PERSPEKTIF SA‘D ‘ABD AL-MUTALLIB AL-‘ADL

PERSPEKTIF SA‘D ‘ABD AL-MUTALLIB AL-‘ADL

Pada bab ini penulis memaparkan tentang penafsiran kosakata Mesir Kuno menurut Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl agar dapat diketahui apakah penafsirannya objektif atau telah memaksakan kaidah-kaidah ilmiah.

A. Relasi Sab’u al-Matha>ni> dengan Kosakata Mesir Kuno

Al- Qur’an merupakan firman Allah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad dengan menggunakan

bahasa lisan. Seiring dengan perkembangan zaman setelah Nabi Muhammad meninggal para sahabat berusaha menghadirkan

pesan-pesan Tuhan tersebut dalam bahasa tulis. Agar pesan-pesan Tuhan tersebut tidak hanya terekam dalam ingatan atau hafalan akan tetapi agar dapat dinikmati oleh generasi-generasi

berikutnya. 1 Ketika Nabi Muhammad masih hidup semua kesulitan dan

ketidakjelasan suatu makna ayat-ayat Al- Qur’an ditanyakan langsung kepada nabi, dimana saat itu nabi merupakan mufassir

pertama. Setelah Nabi Muhammad meninggal muncullah perbedaan penafsiran di antara para sahabat dalam memahami maksud ayat-ayat Al- Qur’an. Perbedaan penafsiran ini berlanjut sampai pada masa ta> 2 bi‘i>n, ta>bi‘ ta>bi‘i>n hingga saat ini.

Perbedaan penafsiran terhadap Al- Qur’an akan selalu ada karena memang tidak ada pemahaman tunggal mengenai makna- makna yang dikandung oleh Al- Qur’an sebagai teks yang selalu terbuka untuk ditafsirkan, dan tidak ada yang tahu kepastian makna seperti apa yang diinginkan dan dikehendaki oleh Allah

1 Nu>ruddi>n ‘Itr, ‘Ulu>m Al-Qur’an (Damaskus: Mat}ba‘ah as}-S}abk, 1996),161.

2 Quraish Shihab, Membumikan Al- Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan,1999), 77-78

SWT. Hal ini diperkuat karena nabi sendiri tidak menafsirkan Al-

Qur’an secara keseluruhan, sehingga membuka pintu-pintu ijtihad bagi para ulama untuk menafsirkan Al- Qur’an.

Hasil interpretasi setiap zaman tidak pernah mencapai tingkat absolut melainkan hanya pada derajat relatif, karena penafsiran tidak lahir dari budaya yang kosong. Bagaimanapun penerimaan dan pemahaman manusia terhadap wahyu tertulis berbeda dari waktu ke waktu tergantung pada tingkat nalar masing-masing penafsir dan faktor eksternal yang turut mempengaruhinya. Hal ini menjadi pembenaran bagi sebagian pemikir bahwa penafsiran tidak pernah menemukan totalitasnya, bahkan malah cenderung berbenturan antara satu penafsir dengan

lainnya. Sehingga dari sini muncul pluralitas penafsiran. 4 Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perbedaan

penafsiran diantaranya adalah: pertama, faktor internal yang meliputi variasi bacaan atau qira’at terhadap ayat-ayat tertentu, kondisi objektif teks dimana lafadz-lafadz dalam Al- Qur’an memungkinkan untuk ditafsirkan secara beragam, karena Al- Qur’an sendiri menggunakan bahasa Arab yang kaya akan makna

3 Permasalahan tentang apakah nabi menafsirkan Al- Qur’an keseluruhannya atau tidak masih menjadi perbedaan pendapat. Ada yang

mengatakan bahwa Nabi Muhammad telah menafsirkan Al- Qur’an keseluruhannya kepada sahabat dengan dalil Q.S An-Nah}l ayat 44 yang artinya: Dan Kami turunkan kepadamu Al- Qur’an agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. Ada yang mengatakan bahwa nabi tidak menafsirkan Al- Qur’an keseluruhannya kecuali hanya sedikit saja. Perbedaan pendapat ini berdasarkan beberapa dalil sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibn Abbas bahwa ayat Al- Qur’an itu terdiri dari beberapa kategori yaitu: pertama, ayat-ayat Al-Qur’an dimana hanya Allah yang mengetahuinya seperti terjadinya hari kiamat, hakikat ruh dan yang berhubungan dengan hal-hal ghaib dimana nabi sendiri tidak mengetahuinya, kedua ayat-ayat Al- Qur’an yang bisa diketahui oleh ulama seperti penjelasan tentang umum dan khusus, taud}i>h } dan mushkil , ketiga ayat- ayat Al- Qur’an yang bisa dipahami orang Arab dengan bahasanya tanpa membutuhkan penafsiran dari nabi. Jadi dari dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa Nabi Muhammad belum menafsirkan Al- Qur’an secara keseluruhan.

4 Nur Kholis Setiawan, Pemikiran Progresif dalam Kajian Al- Qur’an (Jakarta: Prenada, 2008), xv 4 Nur Kholis Setiawan, Pemikiran Progresif dalam Kajian Al- Qur’an (Jakarta: Prenada, 2008), xv

Qur’an seperti asba>b an-nuzu>l, latar belakang mufassir seperti paham keagamaan, kondisi sosio-kultural, politik, ilmu yang ditekuni mufassir dan lain sebagainya. 5

Muhammad H{usain adh-Dhahabi mengatakan bahwa nuansa penafsiran Al- Qur’an berkembang sesuai dengan latar belakang keilmuan mufassir. Mufassir yang menekuni dan mengkaji dalam bidang bahasa dan sastra akan melahirkan tafsir dengan corak bahasa seperti Abu> H{ayya>n dengan karyanya al- Bah}r al-Muh}it}, begitu juga mereka yang menekuni ilmu logika dan filsafat akan mengemukakan argumen-argumen tafsirnya dengan logika dan filsafat seperti tafsir Mafa>ti>h al-Ghaib karya Fakhr ar- Ra>zi. Begitu juga dengan mufassir yang mendalami fiqh, tasawuf masing-masing akan menciptakan karya tafsir sesuai dengan

disiplin ilmu yang mereka kuasai. 6 Farid Esack mengatakan bahwa para mufassir adalah

manusia biasa yang membawa muatan-muatan kondisi kemanusiaan yang mereka alami. Maka tidak mengherankan

apabila muncul beragam penafsiran di setiap zaman. 7 Penafsiran yang berbeda-beda ini juga tampak pada ayat di

bawah ini. ) 87 : رجحلا ( ميظعلا نآرقلاو يناثملا نم اعبس كانيتآ دقلو Membahas tentang lafadz sab‘u al-matha>ni> para ulama dan sarjana berbeda pendapat dalam menafsirkannya. Pertama, disebut al-matha>ni karena di dalam surat tersebut dijelaskan berulang- ulang tentang al- ‘ibr, al-ah}ka>m dan juga h}udu>d. Kedua, sab‘u al- matha>ni> merupakan sab‘u at}-t}iwa>l atau tujuh surat-surat panjang yaitu surah Al-Baqarah, Ali Imra>n, An- Nisa>’, Al-Ma>idah, Al- An‘a>m, Al-A‘ra>f, Al-Anfa>l dan At-Taubah. Hal ini berdasarkan

5 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al- Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),7-8.

6 Muhammad H{usain adh-Dhahabi, At-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n (Kairo: Maktabah Wahbah, 1995), 158.

7 Farid Esack, Qur’an Liberation and Pluralism (Oxford: One World, 1997), 50.

dalil Ibn Abbas yang mengatakan bahwa sab‘u al-matha>ni adalah

sab‘u at}-t}iwa>l. Sebagian kelompok menolak riwayat ini dengan alasan bahwa ayat tersebut turun di Mekah sedangkan surat-surat

terpanjang itu belum turun. Sebagian ulama mengatakan bahwa sab‘u al-matha>ni> adalah bagian-bagian Al- Qur’an yang terdiri dari perintah, larangan, pemberitaan yang menggembirakan, peringatan,

perumpamaan, 9 ta‘di>d ni‘am dan anba>’ quru>n. Mayoritas ulama memahami lafadz sab‘u al-matha>ni>

dengan surat al-fatihah karena ia berjumlah tujuh ayat. Dari segi bahasa عبسلاartinya tujuh dan ىناثملا merupakan bentuk plural dari

