentang letusan Gunung Toba sekitar 70.000 tahun lalu mengajarkan kita bahwa populasi dunia hancur total mendekati punah. Kisah Nabi Nuh juga mengatakan hal yang sama karena bencana banjir besar.

Sayangnya, dalam kitab suci memang tidak dikatakan waktu dan tempat kejadiannya, namun kalau saya disuruh untuk meletakkan kapan terjadinya banjir besar Nabi Nuh, maka kemungkinan besar kejadiannya sebelum 8000 tahun lalu, karena setelah itu dalam sejarah geologi tidak ada lagi banjir besar yang melanda dunia.

Jadi, anti-thesis dari thesis bahwa perkembangan peradaban manusia itu baru sejak 10.000 tahun lalu adalah bahwa: “peradaban manusia itu sudah berkali-kali maju tapi berkali-kali pula hancur karena bencana besar sehingga umat setelahnya kembali membangun peradaban dari awal.”

Hal yang sama dikatakan dalam Naskah Critias-nya Plato. Tidak akan ada loncatan dalam perkembangan Ilmu pengetahuan apabila tidak ada temuan baru yang belum ada.

Setiap temuan baru yang kontradiktif dengan pengetahuan yang ada, akan selalu menuai kontroversi.

Namun, alangkah baiknya apabila kontroversi itu disampaikan ke masyarakat dengan benar, sehingga berguna dalam rangka memasyarakatkan budaya riset dan mencerdaskan bangsa.

Data bawah permukaan dan analisa riset yang mengindikasikan adanya bangunan di bawah permukaan, tidak sepantasnya di sejajarkan hanya dengan opini dan imajinasi ahli tanpa didukung data.

Dengan kata lain, pihak yang berkeyakinan bahwa di bawah permukaan situs tidak ada lapisan peradaban harus juga didukung oleh data tidak dinyatakan "out of the blue" atau bahkan malah dengan arogan menuduh pihak lain tidak melakukan riset dengan benar.

Isu “kontroversi semu” tidak membantu riset menjadi lebih seru, tajam dan komprehensif sebaliknya malah menjadi kontra-produktif. Kecuali, kalau memang demikian tujuannya. Wallahualam. (Danny Hilman Natawijaya)