Sumbangan Teoritik: Dualitas Inkorporasi

E. Sumbangan Teoritik: Dualitas Inkorporasi

Dari telusuruan di atas sebagaimana ditunjukkan oleh diagram alur studi dan perangkaan teoritik pada kahir Bab II, terlihat jelas bahwa Penulis menggunakan wawasan teoritik antropologi sosial dan teoritik sosiologi. Dari antropologi sosial teori-teori etnisitas menjadi wilayah jelajah. Etnisitas (etnogenesis) tidak bisa dijelaskan dari satu perspektif teoritik semata.

mengharuskan kita menggunakan silang wawasan dan komponen-komponen mereka. Kita tidak bisa mengatakan bahwa etnik terbentuk sebagai proses produkasi kultural-primordial semata atau sebaliknya hanya sebagai proses konstruksi sosial yang dibangun oleh manusia atau para aktor sosial. Oleh karena itu muncul teori konvergensi.

Kompleksitas

etnisitas

Dalam alur studi Penulis mencari titik poros (axial) krusial etnogenesis atau proses kemenjadian suatu etnik. Penulis menemukannya dalam komponen utama teorisasi etnik yang dikemukakan oleh Fredrik Barth, yaitu ethnic boundary. Ethnic boundary adalah ruang demarkasi imajinatif etnik yang memagari entias etnik dan para anggotanya dalam perjumpaan dengan kelompok etnik yang lain. Ketika terjadi perjumpaan lintas etnik, mereka dilingkari oleh masing- masing etnik boundary. Di titik perjumpaan inilah terjadi proses dan dinamika negosiasi lintas etnik. Barth menekankan pada bagaimana masing-masing kelompok etnik berusaha memelihara wilayah batas etnik mereka. Ada titik-titik yang diizinkan oleh masing-masing pihak berlangsung perjumpaan dan berlangsung interaksi yang bisa membawa kepada modifikasi kekhasan kultural maupun segi-segi tertentu dari identitas sosial masing-masing kelompok. Proses sedemikian yang Penulis rumuskan sebagai dualitas proses, yakni penerimaan (inklusi) dan penolakan kritikal.

Yang terpenting di sini adalah kelangsungan kekhasan kultural dan identitas sosial kelompok tergantung penuh pada

238 Strategi Budaya Rumpun Etnik Mbaham Matta Kabupaten Fakfak dalam Perjumpaan dengan Agama-agama dan Otoritas Politik-Ekonomi

maintenance of ethnic boundary. Kelompok cenderung mempertahankan batas-batas terluar dari wilayah sosial- kulturalnya. Sebagian besar area batas etnik cenderung ditutup untuk melindungi kekhasan budaya dan identitas sosial. Itu berarti identifikasi berserta kekhasan-kekhasan kultural kelompok internal sangat diutamakan. Sementara proses dan dinamika negosiasi di wilayah luar, yakni dalam perjumpaan dengan kelompok lain cenderung diabaikan. Mekanisme pertahanan diri kultural menjadi sangat dominan. Bila larut ke dalam wilayah batas etnik lain, mereka akan kehilangan identitas sosial dan kekahasan kultural asal. Sisi ini sudah dikritik oleh antara lain R. Jenkins. Menurut Jenkins, karena terlalu fokus pada proses identifikasi internal kelompok Barth mengabaikan dan gagal menjelaskan dinamika kategorisasi sosial yang berlangsung di luar batas- batas sosial etnik. Jenkins telah menambahkan bahwa dalam proses-proses kategorisasi sosial lintas kelompok ini berlangsung tarung kekuasaan perebutan hegemoni kategori dan penguasaan sumber-sumber atau modal-modal sosial- kultural satu keompok atas kelompok lain. Tetapi Jenkins pun masih terikat pada konsep askripsi-diri dalam kelompok atau identifikasi kelompok dan askripsi oleh orang atau kelompok lain dalam proses kategorisasi sosial.

Bagi Penulis pada titik ini terjadi kemandegan dalam menjelaskan lebih jauh perjumpaan lintas kelompok etnik dengan masing-masing wilayah batas sosial-kultural. Seolah hanya ada dua pilihan: fokus pada proses-proses identifikasi dalam sistem sosial mempertahankan wilayah batas etnik atau membuka batas-batas sosial etnik masuk dalam ruang tarung kekuasaan untuk menghegemoni kategorisasi sosial dan merebut sumber-sumber daya sosial-kultural yang menjadi basis kekuatan identifikasi sosial kelompok lain. Akibatnya pun hanya satu: menang atau kalah.