ىّنثم yang terambil dari kata ىّنث yang artinya mengulang, atau dari kata ىنثمyang terambil dari kata نينثا yang secara harfiah artinya

dua. Yang dimaksud dua karena surah ini turun dua kali yaitu di Mekah dan Madinah. Bila dipahami dalam arti berulang-ulang karena ia dibaca berulang-ulang dalam shalat dan di luar shalat

atau karena kandungan pesan setiap ayat al-Fatihah terulang-ulang dalam ayat-ayat Al- 10 Qur’an yang lain. Sebagaimana riwayat yang

menyatakan bahwa Yazid menceritakan kepada Kami ibn Aliyyah menceritakan kepada kami ia berkata: Yunus menceritakan kepada kami dari Hasan tentang firman Allah wa laqad ataina>ka sab ‘an min al-matha>ni> ‚dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang- ulang‛ ia berkata maksudnya adalah surah al-fatihah. 11

Menurut Ibn jari>r ayat yang berbunyi walaqad a>taina>ka sab‘an min al-matha>ni> wa Al-Qur’an al-Az}i>m mempunyai makna ‚Kami telah memberimu tujuh ayat yang sebagian ayatnya mengulangi sebagian yang lain‛. Lafadz al-matha>ni merupakan

8 Ibn Jari>r at}-T{abari, Ja>mi ‘al-Baya>n ‘an Ta’wi>l ay Al-Qur’an (Beirut: Mu’assasah ar-Risa>lah, 2000), 876.

9 Abu> Muja>hid al- ‘Abi>di> , ‚ Waqafa> t Muhimmah ma ‘a Qaulihi ta ‘ala walaqad a>taina>ka sab‘an min al-matha>ni wa Al-Qur’an al-Az}i>m‛

http://vb.tafsir.net 10 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-

Qur’an, 162-163. 11 Ibn Jari>r at}-T{{abari, Ja>mi‘ al-Baya>n ‘an Ta’wi>l ay Al-Qur’an ,885-886.

bentuk jamak dari مُاانثمُملا. Dalam Q.S Az-Zumar 39:23 Allah berfirman ‚Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik

yaitu Al- Qur’an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang. Adapun firmannya wa Al- Qur’an al-Az}i>m ma‘t}uf dengan lafadz sab‘an sehingga ayat ini mempunyai arti ‚Kami telah memberimu tujuh ayat dari Al- Qur’an dan ayat-ayat lainnya dalam Al-Qur’an‛ sebagaimana dijelaskan dalam riwayat dari Mujahid tentang firman Allah wa Al- Qur’an al-Az}i>m ia berkata maksudnya adalah ayat-ayat lainnya dalam Al- Qur’an selain tujuh ayat dalam al-

matha>ni>. 12 Dalam menafsirkan ayat ini al- Biqa>‘i menghubungkan

dengan ayat sebelumnya yang menjelaskan keagungan ilmu Allah, maka ayat berikutnya menyebut anugerah Allah di dunia ini kepada Nabi Muhammad yang berkaitan dengan sifat ilmu itu. Allah berfirman: ‚ Dan sesungguhnya Kami telah anugerahkan kepadamu wahai Nabi Muhammad tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang yaitu surah al-fatihah dan selain itu ada lagi ayat-

ayat Al- 13 Qur’an yang agung. Ibn Juraid berkata: ‚Ayahku mengabari kami dari Sa‘i>d bin

Jubair ia berkata: ‚Ayahku bertanya kepada Ibn Abbas tentang sab‘u al-matha>ni> lalu Ibn Abbas menjawab ‚Ummul Qur’an.‛ Sa‘i>d berkata, ‛Kemudian Ibn Abbas membacanya dari bismillahirrah}ma>nirrah}i>m. Ayahku berkata,‚Sa‘i>d membacanya sebagaimana

membacanya. Ia membaca bismillahirrah}ma>nirrah}i>m. Sa‘i>d berkata,‛ Aku bertanya kepada Ibn Abbas apa maksud dari al-matha>ni>? Ia menjawab Ummul Qur’an. Allah mengecualikannya untuk Muhammad SAW. Tidak ada seorangpun sebelum Muhammad SAW yang diberi sab‘u al- matha>ni>. Ibn Juraij berkata: At}a’ berkata,‛ maksudnya adalah surah al-fatihah yang jumlahnya tujuh ayat termasuk bismillahirrah}ma>nirrah}i>m sedangkan al-matha>ni> adalah Al-

Ibn

Abbas

Qur’an. 14

12 Ibn Jari>r at}-T{abari, Ja>mi ‘al-Baya>n ‘an Ta’wi>l ay Al-Qur’an , 904-906. 13 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, kesan dan Keserasian Al-

Qur’an, 162. 14 Ibn Jari>r at}-T{abari, Ja>mi ‘al-Baya>n‘an Ta’wi>l ay Al-Qur’an ,893.

Penafsiran tentang sab‘u al-matha>ni> yang mempunyai arti al- fatihah dibantah oleh ‘Adl dengan alasan bahwa jumlah ayat

dari al-fatihah bukan tujuh melainkan delapan jika basmalah termasuk bagian dari surat al-fatihah. 15

Menurut penulis yang dimaksud dengan lafadz sab‘u al- matha>ni> adalah al-fatihah karena jumlah ayatnya tujuh dan dia dibaca berulang-ulang di dalam shalat. Menurut penulis kedudukan basmalah sebagai bagian dari surat al-fatihah pada dasarnya tidak merubah jumlah ayat surat al-fatihah tersebut yaitu tujuh ayat. Hal ini bisa lebih dipahami melalui keterangan di bawah ini:

ميحرلا نمحرلا ). 2 ( نيملعلا بر لله دمحلا . ) 1 ( ميحرلا نمحرلا الله مسب طارصلا اندها . ) 5 ( نيعتسن كايإ و دبعن كايإ . ) 4 ( نيدلا موي كلم ). 3 ( .) 7 ( نيلاضلا لاو مهيلع بوضغملا ريغ مهيلع تمعنأ نيذللا طارص ). 6 ( ميقتسملا ‘Adl tetap berpegah teguh terhadap pemikirannya yang menyatakan bahwa sab‘u al-matha>ni> bukanlah al-fatihah melainkan perkalian antara tujuh dan dua sehingga berjumlah empat belas. Empat belas ini merupakan jumlah dari huruf-huruf muqat}t}}a‘ah yang menurutnya ia adalah lafadz dari Mesir Kuno.

Pemikiran ‘Adl tentang sab‘u al-matha>ni> adalah perkalian antara 7 dan 2 senada dengan pemikiran Muhammad Shahrur. Menurut Shahrur sab‘u al-matha>ni> merupakan tujuh ayat yang masing-masing berkedudukan sebagai pembuka surat yaitu مح , مسط , هط , سي , صعيهك , صملا , ملا sedangkan pembuka surat lainnya merupakan bagian dari sebuah ayat yaitu ص , ق , ن , سط , رلا , رملا . Huruf-huruf pembuka surat itu bila dikumpulkan berjumlah 11 yaitu ali>f, la>m, mi>m, s}a>d, ka>f, ha>, ya,‘ai>n, si>n, t}a>, h}a’ sedangkan jumlah huruf muqat}t}a‘ah yang masuk bagian ayat lain berjumlah 3 yaitu qa>f, ra>’ dan nu>n jadi bila dijumlahkan semuanya berjumlah

14. 16 Pemikiran ‘Adl dengan Shahrur dalam pembahasan sab‘u

al-matha>ni> berujung pada kesimpulan yang sama meskipun cara atau metode yang digunakan berbeda.

15 Sa ‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al- Muqat{t{a‘ah, 14.

16 Muhammad Shahrur, Prinsip Dasar Hermeneutika Al- Qur’an Kontemporeri (Yogyakarta:eLSAQ,2004), 124-125.

B. Huruf Muqat}t}a‘ah Sebagai Kosakata Mesir Kuno

Allah memulai firman-Nya dengan kalimat pembuka yang biasa disebut dengan huruf-huruf muqat}t}a‘ah yang keluar dari pakem firman-Nya yang lain di luar kebiasaan. Dikatakan keluar dari pakem karena kalimat pembuka tersebut menyisakan misteri atau tanda tanya besar khususnya bagi para mufassir. Kalimat pembuka tersebut adalah ah}ruf al-muqat}t} ‘ah. Jenis pembuka surat di dalam Al- Qur’an seperti ini tidak ditemukan maknanya dalam

tradisi berbahasa masyarakat Arab. 17 Menurut ‘Adl, Allah tidak mungkin Allah menciptakan

sesuatu sia-sia tanpa makna yang tidak bisa dipahami. Menurutnya ketika suatu lafadz di dalam Al- Qur’an tidak ditemukan maknanya

di dalam bahasa Arab maka seyogyanya untuk mencari makna pada bahasa lain baik pada bahasa klasik yaitu bahasa yang digunakan sebelum diturunkannya Al- Qur’an maupun bahasa modern atau kontemporer yaitu bahasa yang digunakan setelah Al-

