Bahan Bakar Gas

3. Bahan Bakar Gas

Bahan bakar gas (1313G) yang digunakan untuk pembangkitan tenaga listrik umumnya gas bumi, yaitu gas yang didapat dari dalam bumi yang berasal dari kantong gas yang hanya berisi gas yang dalam bahasa Inggris disebut natural gas, atau dari kantong gas yang ada di atas kantong minyak yang dalam bahasa Inggris disebut petroleum gas (lihat Gambar III.61 A dan Gambar III.61 B).

Masalah Operasi pada Pusat-Pusat Listrik

Bahan bakar cair dan bahan bakar gas adalah sama-sama persenyawaan hidrokarbon. Hanya saja gas dalam keadaan normal artinya pada sulm dan tekanan udara bebas berada dalam fase gas

karena titik didihnya (yang juga titik embunnya) berada jauh di bawah O 0

C. Agar dapat dengan mudah diangkut dalam jarak yang jauh, ada gas yang

dicairkan dalam bejana bertekanan finggi seperti liquefied natural gas (LNG) dan elpiji (liquefied petroleum gas /LPG). Gas elpiji dalam tabung banyak digunakan sebagai bahan bakar keperluan rumah tangga di Indonesia. Gas LNG dari Indonesia diekspor, antara lain ke Jepang di mana di Jepang digunakan untuk pembangkitan tenaga listrik.

Di Indonesia, pusat-pusat listrik yang menggunakan BBG umumnya dipasok melalui pipa. Pipa pemasok gas adalah milik perusahaan gas atau milik PERTAMINA. Instalasi pipa pemasok gas harus dilengkapi dengan pengatur tekanan, katup penyetop pasokan, pengukur pemakaian gas, saringan serta penangkap air dan kotoran. Pasokan gas bagi pusat listrik, misalnya bagi PLTU dan PUG, tekanannya sedikit mungkin harus konstan agar tidak menyebabkan nyala gas (lidah api gas) dalam ruang bakar terganggu yang selanjutnya dapat menimbulkan gangguan penyediaan tenaga listrik.

Berbeda dengan pada pemakaian bahan bakar padat dan bahan bakar cair, pada pemakaian bahan bakar gas, tidak ada tempat penimbunan. Tetapi pada pemakaian gas, bahaya terjadinya kebakaran paling besar. Hal ini disebabkan oleh kebocoran gas tidak terlihat oleh mata.

Pemakaian bahan bakar gas umumnya dinyatakan dalam standard cubiefoot (SCF), di mana yang dimaksud dengan standard di sini adalah dalam keadaan suhu 60T (Fahrenheit) dan tekanan 30 inci air raksa (Hg). Dalam pembangkitan tenaga listrik, sering digunakan besaran MMSCF, yaitu juta standard cubic foot. Karena keadaan di lapangan seringkali tidak sama dengan keadaan standard tersebut di atas, maka diperlukan rumus untuk mengkonversikan keadaan lapangan ke keadaan standard:

p m -p n x 520 x V m (3-4) 30t m + 460

Keterangan:

V 3 m =volume gas pada tekanan pm dan suhu tm [cubic foot = ft ] p m =tekanan absolut gas pada alat pengukur [inci Hg] p n =tekanan uap air yang diambil dari tabel standar tekanan uap [inci Hg] t m .=suhu gas pada alat ukur [Fahrenheit]

224 Pembangkitan Tenaga Listrik

Nilai p n bisa didapat dari Tabel III.5 yang menggambarkan sifat termodinamika dari uap.

Tabel III.5

Hubungan Tekanan Uap dengan Suhu Suhu (derajat F)

Tekanan (inch Hg) Keterangan 40 0,2478 45 0,3004 50 0,3626 55 0,4359

1. Hubungan antara derajat

Fahrenheit dan derajat

Celcius: °C = (°F-32) x

2. 1 inch = 2,54 cm Hg

3. 30 inci Hg praktis = 76

inch Hg, yaitu tekanan

udara (barometer) di tepi 90 pantai.

Gambar III.61 A

Kantong Gas Berisi Gas Saja (Natural Gas)

Gambar III.61 B

Masalah Operasi pada Pusat-Pusat Listrik

Tabel III.6.

Komposisi Gas Alam dari Berbagai Tempat

Densi T y Kg/ Asal Komposisi dalam % volume Kcal/kg m3

CO H 2 CH 4 C 2 H 6 C 2 H 8 C 2 H 4 H 2 SCO 2 N2 Ho Hu Califomia (USA)

7.2 4.3 0,5 - 10.900 9.860 Texas (USA)

a,2 7,7 8.930 8.030 Jerman (Bentheim)

- 1,2 9.380 8.440 Mali (Cortemaggiore)

1,4 1,2 9.380 8.440 Perancis (Lacq. Raw) 1,034 -

15,30 9.60 - 8.740 7.900 Perancis (Lacq. Pure)

- 0,4 9.780 8.800 Sahara (Hassi WWI)

0,5 4,8 11.040 9.990 USSR (Saratow)

0,6 2,3 9.640 8.680 Sumber Djiteng Marsudi, hal. 143

Dari uraian di atas, terlihat bahwa kebutuhan oksigen O 2 untuk

pembakaran gas alam tergantung pada komposisinya. Seperti halnya pada bahan bakar minyak, komponen terbesar pada gas alam seperti terlihat pada Tabel III.6 adalah CH4 (methane) dan gas ini akan terbakar.

Dibandingkan dengan batubara dan bahan bakar minyak, sebagai bahan bakar, gas alam relatif lebih bersih karena tidak membawa banyak unsur yang berasal dari dalam tanah yang dapat merusak alat-alat unit pembangkit, seperti silika, belerang, vanadium, kalium, dan natrium. Oleh karena. itu, unit pembangkit termal yang memakai gas bisa mempunyai selang waktu pemeliharaan yang lebih lama dibanding apabila memakai batubara atau memakai BBM.