Pemadam Kebakaran

M. Pemadam Kebakaran

Bahaya kebakaran pada pusat-pusat listrik termis relatif besar, karena adanya bahan bakar dalam jumlah besar yang mudah terbakar. Kebakaran pada dasarnya adalah suatu reaksi kimia dengan oksigen

(O 2 ). Kebakaran hanya bisa terjadi kalau:

1. Ada bahan yang bisa terbakar (fuel)

2. Tercapai suhu yang cukup tinggi, yaitu suhu titik nyala dari bahan yang akan terbakar (ignition source).

3. Ada oksigen yang cukup untuk terjadinya kebakaran (oxygen). Untuk mencegah terjadinya kebakaran, maka tiga unsur tersebut di atas

(yang sering disebut "segitiga bahaya" (hazard triangel) harus dicegah agar tidak timbul secara bersamaan.

Apabila sampai terjadi kebakaran, maka alat pemadam kebakaran umumnya berfungsi menghilangkan unsur b dan unsur c. Menghilangkan unsur b, yaitu suhu yang tinggi, dilakukan dengan cara menyemprotkan air.

Sedangkan untuk menghilangkan oksigen, dapat dilakukan dengan cara, menyemprotkan serbuk kimia yang akan mengisolir (mengurung) api terhadap oksigen, atau dapat juga dilakukan dengan menyemprotkan gas

CO 2 untuk mengusir oksigen yang bertemu dengan api. Pada pusat-pusat listrik, umunmya dipasang instalasi pemadam +

kebakaran yang akan menyemprotkan air atau menyemprotkan gas CO 2

230 Pembangkitan Tenaga Listrik

yang tergantung pada jenis bahan yang menimbulkan kebakaran. Apabila kebakaran ditimbulkan oleh cairan yang mudah terbakar (bensin, minyak, dan lain-lain).

Air tidak dapat digunakan karena pembanjiran tempat kebakaran dengan air akan menyebarkan cairan yang sedang terbakar tersebut sehingga api makin meluas.

Bentuk kebakaran seperti ini (kebakaran kelas B) yang terbaik adalah pemadam kimiawi kering (bubuk) disusul oleh C0 2 . Apabila kebakaran terjadi pada bagian-bagian listrik yang bertegangan (kebakaran keluar Q air tidak juga dapat digunakan karena air dapat menghantar listrik; pada

keadaan ini pun C0 2 dan pemadam kimiawi kering (bubuk) adalah pemadam yang terbaik. Untuk kedua jenis kebakaran ini, pemadam kimiawi kering (bubuk) adalah yang terbaik karena di samping menyelungkupi nyala api agar tidak berkontak dengan oksigen udara; penyelungkupan ini juga melindungi petugas pemadam dari radiasi panas nyala api.

Melakukan langkah-langkah untuk mencegah kebakaran adalah lebih baik daripada memadamkan kebakaran yang sudah terjadi. Langkah- langkah pencegahan ini antara, lain adalah:

1. Menjauhkan bahan yang mudah terbakar, misalnya bahan bakar dari suhu yang tinggi. Tangki bahan bakar minyak atau minyak pelumas, terutama apabila ditaruh di tempat yang tinggi harus diperhatikan agar bocorannya atau luapannya tidak menyentuh atau mengenai sesuatu yang bersuhu tinggi, niisalnya pipa gas buang atau pipa uap.

2. Timbunan batu bara harus secara teratur dibalik dan disemprot air untuk mencegah terjadinya penyalaan sendiri (self ignition).

3. Dilarang keras merokok di sekitar instalasi bahan bakar, terutama instalasi bahan bakar gas.

4. Kontak-kontak dan sambungan listrik harus tertutup rapat pada instalasi bahan bakar.

Masalah Operasi pada Pusat-Pusat Listrik

Gambar III.65

Transformator yang sedang mengalami kebakaran dan sedang diusahakan untuk dipadamkan dengan menggunakan air

5. Dilarang keras melakukan pekerjaan las pada instalasi bahan bakar yang belum dikosongkan.

6. Instalasi bahan bakar harus dilindungi terhadap sambaran petir.

7. Alat-alat proteksi dari instalasi listrik perlu diuji secara periodik agar pasti berfungsi apabila terjadi gangguan hubung singkat sehingga tidak timbul kebakaran.

Personil pusat listrik harus secara periodik dilatih memadamkan kebakaran sehingga jika sampai terjadi kebakaran, kebakaran tersebut dapat segera dipadamkan.

Alat-alat pendeteksi terjadinya kebakaran harus diuji secara periodik sehingga terjadinya kebakaran dapat diketahui sedini mungkin. Selain instalasi pemadam kebakaran yang terpasang pada bangunan, harus tersedia pula alat-alat pemadam kebakaran yang mobile yang dapat dipindahkan ke tempat yang memerlukannya setiap saat.