Qur’an diturunkan. 18 Pemikiran apabila Allah menciptakan sesuatu tanpa bisa

dipahami dan dimengerti maka akan sia-sia ini pernah muncul ketika Imam ar-Ra>zi berdebat dengan kaum mutakallimun. Menurut pendapat mutakallimun di dalam Al- Qur’an tidak boleh ada hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh manusia, karena Allah SWT telah memerintahkan supaya merenungkan isi ajaran-Nya dan mengeluarkan hukum-hukum dari dalamnya. Ar-Ra>zi membantah pendapat mutakallimun ini dengan alasan bahwa sebagaimana dalam beribadah tidak semuanya apa yang diperintahkan oleh Allah bisa dipahami oleh manusia. Seperti perintah shalat lima waktu dengan jumlah rakaat yang berbeda-

17 M.Faisol Fatawi, Tafsir Sosiolinguistik Memahami Huruf Muqat{t}a‘ah dalam Al-Qur’an (Malang: UIN Malang Press, 2009), 105 18 Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl , Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al- Muqatt}}a‘ah , 23.

beda. Semua itu dimaksudkan untuk menguji ketaatan dan

kepatuhan manusia terhadap perintah Allah. Sejak dahulu hingga kini ulama-ulama Al- Qur’an berbeda

pendapat dalam membahas huruf muqat}t}a ‘ah. Allahu a‘lam hanya Allah yang mengetahui itulah jawaban yang dikemukakan oleh

mayoritas ulama abad pertama hingga abad ke tiga. 20 Karena kehati-hatiannya, mereka tidak berani memberi penafsiran dan

tidak berani mengeluarkan pendapat yang tegas terhadap makna huruf-huruf muqat}t} a‘ah. Mereka berkeyakinan bahwa hanya Allah yang mengetahui maknanya. 21

Di dalam mushaf huruf-huruf muqat}t}a‘ah diulang dengan jumlah yang berbeda-beda yaitu:

Jumlah Pengulangan huruf muqat}t}a‘ah مح diulang 6x

ملا diulang 6x ص diulang 1x

هط diulang 1x

صملا diulang 1x ق diulang 1x

سي diulang 1x

رلا diulang 5x ن diulang 1x

سط diulang 1x

مسط diulang 2x

رملا diulang 1x قسع diulang 1x صعيهك diulang . مح

1x

Kajian tentang huruf muqatt} }a‘ah telah dikembangkan oleh para ahli tafsir terdahulu seperti Zamakhsari kemudian Baid}a>wi dan juga Ibn Taimiyyah. Para ulama salaf menempatkan huruf- huruf muqat}t} a‘ah dalam golongan ayat-ayat mutasyabih. Huruf- huruf tersebut telah tersusun sejak azali sedemikian rupa melengkapi segala yang melemahkan manusia dari mendatangkan

yang seperti Al- 22 Qur’an.

19 Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 201. 20 Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-

Qur’an (Tangerang: Lentera Hati, 2000), 83. 21 H.A Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam

(Yogyakarta: Mizan, 1993), 27. 22 Hasbi as-Sidqi, Ilmu-ilmu Al- Qur’an (Jakarta:Bulan Bintang, 1988),

Secara umum terdapat dua pandangan utama di kalangan sarjana dalam melihat keberadaan huruf muqat}t} }a‘ah di dalam Al-

Qur’an. Pertama, pandangan yang menganggap huruf-huruf tersebut sebenarnya bukanlah bagian dari wahyu melainkan sesuatu yang diputuskan oleh para penyusun mushaf untuk dimasukkan sebagai bagian dari Al- Qur’an pada masa kodifikasi mushaf resmi. Kedua pandangan yang menganggap huruf muqat{t}a ‘ah sebagai bagian integral dari wahyu sebagaimana dipegangi oleh mayoritas sarjana muslim dan juga non-muslim sejak masa permulaan islam. 23

Secara garis besar upaya untuk menyingkap rahasia di balik makna huruf muqat} t}a‘ah dan penafsiran yang berkembang di kalangan sarjana muslim awal terbagi menjadi tiga kelompok yaitu: pertama, pendapat yang menempatkan huruf muqatt}{a ‘ah sebagai ayat-ayat mutasyabih yang maknanya hanya diketahui oleh Allah. Dalam kitab al- Itqa>n fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an Suyu>t}i> memaparkan berbagai pandangan dan pendapat mengenai makna huruf muqat}t} }a‘ah. Ia menyimpulkan bahwa huruf-huruf muqat}t}a 24 ‘ah makna hakikinya hanya Allah yang mengetahui.

Merujuk pendapat ‘Abd al-H{ali>m Nu>ruddi>n ketua jurusan Arkeologi di Universitas Kairo yang dikutip oleh Subh}i> Muja>hid mengatakan bahwa penafsiran merupakan wilayah ijtihad meskipun itu termasuk wilayah ijtihad namun di dalamnya ada rahasia Allah salah satunya rahasia tentang huruf muqatt}a ‘ah maka dari itu beberapa mufassir mengatakan bahwa huruf

muqatt}}a 25 ‘ah merupakan i‘ja>z Al-Qur’an. Kedua, penafsiran yang menempatkan huruf-huruf

muqat}t} a‘ah sebagai singkatan-singkatan dari kata-kata atau kalimat tertentu. Sebagaimana Ibn Abbas mengaitkan huruf-huruf tersebut dengan nama dan sifat Allah. Setiap huruf merujuk pada

23 Montgomerry Watt, Bell’s Introduction to the Qur’an (Edinburgh University Press, 1970) , 61-65.

24 Jala>luddi>n as-Suyu>t}i, Al- Itqa>n fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an. Lihat juga Qurtubi, al- Ja>mi ‘ li ah}ka>m Al-Qur’an (Kairo: Da>r al-Hadi>th,2007), 155-156.

25 Subh}i> Muja>hid,‛ Al-Azhar lam Nuwa>fiq ‘Ala> Kita>b li Tafsi>r Al- Qur’an Al-Kari>m bi al-Hi>ru>glifiyah‛ www.onislam.net 25 Subh}i> Muja>hid,‛ Al-Azhar lam Nuwa>fiq ‘Ala> Kita>b li Tafsi>r Al- Qur’an Al-Kari>m bi al-Hi>ru>glifiyah‛ www.onislam.net

pada lebih dari satu nama atau sifat misalnya: No

Huruf

Arti

Muqatt}a ‘ah

1 ملا Ar- Rah}ma>n, Ana Alla>h A ‘lam, Alla>h lat}i>f Maji>d

2 رلا Ar-Rah}ma>n, Ana Alla>h Ara>

3 صملا Alla>h ar-Rah}ma>n as}-S{amad, al- Mus}awwir, Ana Alla>h Afd}a>l, Ana Alla>h al-S{a>diq, Alam Nashrah} Laka S{adrak

Ana Alla>h Ara>

5 صعيهك Ka>fin, Ha>din amin, ‘azi>z S{adiq, Kari>m Ha>din H{aki>m ‘Ali>m S{a>diq, al-Ma>lik Allah al- ‘Azi>z al- Mus{awwir, al-Ka>fi al-Ha>di al- ‘A>lim al-S{a>diq, Ka>fin Ha>din Ami>n ‘Ali>m S{a>diq atau Ana al-Kabi>r al- H>a>di ‘Aliyyun Ami>n S{a>diq

Dhu> at}-T{u>l

7 مسط Dhu> at}-T{u>l al-Quddu>s ar-Rah}ma>n

8 سط Dhu> at}-T{u>l al-Quddu>s

9 سي Ya> Sayyid al-Mursali>n

10 ص S{adaqallah. Uqsimu bi as}-S{amad as- S{a>ni‘ as}-S{a>diq, S{adi ya> Muh}ammad ‘Amalaka bi Al- Qur’an atau S{a>di Muh}ammad Qulu>b al- ‘iba>d

11 مح Ar-Rah}ma>n, ar-Rah}i>m

12 قسع مح Ar-Rah}ma>n, al- ‘A<li>m, al-Quddu>s, al-Qa>hir

26 Ibn Kathi>r, Tafsi>r al- Qur’an al-‘Az}i>m (Riyad}: Da>r at-Taibah, 2007) jiliod 1 lihat juga Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al- Qur’an

(Tangerang: PT Pustaka Alvabet Anggota IKAPI, 2013), 242-243.