Etnogenesis Rumpun Etnik Mbaham Matta dalam Alur Teoritik

Untuk mengatasi kegamangan perjumpaan lintas etnik dan batas wilayah sosial-kultural ini, penulis menemukan dan mengajukan konsep dualitas inkorporasi. Konsep ini ditemukan dari pengalaman perjumpaan rumpun etnik Mbaham Matta dengan agama-agama dan otoritas-otoritas politik-ekonomi Kesulatanan Tidore dan Belanda. Dualitas inkorporasi menunjukkan bahwa etnik lokal, yang berposisi lebih lemah, pada satu sisi terinkoporasi ke dalam sistem sosial makro di mana terdapat aktor-aktor individual maupun kolektif integrasi sistemnya yang hadir melalui institusi raja. Tetapi mereka masuki dengan strategi khas, yakni inkorporasi lintas marga yang membentuk aliansi politik lokal yang menegaskan otoritas dan menjami kepentingan mereka. Pada pihak lain, rumpun etnik lokal menginkorporasi entitas agama-agama baru ke dalam ruang batas etnik lokal. Mereka menyediakan ruang-ruang sosial bagi agama-agama baru. Agama-agama dijalin ke dalam rajutan sistim kekerabatan dan aliansi lintas keluarga, marga, kampung dan agama. Dalam dualitas

berlangsung proses-proses reidentifikasi sosial dan reafirmasi moralitas sosial mengikuti restrukturisasi sistem sosial mikro maupun makro serta restrukturasi socio-cultural structure.

inkorporasi

ini

Dengan konsep dualitas inkorporasi kita menjelaskan lebih jauh proses tranformasi sosial melalui identifikasi sosial. Dalam teorisasi Barth identifikasi sosial terimplementasi melalui askripsi-diri (identifikasi kelompok internal) dan askripsi oleh orang lain (kategorisasi sosial) yang kurang ditekankan oleh Barth. Dalam dualitas inkorporasi identifikasi sosial dapat secara simultan berproses awal dari menerima identifikasi sosial heteronom dari kekuatan-kekuatan integrasi sistem/sistem sosial makro, yang dalam klasifikasi Manuel Castell disebut legitimizing identity. Kemudian perputaran tuas identifikasi sosial heterenom menggerakan identifikasi perlawanan sosial-budaya. Bersamaan pula bergerak

240 Strategi Budaya Rumpun Etnik Mbaham Matta Kabupaten Fakfak dalam Perjumpaan dengan Agama-agama dan Otoritas Politik-Ekonomi

identifikasi proyek transformasi sosial. Jadi dengan dualitas inkorporasi kita bisa menjelaskan pergeseran dari hanya sebatas reproduksi sosial, yang menjadi buah dari proses- proses ethnic boudarying dalam lingkup teorisasi Barth, menunju transformasi sosial. Dalam rangka mendudukan dan menjelaskan kaitan identifikasi sosial dengan transformasi sosial, konsep dualitas inkorporasi bisa memberdayakan simultansi pergerakan model-model identifikasi sosial yang dikemukakan oleh Manuel Castel sebagaimana ditunjukan melalui etnogenesis rumpun etnik Mbaham Matta.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Mind Map Siswa Kelas 4 SD Negeri Pamongan 2 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 75

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tinjauan pada Algoritma LFSR (Linear Feedback Shift Register) dalam Reposisi XOR dalam Pencarian Bilangan Acak Terbaik: Studi Kasus LFSR dengan 4 Bit dan 6 Bit

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: BINAKEL: Kajian terhadap Tema Bulanan Bina Keluarga Gereja Protestan Maluku (GPM) Tahun 2017 dari Perspektif Teologi Keluarga Maurice Eminyan

0 5 50

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Nateek bagi Pembentukan Identitas Sosial Etnik Cina Indonesia (ECI) di Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Sonhalan Niki Niki

0 2 37

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan dan Implementasi Raport Online: Studi Kasus SD Masehi Pekalongan

0 0 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Integritas Suricata Intrusion Detection System (IDS) dengan Mikrotik Firewall untuk Keamanan Jaringan Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

3 9 21

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Budaya Rumpun Etnik Mbaham Matta Kabupaten Fakfak dalam Perjumpaan dengan Agama-Agama dan Otoritas Politik-Ekonomi: Penelusuran Etnografis Atas Narasi dan Praktik S

0 0 36

BAB II KERANGKA TEORI: Teori-teori Dasar dan Konsep-konsep Terpilih - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Budaya Rumpun Etnik Mbaham Matta Kabupaten Fakfak dalam Perjumpaan dengan Agama-Agama dan Otoritas Politik-Ekonomi

1 1 49

BAB III RUMPUN ETNIK MBAHAM MATTA: KONTEKS GEOGRAFIS DAN HISTORIS - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Budaya Rumpun Etnik Mbaham Matta Kabupaten Fakfak dalam Perjumpaan dengan Agama-Agama dan Otoritas Politik-Ekonomi:

1 1 32

BAB IV RUMPUN ETNIK MBAHAM MATTA: TUAN RUMAH SOSIAL-BUDAYA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Budaya Rumpun Etnik Mbaham Matta Kabupaten Fakfak dalam Perjumpaan dengan Agama-Agama dan Otoritas Politik-Ekonomi: Penelus

1 1 82