Beberapa Spesifikasi Bahan Bakar

N. Beberapa Spesifikasi Bahan Bakar

Selain calorific value (nilai kalori), masih ada lagi beberapa spesifikasi bahan bakar terutama bahan bakar minyak (BBM) yang sering diperlukan dalam praktik. Spesifikasi ini antara lain:

232 Pembangkitan Tenaga Listrik

1. Viskositas (viscosity)

Viskositas kinematik BBM (cairan) menggambarkan kekentalan BBM dan hal ini berkaitan dengan tahanan yang dialaminya apabila mengalir melalui pipa atau lubang kecil. Sebagai contoh pemakaian BBM marine fuel oil (MFO) memerlukan pemanasan terlebih dahulu untuk mengurangi viskositas kinematiknya sebelum bisa digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel agar tidak menyumbat pengabut mesin diesel bersangkutan.

Viskositas dinamik BBM adalah viskositas kinematik kali massa jenis BBM. Viskositas kinematik diukur dalam Stokes (St), sedangkan viskositas dinamik diukur dalam Poise (P). Sering digunakan centistokes (cSt) = 1072 Stokes.

2. Titik Tuang (Pour Point)

Titik tuang minyak (cairan) adalah suhu terendah di mana, minyak masih dapat dituang. Hal ini diperlukan di daerah beriklim dingin dalam kaitan dengan keperluan menuang BBM atau pelumas di mana satuannya

0 adalah dalam derajat ( 0 C) Celcius atau, derajat (

F) Fahrenheit.

3. Titik Nyala (Flash Point)

Titik nyala adalah suhu terendah minyak harus dipanaskan agar menghasilkan uap secukupnya untuk bercampur dengan udara dan dapat

menyala (flamable) bila dilewati angka api kecil. Satuannya adalah 0 0 derajat (

C) Celcius atau, derajat (

F) Fahrenheit.

4. Titik Bakar (Ignition Point)

Titik bakar adalah suhu terendah di mana pada kondisi cukup oksigen, 0 pembakaran spontan terjadi. satuan titik bakar adalah derajat ( 0 C) Celcius atau derajat (

F) Fahrenheit. Titik bakar minyak baik BBM maupun minyak perlu diperhatikan dalam

kaitannya dengan suhu, ruangan tempat penyimpanannya. Apabila suhu ruangan penyimpanan mencapai titik bakarnya, maka minyak yang disimpan tersebut akan menyala sendiri dan menimbulkan kebakaran.

Kebakaran-kebakaran yang terjadi di pusat listrik, antara lain disebabkan oleh adanya minyak pelumas atau BBM yang bocor atau meluap dari tangkinya, kemudian mengenai asbes isolasi pembalut pipa gas buang PLTD atau pipa uap PLTU yang suhunya mencapai titik bakar minyak yang mengenainya sehingga minyak tersebut menyala sendiri dan menimbulkan kebakaran dalam pusat listrik.

Masalah Operasi pada Pusat-Pusat Listrik

Titik bakar batubara lebih tinggi dari pada fitik bakar BBM. Oleh karena itu, start pembangkit listrik dilakukan dengan menggunakan BBM karena suhu ruang bakar masih rendah.

5. Titik Api (Fire Point)

Titik api adalah suhu terendah minyak yang harus dipanaskan untuk menghasilkan uap secukupnya agar bercampur dengan udara dan dapat terbakar selama paling sedikit 5 detik.

0 Satuan titik api adalah derajat ( 0 C) Celcius atau, derajat (

F) Fahrenheit. Suhu ini juga perlu diperhatikan seperti halnya titik bakar, walaupun

penyalaan minyak yang terjadi belum stabil, paling sedikit 5 detik, tetapi hal ini sudah membahayakan.

6. Angka Oktan (Octane Number)

Angka oktan adalah angka yang menggambarkan banyaknya dalam persentase (%) volume isooctane dalam campuran yang terdiri dari isooctane dan n-heptane yang tidak menimbulkan letupan (knock) pada minyak bakar yang diuji dalam ruang kompresi sebuah silinder motor bakar.

Satuan angka oktan adalah persen (%). Angka oktan = 70 berarti pada bahan bakar yang mempunyai angka oktan ini 70 % volumenya adalah isooctane dan 30 % volumenya adalah n-heptane. Angka oktan beberapa BBM adalah: Bensin 80-85 Premium 95-98 Super 99-100 Makin tinggi angka oktannya, maka makin tinggi perbandingan kompresi silinder motor bakar yang bisa digunakan.

Dari tinjauan termodinamika, makin tinggi perbandingan kompresi yang digunakan, makin efisiensi motor bakar yang didapat.

Pada motor bensin, penyalaan kabut BBM dalam silinder dilakukan menggunakan busur listrik dari busi sehingga dapat digunakan bahan bakar dengan angka oktan tinggi yang tidak akan menyala sebelum ada loncatan busur listrik dari busi. Pada motor diesel bahan bakar diharapkan agar menyala sendiri (tanpa busur listrik dari busi) saat mencapai akhir langkah kompresi. Oleh karena itu, dapat digunakan BBM yang lebih murah daripada BBM motor bensin.

234 Pembangkitan Tenaga Listrik

7. Uji Ketergilingan (Grindability Test)

Uji ketergilingan adalah pengujian untuk menentukan tingkat ketergilingan relatif atau kemudahan menghancurkan batubara yang sedang diuji dengan membandingkannya terhadap batubara standar.

Hasil dari uji ketergilingan ini menggambarkan tingkat kekerasan batubara yang diperlukan untuk membuat desain mesin giling batubara, pada PLTU.