13 ق Qa>dir, Qa>hir, Qad}i al-Amr, Uqsim bi Quwwatin Qalbi Muh}ammad

14 ن ar-Rah}ma>n, Nu>r, Nas}i>r, al-H{u>t Menurut pendapat dari mufassir kalangan tasawuf huruf muqat}t}a ‘ah adalah huruf-huruf yang terpotong-potong, masing- masing diambil dari nama Allah atau yang tiap-tiap hurufnya merupakan pengganti dari suatu kalimat yang berhubungan dengan yang sesudahnya atau huruf itu menunjuk kepada maksud yang dikandung oleh surah, yang surah itu dimulai dengan huruf muqat}t}a ‘ah itu. Seperti alif la>m mi>m Ibn Abbas mentakwilkan anallahu Ara. Selain itu ada juga yang mentakwilkan tiga huruf t}a si>n mi>m dengan tursina wa Musa karena dua surah yang masing- masing diawali dengan tiga huruf tersebut mencerirakan kisah

Nabi Musa di bukit Tursina. 27 Theodore Noldeke adalah salah satu sarjana barat yang

turut berperan dalam memberikan makna huruf muqat}t} }a‘ah yaitu dengan cara mengembangkan gagasan kaum muslim klasik tentangnya sebagai singkatan. Selain berkontribusi dalam memberikan makna huruf muqat}t} a‘ah ia mengatakan bahwa huruf- huruf tersebut bukanlah bagian dari wahyu Ilahi. Menurut Noldeke sangat aneh apabila huruf-huruf muqat}t}}a ‘ah yang sulit dipahami maknanya itu hanya di letakkan di dalam surah-surah tertentu. Huruf-huruf muqat}t}a ‘ah menurutnya lebih mencerminkan inisial pemilik naskah Al- Qur’an yang digunakan Zaid ibn Tsabit ketika pertama kali mengumpulkan Al- Qur’an pada masa kekhalifahan Abu Bakar. Noldeke mengemukakan sejumlah alternatif tentang kepanjangan huruf-huruf itu sebagai nama pemilik naskah. Seperti رلا menurutnya mungkin merupakan inisial dari al-Zubayr, رملا inisial dari al-Mughirah, هط inisial dari T{alh}ah atau T{alh}ah{ ibn ‘Ubaydillah. 28

Menurut Taufik Adnan Amal kemungkinan untuk mengajukan nama-nama alternatif lain sebagai kepanjangan yang ditunjuk oleh huruf-huruf itu membuat gagasan Noldeke menjadi

27 Abu Anwar, Ulum Al- Qur’an Sebuah Pengantar (Jakarta: Amzah, 2005), 45.

28 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al- Qur’an, 282.

absurd. Demikian juga sulit membayangkan bahwa Zaid bin Tha>bit hanya bergantung pada satu sumber untuk mengumpulkan

surat-surat panjang yang diawali dengan huruf muqatt} }a‘ah, sementara untuk surat-surat yang tidak diawali dengan huruf-huruf tersebut yang jauh lebih banyak dari segi kuantitasnya tidak terdapat kejelasan dari mana Zaid mengumpulkannya. Lebih jauh gagasan ini dengan bertentangan dengan dogma kaum muslimin yang paling mendasar bahwa fawatih merupakan bagian dari

wahyu Ilahi. 29 Hirschfeld

mempertahankan dan mengembangkan asumsi-asumsi Noldeke tentang huruf-huruf itu sebagi inisial nama pemilik Mushaf. Ia juga sepakat dengan Noldeke dalam memandang bahwa huruf-huruf tersebut bukan berasal dari nabi. Ia memberikan inisial nama pemilik mushaf sebagai berikut: لا kata sandang tertentu, م inisial untuk Mughirah,

berupaya

ص H{afs}ah, ر Zubair, ك Abu Bakar, ه Abu Hurairah, ن Utsman, ط T}alhah, س Sa‘d ibn Abi> Waqas}, ح Hudzaifah, ع Umar atau ali atau Ibn Abbas atau Aisyah, 30 ق Qasim ibn Rabi’ah.

Ketiga, pendapat yang tidak menganggap huruf muqat }t}a‘ah sebagai singkatan tetapi menawarkan penafsiran yang lain seperti:

a). Huruf-huruf tersebut merupakan nama surat. 31 Interpretasi bahwa huruf-huruf muqat}t}a ‘ah merupakan

nama surah didukung oleh beberapa dalil diantaranya adalah:

لك نم مويلا كلذ مصع نمؤملا مح و يسركلا ةيآ ءارق نم ىذيمرتلا ه جرخأ ءوس Menurut ‘Adl interpretasi terhadap huruf-huruf muqat{t}a‘ah yang memberikan makna bahwa huruf-huruf tersebut adalah nama surah sangat rancu. Nama digunakan untuk membedakan antara sesuatu yang dinamai atau musamma dengan musamma yang

29 Taufik Adnan Amal, 30 Rekonstruksi Sejarah Al- Qur’an, 282. Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al- Qur’an, 282-283. 31 N u>ruddi>n ‘Itr, ‘Ulu>m Al-Qur’an, 155-156.

32 Abu> ‘I<sa> at-Tirmidhi>, Sunan Tirmidhi > ‚ Ba>b fi>man qara’a min Al- Qur’an ma> lahu min al-Ajr‛ (Beirut: Da>r al-Gharb al-Isla>mi>, 1998),159 32 Abu> ‘I<sa> at-Tirmidhi>, Sunan Tirmidhi > ‚ Ba>b fi>man qara’a min Al- Qur’an ma> lahu min al-Ajr‛ (Beirut: Da>r al-Gharb al-Isla>mi>, 1998),159

sama. Sehingga sulit diterima jika memberi nama surah Al- Baqarah dengan sebutan surah alif la>m mi>m karena surah yang diawali dengan alif la>m mi>m tidak hanya surah Al-Baqarah saja melainkan Ali Imra>n, Al- ‘Ankabu>t, Ar-Ru>m, Luqma>n, dan As- Sajadah. Kalau huruf-huruf muqat}t}}a‘ah itu merupakan nama surat maka sangat sulit untuk membedakan surat mana yang dimaksud ketika hanya menyebut surat alif la>m mi>m . Dalam penafsiran seperti ini Abu> Zaid juga mengatakan bahwa legalitas interpretasi ini tidak didukung oleh banyaknya surat yang diawali oleh huruf- huruf muqat}t}a‘ah. Berdasarkan alasan ini menurut ‘Adl huruf- huruf 33 muqatt}}a‘ah bukanlah nama dari surah.

Menurut ar-Ra>zi kesamaan nama banyak terjadi hal ini bisa saja terjadi dalam memberikan nama surah Al- Qur’an. Kesamaan

nama pada alif la>m mi>m misalnya dapat dibedakan dengan cara menyebut Alif la>m Mi>m Dhalika al-Kita>b la> Raiba fi>h pada surah Al-Baqarah dan menyebut Alif La>>m Mi>m Allahu La> Ila>ha Illa

Huwa al-H{ayyu al-Qayyu>m pada surah Ali Imra>n. 34 Menurut Muh}yiddin Darwi>sh dalam bukunya I’ra>b Al-

Qur’an Al-Kari>m wa Baya>nuhu huruf yang berada di awal surah tersebut merupakan nama surah, namun hikmah dan ma>hiyah nya para ulama masih berbeda pendapat sehingga Darwish sendiri juga kesulitan dalam menentukan pengertian ini. Ia menjadikan pendapat-pendapat para ulama menjadi dua bagian. Pertama, huruf-huruf tersebut merupakan bagian dari mutasyabih dimana maknanya dikembalikan kepada Allah. Kedua, huruf-huruf tersebut seperti kalimat-kalimat yang lainnya yang ada dalam Al- Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an merupakan mukjizat karena tidak ada yang bisa menandinginya meskipun

33 Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl , Al-Hi>ru>glifiyah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamma bi al-H{uru>f al- Muqatt}a‘ah, 16-17. Lihat juga Nas}r H{a>mid

Abu> Zaid, Mafhum an- Nas} Dira>sah fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an , 240. 34 Fakhr ar-Ra>zi, Mafa>ti>h} al-Ghaib (Beirut: Da>r al-Kutub al- ‘Ilmiyah,

kata-katanya dirangkai dari huruf-huruf yang biasa digunakan oleh

orang Arab. Konsep kemukjizatan memiliki keterkaitan erat dengan Al-

Qur’an. Konsep ini dalam Al-Qur’an dibarengkan dengan masalah tantangan tah}addi> dan sanggahan al- mu‘a>rad}ah. Karakteristik bahasa Arab serta sejauhmana kemampuan karakteristik bahasa Arab itu sendiri ditundukkan dalam dua konteks yaitu sebagai bahasa ilahi samawi dan bahasa manusia yang membumi. Oleh karena itu konsep kemukjizatan harus diletakkan dalam tiga kerangka sekaligus yaitu: kerangka agama, kerangka bahasa dan kerangka historis. 36

