Menemukan Kembali Pengetahuan

09.Menemukan Kembali Pengetahuan

Sejak tahun-tahun yang sarat bencana alam, membuat kesadaran masyarakat tentang kebencanaan mulai bangkit.

Kelangkaan catatan ilmiah dan rekaman sejarah membuat Indonesia

untuk mengenali, mempelajari, menganalisis watak bencana yang terjadi di Indonesia.

kehilangan

pijakan

Masyarakat mulai sadar akan pengetahuan umum bahwa geografis wilayah Indonesia berada di tiga lempeng tektonik utama yang aktif, yaitu lempeng Eurosia, lempeng Pasifik, dan lempeng Hindia Australia, menjadi potensi bencana.

Ketiga lempeng tersebut, jika berinteraksi satu sama lain, saling bergerak, menyebabkan terjadinya gempa bumi. Itulah yang dialami Indonesia hampir setiap tahun.

Bahkan sejumlah penelitian yang selama ini pernah dilakukan, kini kembali menjadi referensi untuk memahami potensi dan watak bencana.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat, wilayah Indonesia digempur 13 tsunami selama 44 tahun terakhir, sejak 1965 hingga 2009. Dari 13 kali tsunami itu, korban terbanyak terjadi di Aceh pada 26 Desember 2006.

Peneliti tsunami LIPI, Irina Rafliana menyatakan, gelombang tsunami tertinggi yang menerjang wilayah pesisir Indonesia terjadi pada 12 Desember 1992 dengan tinggi mencapai 26 meter.

tsunami terbesar pada

Dalam 44 tahun terakhir, tsunami

26 Desember

pertama terjadi di Seram, Maluku,

2004 melanda

24 Januari 1965 dengan ketinggian

Aceh dengan

gelombang empat meter dan

Selanjutnya, pada 11 April 1967

mencapai 10

terjadi di Tinabung, dengan

meter dan

jumlah korban tewas 58 orang.

menewaskan 79.940 orang

Pada 14 Agustus 1968 di Tambu, Sulawesi Tengah menewaskan 200 orang dengan ketinggian gelombang mencapai 10 meter. Kemudian 23 Februari 1969 di Majene, Sulawesi Selatan dengan tinggi gelombang mencapai 10 meter dan menewaskan 64 korban.

Pada 19 Agustus 1977, gelombang tsunami setinggi 15 meter menerjang pesisir Sumbar, Nusa Tenggara Timur Pada 19 Agustus 1977, gelombang tsunami setinggi 15 meter menerjang pesisir Sumbar, Nusa Tenggara Timur

Pada 12 Desember 1992 terjadi tsunami dengan ketinggian mencapai 26 meter di Flores, NTT dengan korban jiwa mencapai 2.100 orang.

Pada 2 Juni 1994 tsunami setinggi 14 meter melanda Banyuwangi, Jawa Timur menyebabkan 238 korban tewas.

Pada 1 Januari 1996 tsunami setinggi enam meter melanda Palu, Sulawesi Tengah dengan sembilan korban tewas.

Kemudian 17 Februari 1996 tsunami setinggi 12 meter menerjang pesisir Biak, Papua menyebabkan 160 orang tewas dan 28 Nevember 1998 di Taliabu, Maluku Utara tsunami dengan ketinggian tiga meter menyebabkan 34 orang tewas.

Pada 4 Mei 2000 tsunami setinggi tiga meter melanda Banggai, Sulteng menyebabkan 50 korban tewas dan tsunami terbesar pada 26 Desember 2004 melanda Aceh dengan ketinggian gelombang mencapai 10 meter dan menewaskan 79.940 orang.

Sejarah tsunami yang berulang-ulang itu telah memberikan pengetahuan lokal tentang siaga bencana bagi masyarakat di daerah rawan bencana.

Perbedaan cara siaga bencana ini disampaikan masyarakat lokal secara turun temurun, seperti dalam bentuk nyanyian, Perbedaan cara siaga bencana ini disampaikan masyarakat lokal secara turun temurun, seperti dalam bentuk nyanyian,

Tak hanya tsunami, Pusat Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, dalam kurun 13 tahun terakhir (1997-2009) sebanyak 6.632 kali bencana terjadi di Indonesia. Ini menunjukkan bahwa negara kepulauan ini memang rawan bencana.

Bencana paling banyak terjadi pada tahun 2008 yang mencapai 1.302 kali. Setelah 2007 bencana paling banyak kedua terjadi pada 2004 mencapai 895 kali, disusul tahun 2007 sebanyak 888 kali, tahun 2006 (851), tahun 2005 (693), tahun 2003 (532) dan tahun 1998 (497).

Sedangkan, jumlah bencana paling sedikit terjadi pada tahun 1997 yakni hanya 4 kali, disusul tahun 2000 sebanyak

82 kali dan tahun 1999 sebanyak 101 kali,

Sementara itu, jumlah bencana melanda Indonesia selama 2009 (dalam pendataan) dan telah terdata sebanyak 498 kali.

Jenis bencana yang melanda wilayah Indonesia didominasi banjir yang mencapai 35 persen dari total 6.632 kali bencana, disusul kekeringan (18 persen), tanah longsor, angin topan dan kebakaran, masing-masing 11 persen. Untuk bencana banjir yang disusul tanah longsor tercatat sebanyak 3 persen dari total jumlah bencana tersebut.