Jika dinisbatkan kepada nabi kemukjizatan merupakan sebuah bukti yang dimunculkan untuk menundukkan musuh- musuhnya. Jika dinisbatkan kepada agama kemukjizatan merupakan sebuah sarana untuk menyampaikan risalah ketuhanan. Sebagai bukti atau hujjah kemukjizatan harus berada dalam tingkatan yang dapat dijangkau oleh semua orang. Karena jika tidak dapat dijangkau oleh semua orang maka fungsi dan manfaatnya menjadi terhambat. Sebagai sarana penyampai risalah ketuhanan kemukjizatan harus mengungguli kemampuan semua orang. Sedangkan sebagai sesuatu yang berada dalam ruang dan waktu kemukjizatan harus memiliki pengaruh sebanding dengan

misi risalah yang disampaikan. 37 Menurut Zaki> Muba>rak dalam bukunya an-Nathr wa al-

Fani> huruf-huruf muqat}t}a ‘ah tidak ditemukan baik di dalam teks sastra jahili maupun sastra islami, huruf-huruf tersebut hanya ditemukan di dalam Al- Qur’an. Blanchot guru dari Zaki Mubarak mengemukakan takwil baru tentang huruf-huruf muqat}t}a ‘ah, menurut pemikiranya huruf-huruf seperti alif la>m mi>m, alif la>m ra> merupakan huruf AOI yang ditemukan juga di negara-negara lain

35 Muh}yiddi>n Darwi>sh, I‘ra>b Al-Qur’an Al-Kari>m wa Baya>nuh (Damaskus: Da>r Ibn Kathi>r dan Da>r Yama>mah, 2011), 36-37

36 Muhammad Tahrish, An-Naqd wa al- I’ja>z (Damaskus: Manshu>ra>t Ittih}a>d al-Kita>b al-Arab,2004), 17

37 M. Faisol Fatawi, Tafsir Sosiolinguistik Memahami Huruf Muqat}a ‘ah dalam Al-Qur’an (UIN Malang Press, 2009).58-59.

dengan sebutan Chan son Degeste yang merupakan isyarat baya>na>t musik ia adalah simbol suara. Dengan begitu dapat disimpulkan

bahwa huruf-huruf muqat}t} a‘ah seperti ali>f la>m mi>m dan sebagainya merupakan isyarat suara dalam tartil Al- 38 Qur’an.

b). Sebagai medium untuk menarik perhatian manusia agar menyimak Al- Qur’an. c). Huruf-huruf tersebut adalah semata-mata huruf Arab.

Huruf-huruf tersebut menunjukkan bahwa wahyu Ilahi diturunkan dalam bahasa yang diakrabi masyarakat nabi yaitu bahasa Arab. Keempat belas huruf yang ada di dua puluh sembilan surah itu dihitung secara tidak berulang terpilih secara seksama dan mewakili separuh alfabet Arab, dari segi artikulasinya mencakup keseluruhan sistem alphabet atau lebih ringkasnya sebagai isyarat bahwa Al- Qur’an tersusun dari alfabet yang

diketahui oleh orang Arab. 39 ‘A>ishah Abdurahman bint Sha>t}i’ mengatakan bahwa surat-

surat yang diawali dengan huruf-huruf muqa t}t}a‘ah menjelaskan tentang kehujahan Al- Qur’an bahwa ia berasal dari Allah. Surat- surat tersebut diturunkan pada saat orang musrik mengklaim bahwa Al- Qur’an bukanlah kalam Allah tetapi ia adalah ucapan tukang dukun, penyair, tukang sihir. Keberadaan huruf muqat} t}a‘ah membuktikan bahwa sesungguhnya Al- Qur’an yang kalian tidak mampu menandinginya itu berasal dari jenis huruf yang sudah

dikenal. 40 Sayyid Qut}b menulis perihal kemukjizatan Al- Qur’an serupa dengan perihal ciptaan Allah yaitu penciptaan manusia.

Hasil ciptaan Allah dan hasil ciptaan manusia tentu sangat berbeda. Betatapapun teliti dan canggihnya manusia tidak mungkin akan menghasilkan sesuatu yang serupa dengan ciptaan Allah. Misalnya Allah menjadikan dari butir-butir tanah itu manusia yang mempunyai kehidupan, kehidupan yang penuh

38 Zaki> Muba>rak, An-Nathr wa al-Fani> fi> al-Qarni al- Ra>bi‘ (Kairo: Mu’assasa>t Hinda>wi, 2013), 43-44.

39 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al- Qur’an, 80 40 ‘A>ishah Abdurahman bint Sha>t}i’, Al- I’ja>z al-Baya>ni li Al-Qur’an wa

Masa>’il ibn al-Azra>q (Kairo: Da>r al- Ma‘arif,1999),179-180.

denyut serta mengandung rahasia Tuhan tentang hidup. Berbeda dengan penciptaan manusia dari bahan butiran tanah hanya bisa

menciptakan sesuatu yang tidak bernyawa seperti batu bata dan peralatan lainnya. Demikian juga huruf-huruf yang dikenal manusia darinya manusia bisa menciptakan kalimat-kalimat prosa atau puisi. Dari huruf-huruf yang sama Allah menjadikan Al- Qur’an dan al-Furqa>n yang menjadi pemisah antara kebenaran dan kebathilan. Perbedaan antara hasil karya manusia dan apa yang datang dari Allah dalam hal huruf-huruf dan kata-kata sama dengan perbedaan antara satu jasad tanpa ruh atau satu patung manusia dengan seorang manusia yang hidup yang menarik yang

mengehembuskan nafas. 41 Ash- Sha‘bi menyatakan‛ Huruf awalan itu adalah rahasia

Al- 42 Qur’an. Hal ini diperjelas dengan perkataan Ali bin Ab Thalib ‛Inna li kulli kitab s}afwatun wa s}afwah hadha al-kitab huru>f

tahaji‛ sesungguhnya bagi tiap-tiap kitab ada saripatinya. Saripati Al- Qur’an ini adalah huruf-huruf hijaiyah. Abu Bakr shidiq juga berkata ‚ Fi> kulli kita>b sirrun wa siruhu fi Al- Qur’an awa>il suwar‛ di tiap-tiap kitab ada rahasianya. Rahasia dalam Al- Qur’an ialah pemulaan-permulaan surah. 43

Fawatih} suwar ini menjadi bukti kepada bangsa Arab bahwa Al- Qur’an diturunkan dengan menggunakan huruf-huruf yang mereka kenal. Hal Ini merupakan teguran keras bagi mereka dan sekaligus membuktikan ketidakmampuan mereka membuat semisal Al- 44 Qur’an.

Ada yang menganggap huruf-huruf muqat}t}a‘ah itu sebagai kenyataan yang tidak memiliki makna dalam dirinya sendiri,

melainkan sebagai bagian dari sistem bahasa yang menjadi

41 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur’an, 84

42 Jala>luddi>n as-Suyu>t}i, Al- Itqan fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an, 24 43 Muhammad Sayyid T{ant}awi>, At-Tafsi>r al-Wasi>t} li Al- Qur’an al-

Kari>m (Kairo: Da>r al- Sa‘a>dah), 38-39 44 Subh}i> S}a>lih}, Membahas Ilmu-ilmu Al- Qur’an, 304. Lihat juga Suyut}i,

al- Itqa>n fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an , 20, Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur’an, 83.

sandaran teks. Keberadaanya yang terpencar-pencar di dalam teks memiliki makna umum yaitu penegasan bahwa Al- Qur’an

merupakan mukjizat yang tersusun dari huruf-huruf yang sama dengan huruf yang yang mereka (bangsa Arab) pergunakan dalam menyusun teks-teks mereka, namun tingkatan teks-teks mereka tidak mampu menyaingi tingkatan Al- Qur’an. Menurut al-

Baqillani hal ini merupakan salah satu bentuk i’ja>z Al-Qur’an. Huruf-huruf yang membentuk kalam (ungkapan) Arab berjumlah

29 huruf. Surat yang dimulai dengan huruf-huruf tersebut berjumlah 29 surat dan jumlah huruf yang disebutkan pada permulaan surah ada setengahnya yaitu 14 huruf. Apa yang disebutkan ini dimaksudkan untuk mewakili huruf yang lainnya selain itu hal ini bertujuan agar mereka mengetahui bahwa Al- Qur’an ini disusun dari huruf-huruf yang mereka pergunakan

dalam sehari-hari. 45 Perhatian terhadap huruf-huruf muqat{t{a ‘ah dapat

bertambah setelah mengetahui ada yang berpendapat bahwa hal itu adalah sumpah. Dalam hal ini seolah-olah Allah bersumpah dengan huruf-huruf ini untuk mengatakan bahwa Al- Qur’an adalah firmannya. Atau seperti yang dikatakan Subhi S{a>lih bahwa awalan surat tersebut adalah sumpah. Allah bersumpah dengan zat-Nya sendiri karena awalan pada surat-surat itu mengisyaratkan salah satu di antara nama-nama-Nya. Setiap surat yang dimulai dengan huruf-huruf muqat{t{a‘ah itu harus menjelaskan tentang pembelaan terhadap Al- Qur’an serta penjelasan tentang kemukjizatan dan kemuliaan. Menurut Hasan Mansur Nasution dari jumlah 29 surat yang diawali huruf muqat}t}a ‘ah ada 6 surat yang mengandung unsur sumpah yaitu pada Q.S Ya> si>n, Q.S Al-Qalam, Q.S Az-

Zukhruf , Q.S Ad-Dukha>n, Q.S S}a>d, Q.S Qa>f. 46 Huruf muqat}t{a ‘ah di awal surah merupakan i‘ja>z Al-

Qur’an. Penggunaan huruf muqat}t}}aah bertujuan untuk memberi

45 Nas}r H{a>mid Abu> Zaid, Mafhum an- Nas} Dira>sah fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an , 238. Jumlah huruf tersebut menurut al-Baqillani 29 dengan anggapan bahwa

lam alif merupakan huruf tersendiri.Jika kita mengaggapnya sebagai huruf yang terdiri dari dua huruf lam dan alif maka huruf tersebut berjumlah 28. 46

Subh}i> S}a>lih}, Membahas Ilmu-ilmu Al- Qur’an, 304.

tanbih atau peringatan bahwa Al-Qur’an beserta lafadz-lafadznya dan juga ayat-ayatnya berasal dari huruf-huruf yang menjadikan

ucapanya bali>gh dan fasi>h, dimana mereka} pernah menantangnya untuk membuat yang serupa. Kebanyakan setelah penyebutan

huruf 47 muqat}t}a ‘ah penyebutan kata kita>b atau Al-Qur’an. Menurut Rasyad Khalifah huruf-huruf muqat} t}a‘ah

merupakan isyarat tentang huruf-huruf yang paling banyak digunakan dalam surah-surahnya. Dalam surah Al-Baqarah huruf terbanyak adalah ali>f kemudian la>m kemudian mi>m. Demikian juga pada surah-surah yang lain masing-masing sesuai dengan huruf-huruf yang disebut pada awal surah kecuali surah yasi>n. Pada surah ya>si>n kedua huruf yang berada di awal surah tersebut merupakan huruf yang paling sedikit digunakan. Ini karena huruf ya’ dalam susunan alfabet Arab berada sesudah huruf si>n sehingga kedua huruf itu tidak mengisyaratkan huruf yang terbanyak tetapi

yang paling sedikit. 48 Menurut Zarkashi pembuka surat dengan huruf-huruf

muqat}t}a ‘ah menunjukkan kekhususannya. Huruf ali>f la>m mi>m tidak bisa menggantikan posisi alif la>m ra> begitu juga h}a mi>m tidak bisa menggantikan posisi t}a si>n. Hal ini karena setiap surah yang dibuka dengan huruf-huruf tersebut menunjukkan bahwa

kalimat-kalimat dalam surat tersebut banyak menggunakan huruf tersebut. Apabila di dalam posisi huruf qa>f digantikan dengan huruf lain maka tidak ada kesesuaian atau tana>sub dalam surah tersebut. Dalam Q.S Qa>f dibuka dengan huruf muqat}t}a ‘ah qa>f dikarenakan banyak lafadz-lafadz yang menggunakan huruf qa>f seperti Al- Qur’an, al-Khalq. Surah S}a>d banyak menggunakan lafadz khus}u>ma>t dimana dalam surah ini dijelaskan berbagai khusuma>t atau pertengkaran seperti khusumah antara orang-orang

47 Abu Anwar, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar (Jakarta: Amzah, 2005), 30.

48 Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur’an ,84.

kafir dengan nabi, ikhtis}am al-khas}maini Dawud, takha>s}um ahl an-

Na>r, takha>sum iblis tentang Adam. Huruf-huruf yang berjumlah 14 dalam permulaan berbagai

surah yang dari segi hitungan berjumlah separuh dari jumlah huruf hijaiyah merepresentasikan seluruh fenomena bunyi yang ada dalam bahasa yaitu bunyi hams, jahr, shiddah, rakhawah, infitah}, ithbaq, selain itu juga representasi dari pembagian huruf dari segi makhrajnya menjadi huruf faringal dan non faringal. Ini berarti bahwa pemilihan huruf-huruf tersebut untuk mengawali berbagai surah tidak bersifat kebetulan tetapi pilihan yang bermakna bahwa huruf-huruf itu representasi dari fenomena-fenomena bunyi yang

ada dalam bahasa. 50 Menurut ‘Adl huruf-huruf muqat}t}a‘ah bukanlah huruf

hijaiyah karena jumlah dari huruf hijaiyah adalah 28 atau 29, sedangkan huruf yang dipakai pada awalan surah tersebut hanya

14. Apabila huruf –huruf muqat}t}a‘ah tersebut adalah huruf hijaiyah maka cara membacanya harus sesuai dengan aturan bacaan huruf hijaiyah. Seperti ketika membaca سي apabila itu huruf seharusnya cara membacanya adalah نيس ءاي bukan نيس اي (baca: ya> si>n dengan menghilangkan hamzah), pada huruf muqat}t}a‘ah هط apabila itu huruf maka seharusnya cara membacanya adalah ءاه ءاط. Hal ini dijadikan ‘Adl sebagai dalil bahwa huruf-huruf muqat}t}a‘ah bukanlah huruf-huruf hijaiyah melainkan sebuah kata atau kalimat

dalam bahasa Mesir Kuno. 51 Mufassir kalangan Syiah berpendapat bahwa jika huruf-

huruf awalan itu dikumpulkan setelah dihapus ulangan-ulanganya maka akan mempunyai arti قح ىلع طارص: jalan Ali adalah benar. Pentakwilan tersebut kemudian dijawab oleh ahlu sunnah, menurutnya kumpulan huruf muqat}t}a‘ah itu bila dirangkai

49 Nu>ruddin ‘Itr. Ulu>m Al- Qur’an al-Kari>m (Damaskus: Mat}ba‘ah al- S{aba>h}, 1996).155-160

50 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur’an, 21

51 Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl , Al-Hi>ru>glifiyah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamma bi al-H{uru>f al- Muqat}t}a‘ah, 16 51 Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl , Al-Hi>ru>glifiyah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamma bi al-H{uru>f al- Muqat}t}a‘ah, 16

52 sunnah‛. Penafsiran terhadap huruf-huruf muqat{t{a‘ah yang terdapat

pada pembukaan beberapa surat Al- Qur’an sangat bervariasi namun pada umumnya ia merupakan penjelasan untuk menghilangkan keraguan terhadap Al- Qur’an dan mendorong orang untuk dapat mengkaji Al- Qur’an lebih dalam lagi.

d). Sebagai pemisah fawasil antar surah. 53 e).Sebagai tanda mistis dengan makna simbolik atau

apokaliptik yang didasarkan pada nilai-nilai numerik alphabet Semitik Utara. Angka-angka ini menurut sebagian mufassir menunjukkan usia umat nabi seperti:

: 1 + 30 + 40 + 200 = 271. Ali Nashuh at}-T}a>hir 54 mengelaborasi kembali gagasan

klasik tentang fawa>tih} al-Suwar sebagai simbol numerik. Menurutnya nilai-nilai numerik dari huruf-huruf tersebut mencerminkan jumlah ayat dalam surat atau kelompok surat dalam bentuk orisinalnya, dalam kebanyakan kasus berasal dari periode Mekkah. Contohnya surat ke 7 yaitu surat al- A‘ra>f yang diawali

dengan huruf-huruf a-l-m-s (1+30+40+90=161), menurut at}-T{a>hir pada mulanya hanya terdiri dari 161 ayat pertama. Tetapi dalam

52 Adonis, an-Nas} Al- Qur’an wa A>fa>q al-Kita>bah (Beirut: Da>r al-Adab, 1993),52.

53 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al- Qur’an, 244. 54 Ali> Na>s}u>h} T{a>hir adalah seorang penyair Palestina lahir di Jaffa pada

tahun 1906 . Pada tahun 1931 ia dan saudara-saudaranya ke Mesir dan menjadi warga negara Mesir. Pada tahun 1946 dideportasi ke Yordania disana ia menjabat sebagai menteri pertanian selama 3 periode dan jabatan wakil perdana menteri untuk rekonstruksi kemudian ditunjuk sebagai duta besar untuk kerajaan Yordania ke Iran dan Afghanistan. Pada tahun 1967 ia menyelesaikan masa tugasnya. Setelah masa tugasnya selesai ia aktif dalam menulis buku diantaranya menulis tentang huruf-huruf muqat}t} a‘ah dalam awalan surat. Ali Nas}u>h} T{a>hir meninggal pada tahun 19

82. ‚Shubha>t H}aula Bina>’ Al-Qur’an‛. efiles.mediu.edu 82. ‚Shubha>t H}aula Bina>’ Al-Qur’an‛. efiles.mediu.edu

surat. Jadi dengan menambahkan 111 ayat yang terdapat dalam 12 surat kepada 120 ayat Makiyyah dari 11 surat ia memperoleh 231 ayat yang disimpulkannya sebagai nilai huruf-huruf a-l-r

(1+30+200=231) pada permulaan kedua surat tersebut. 55 Penafsiran terhadap huruf-huruf muqat}t} a‘ah dan usaha

untuk menguak misterinya dimulai dari perdebatan orang-orang Yahudi terhadap Nabi Muhammad mengenai Islam dan Al- Qur’an. Orang-orang Yahudi berusaha menafsirkan huruf-huruf muqat} t{a‘ah tersebut berdasarkan penafsiran atas angka-angka. Mereka mempunyai anggapan bahwa angka-angka itu akan dapat menyingkapkan berapa lama dominasi dan hegemoni Islam secara

politis. 56

55 Taufik, Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al- Qur’an, 246. Lihat juga‚Shubha>t H}aula Bina>’ Al-Qur’an‛. efiles.mediu.edu. Ali> Nasu>h} T{a>hir

Dira>sah ‘Ilmiyah: Awa>il al-Suwar fi> Al-Qur’an al-Kari>m . 56 Nas}r H{a>mid Abu> Zaid, Mafhum an- Nas} Dira>sah fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an

,236. Ibn Ish}aq meriwayatkan dari Ibn Abbas: Abu Yasir Akhtab pernah melewati rasulullah yang sedang membaca pembukaan surah al-Baqarah: alif la>m mi>m dha>lika al-kita>bu la> raiba fi>h , kemudian ia mendatangi saudaranya Hayy bin Akhtab yang sedang berkumpul bersama orang-orang Yahudi lainnya. Ia berkata ketahuilah demi Allah aku telah mendengar Muhammad membaca sebagian dari wahyu yang diturunkan kepadanya alif la>m mi>m dzalika al-kita>bu la>rayba fi>>hi. Mereka bertanya ‚apakah kamu telah mendengarnya? Ia menjawab ‚ya‛ kemudian Hayy bin Akhtab berjalan bersama dengan orang-orang Yahudi tersebut menuju Rasulullah, mereka berkata kepada Muhammad :‛hai Muhammad bukankah engkau telah menyebutkan kepada kami bahwa engkau membacakan sebagian dari yang diturunkan padamu, alif la>m mi>m d}a>lika al- kita>bu la> rayba fi>hi?rasulullah saw menjawab :‛ya benar, mereka berkata apakah itu yang dibawa oleh Jibril dari Allah untukmu?beliau menjawab ya, mereka berkata Allah telah menurunkan sebelum kamu beberapa nabi. apa yang kami ketahui, menjelaskan berapa lama kekuasaan seorang nabi dan rizki yang dimakan umatnya, namun terhadapmu kami tidak mengetahui. Kemudian Hayy bin akhtab berkata seraya menghadap orang-orang yang bersamanya: alif (bernilai)satu, la>m tiga puluh dan mi>m empat puluh ini berarti tujuh puluh satu tahun. Maka apakah kalian akan memasuki sebuah agama yang masa kekuasaanya dan rizki umatnya hanya berlangsung dalam 71tahun?kemudian ia menghadap Rasulullah dan berkata: Hai Muhammad apakah ada yang

Interpretasi seperti ini dijadikan pegangan sebagian ulama salaf dalam menyingkap masa keberlangsungan dunia atau alam.

Diantara mereka adalah as-Suhaili seperti yang dikatakan oleh Ibn Khaldu>n: dan dialah (as-Suhaili) orang yang menjumlahkan huruf- huruf muqat}t}a ‘ah di permulaan surah setelah huruf-huruf yang diulang-ulang dibuang (dihitung satu). Ia mengatakan jumlahnya

14 huruf kemudian ia menjumlahkannya maka hasilnya 703. Jumlah ini ditambah dengan jumlah seribu tahun terakhir sebelum

nabi diutus, jumlah ini merupakan usia agama. 57 Ibn Khaldu>n menolak interpretasi huruf muqatt} }a‘ah dengan

usia sebuah agama atau usia keberlangsungan dunia. Hal ini berdasarkan dua alasan, pertama bahwa huruf-huruf itu dimaknai tidak rasional, pemaknaan itu bersifat ‘urfiyyah (konvensi) dan arbiter. Kedua bahwa orang-orang Yahudi yang memaknai seperti itu adalah orang-orang tidak terpelajar dan buta huruf secara kultural. Oleh karena itu pendapat dan ijtihad mereka tidak dapat

dipegang dalam menghadapi persoalan semacam ini. 58

lainnya?beliau menjawab ‚ya‛. Ia bertanya: apa itu?beliau menjwab alif la>m mi>m s}a>d ia berkata demi Allah ini lebih berat dan panjang. Alif satu, la>m tiga puluh, mi>m empat puluh dan s}a>d sembilan puluh jumlahnya 161 tahun. Apakah masih ada yang lainnya hai Muhammad?beliau menjawab‛ya‛ alif la>m ra>. ia berkata ‚demi Allah ini lebih berat dan lebih lama lagi. Alif satu, la>m tigapuluh dan ra> dua ratus jumlahnya 271 tahun, kemudian ia berkata misimu ini membingungkan kami hai muhammad hingga kami tidak mengetahui yang diberikan kepadamu banyak atau sedikit?kemudian mereka meninggalkan nabi . abu yasir kemudian berkata kepada saudarnya hayy bin Akhtab dan pendeta- pendeta Yahudi lainnya: mengapa kalian tidak menjumlahkan semuanya untuk masa kekuasaan Muhammad 71,161,231,dan 271 semuanya menjadi 334 tahun mereka menjawab misi Muhammad itu membingungkan kita.

57 Ibn Khaldu>n, Muqaddimah Ibn khaldu>n (Damaskus: Da>r Ya‘rub, 2004), 332 .

58 Ibn Khaldu>n, Muqaddimah Ibn Khaldu>n ,333. Menurut Ibn Khaldu>n, Abu Yassir dan saudaranya Hayy bukan termasuk orang yang pendapatnya

dijadikan pegangan dalam hal ini dan juga bukan termasuk ulama Yahudi sebab mereka tinggal di pedalama Hijaz yang tidak pernah memikirkan kreativitas dan ilmu pengetahuan bahkan terhadap kitab dan syariat agama mereka sekalipun. Mereka hanya menelan begitu saja perhitungan semacam ini seperti orang awam yang menelan mentah-mentah agama mereka.

Ada perbedaan makna huruf muqat}t}a ‘ah seperti yang sudah disebutkan di atas ada yang mengatakan itu sumpah Allah karena

kaum pada zaman nabi dibagi menjadi dua ada yang mus{addiq dan mukadhdhib. Bagi orang yang masuk golongan mus}adiq tanpa sumpah mereka sudah percaya sedangkan bagi yang mukadhdhib

perlu ada sumpah untuk meyakinkan suatu ucapan. 59 Para ulama dan sarjana berbeda-beda dalam memahami

makna huruf-huruf yang berada pada awal sejumlah surah Al- Qur’an, namun terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan huruf-huruf tersebut yang dapat disepakati antara lain: huruf-huruf yang dipilih sebagai pembuka surah-surah Al- Qur’an sebanyak 14 huruf. Huruf-huruf tersebut ditemukan dalam 29 surah. Dengan demikian 14 yang terpilih itu adalah seperdua dari huruf-huruf hijaiyah. Keempat belas huruf itu dirangkai oleh sebagian ulama

antara lain dengan kalimat nas} kari>m qa>t}i‘ lahu sir (teks mulia yang bersifat pasti dan memiliki rahasia). Huruf yang terpilih itu mewakili makha>rij al-h}u>ru>f yakni tempat-tempat keluarnya huruf. Setiap huruf yang terucap ada tempat pengucapannya. Seperti ali>f tempat keluarnya adalah kerongkongan la>m tempat pengucapan dan keluarnya adalah lidah dengan meletakkanya di langir-langit mulut sementara bunyi mi>m lahir dari pertemuan bibir atas dan bibir bawah. Dengan demikian alif, la>m, mi>m merupakan

awal,tengah dan akhir. 60 Dengan adanya huruf-huruf muqat}t}a ‘ah di dalam Al-

Qur’an seperti alif la>m mi>m membuktikan bahwa Al-Qur’an tidak dapat dibaca tanpa bantuan pengajar, karena surah Al-Fi>l dimulai dengan ayat yang ditulis sepenuhnya sama dengan ayat surah Al- Baqarah, namun memiliki bacaan yang berbeda. Dalam Q.S al-Fi>l lafadz ملا dibaca alam sedangkan dalam Q.S Al-Baqarah ملا dibaca ali>f la>m mi>m. Tentu saja perbedaan bacaan itu diketahui bukan dari tulisannya tetapi melalui pendengaran atau pengajaran.

59 Qurtubi, al- Ja>mi‘ li Ah}ka>m Al-Qur’an (Kairo: Da>r al-H}adi>th, 2007),157.

60 Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur’an , 84-85. Lihat juga Ibn Kathi>r, Tafsi>r Al- Qur’an al-Az}i>m (Da>r T{aibah,

Seperti Nabi Muhammad mendapatkan pengajaran Malakat Jibril

ketika menerima ayat-ayat Al- Qur’an. Pemaknaan terhadap huruf-huruf muqatt} {a‘ah telah

bergerak ke wilayah pemaknaan yang tidak terbatas. Berbagai gagasan tafsir baik gagasan dasar yang diletakkan para mufassir klasik ataupun varian-varian dan improvisasi-improvisasinya yang dikemukan sarjana Muslim modern mengenai makna huruf-huruf muqat}t}aah terlihat sangat spekulatif, namun gagasan-gagasan tersebut tidak keluar dari konsepsi dasar bahwa huruf-huruf muqat}t}a ‘ah tersebut merupakan bagian dari Al-Qur’an yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad. Konsepsi tentang huruf-huruf muqatt}} a‘ah sebagai bagian dari Al-Qur’an yang diwahyukan Tuhan ini mulai bergeser ketika sarjana barat berupaya mengungkap tabir misteri huruf-huruf muqat}t}a ‘ah tersebut. Keabsahan fawatih sebagai bagian dari risalah Ilahi yang diterima Nabi Muhammad mulai dipertanyakan lewat interpretasi

mereka tentangnya. 62 Sebagaimana Sa‘d ‘Abd al-Mut}alib al-‘Adl mengatakan

bahwa huruf muqat}t}a ‘ah bukanlah bagian dari Al-Qur’an melainkan sesuatu yang lain di luar Al- Qur’an. Argumen ini berlandaskan penafsirannya terhadap ayat walaqad ataina>ka sab‘an min al-matha>ni> wa Al- Qur’an al-‘Az}i>m. Menurut pemikirannya la> yaju>z ‘at}f shai’ ‘ala> juz’i minhu wa la> yaju>z ‘at}f juz’ ‘ala al-kulli>. Sebagaimana antara ma ‘t}u>f dengan ma‘t}u>f alaih harus berasal dari jenis yang berbeda 63

Menurut Nasr H}a>mid Abu> Zaid semua interpretasi di atas mempertegas sensitivitas ulama kuno bahwa ambiguitas makna

huruf-huruf tersebut membentuk salah satu aspek karakteristik teks. Ambiguitas tersebut mempertegas perbedaan antara Al- Qur’an dan teks-teks lain. Huruf-huruf muqatt} }a‘ah tersebut merupakan fenomena ambiguitas semantik yang dapat dijelaskan

61 Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur’an , 84-85.

62 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al- Qur’an ,246 63 Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl , Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamma bi al-H{uru>f al- Muqat}t}a‘ah , 50 62 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al- Qur’an ,246 63 Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl , Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamma bi al-H{uru>f al- Muqat}t}a‘ah , 50

perbedaan teks secara internal. Demikianlah teks membedakan antara dirinya dengan teks-teks lainnya pada satu sisi dan membedakan antara bagian-bagianya pada sisi lain. Perbedaan ini sebenarnya salah satu mekanisme teks. Melalui mekanisme ini teks dapat mewujudkan keistemewaannya dan berarti dapat mewujudkan kemampuanya untuk berinteraksi dengan kebudayaan

dalam ruang dan waktu. 64 Pada bab ini penulis menjelaskan penafsiran ‘Adl terhadap

apa yang selama ini diyakini sebagai huruf muqat}t}a‘ah. Dalam melakukan penafsiran ‘Adl terlebih dahulu memaparkan beberapa

ayat dari suatu surah yang terdapat huruf muqatt}{a ‘ah kemudian menjelaskan secara rinci surah tersebut merupakan surah Makiyah

atau Madaniyah kemudian menyebutkan jumlah ayat serta urutan surah baik sesuai urutan mushaf ataupun urutan turunnya surah, kemudian menafsirkan sesuai dengan konteks surah.

Sebel um membahas tentang contoh penafsiran ‘Adl, penulis akan memberikan contoh kosakata Mesir kuno yang mempunyai kemiripan dengan rangkaian huruf muqat}t}a‘ah.

Tabel 1: Contoh Kosakata Mesir Kuno. 65

Kosakata Mesir Kuno

Tabel di atas menjelaskan bahwa apa yang selama ini dalam bahasa Arab disebut dengan huruf (bukan ism atau fi‘il), dalam bahasa Mesir Kuno ia merupakan sebuah kata.

64 Nas}r H{a>mid Abu> Zaid, Mafhum an- Nas}s} Dira>sah fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an , 241.

65 Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al- Muqat{t{a‘ah, 11.

Menurut ‘Adl kosakata Mesir Kuno bila dirangkai sesuai dengan susunan huruf-huruf muqat}t}}a‘ah akan mempunyai

kemiripan pengucapan, namun cara penulisan dan maknany berbeda. Hal ini bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2: Perbedaan antara huruf Mu qat}t}a‘ah dan kosakata Mesir Kuno.66

Cara baca Kosakata Cara baca Huruf Mesir

muqatt}}a‘ah Kuno ميم ملا فلا

ص Tabel di atas menunjukkan bahwa kosakata tersebut memiliki kaidah homofon antara kosakata Mesir kuno dan huruf- huruf muqat}}t}a‘ah, dimana pengucapan huruf muqat}t}a‘ah memiliki kesamaan dengan pengucapan di dalam kosakata Mesir Kuno meskipun mempunyai bentuk ejaan yang berbeda.

66 Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al- Muqat{t{a‘ah, 11-12.

a. Penafsiran Kosakata Mesir Kuno هط

Lafadz هط terdapat pada surah T{a>ha yaitu surah Makiyah surah ke 20 menurut urutan mushaf. Surah ini berada pada juz ke

16. Dari segi urutan turunnya surah ini adalah surah ke 45 yang turun setelah surah Maryam. Cara pembacaan lafadz هط dari segi ilmu tajwid adalah ا mad t}abi>‘i dua harakat dan اه mad t}abi>‘i dua ط harakat. Menurut ‘Adl lafadz ini bukanlah huruf hijaiyah karena apabila huruf hijaiyah maka seharusnya pembacaanya adalah + ءاط ءاه. 67

Lafadz هط dalam bahasa Mesir Kuno sebagaimana dijelaskan oleh ‘Adl mempunyai arti: ! رظنا وأ هبتنا ،قحلا لجرلا وأ ىوقلا لجرلا اهيأ اي وا اذه اي (Wahai laki-laki yang kuat yang benar lihatlah!). ط : حلا لجرلا وأ ىوقلا لجرلا اهيأ اي ( wahai laki-laki yang kuat dan benar) ز ـه: ! 68 رظنا ،ّعّلطت ، ! هبتنا (lihatlah atau perhatikanlah).

Asba>b Nuzul dari ayat ini sebagaimana diriwayatkan dari Ibn Abbas ‚ ىلص اذإ هيمدق رودص ىلع موقي يحولا هيلع لزنا ام لوا ناك يبنلا نا ‚ kemudian turunlah ayat ىقشتل كيلع انلزنأ ام هط Beberapa mufassir berbeda pendapat dalam menafsirkan lafadz هط. Ada yang memberikan makna dengan nama rasul Muhammad SAW namun menurut ‘Adl penafsiran seperti ini tidak ada sanadnya. Para mufassir tersebut berfikiran bahwa ketika menemukan kata yang tidak dipahami dalam bahasa Arab sedangkan khita>b yang berada di ayat selanjutnya ditujukan kepada rasul maka mereka menyimpulkan bahwa itu nama dari

Rasul Muhammad SAW. 69

67 Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl , Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al- Muqat}t}a‘ah, 108. 68

Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl , Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al- Muqat}t}a‘ah, 108. 69 Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl , al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al- Muqat}t}a‘ah, 107

Penafsiran lafadz هط dalam konteks Q.S T{a>ha dalam perspektif ‘Adl adalah ‚Wahai laki-laki yang kuat dan yang benar

dalam keimanannya atau Rasul Muhammad lihatlah dan perhatikanlah intabih bahwasanya kami tidak menurunkan Al- Qur’an kepadamu untuk membuatmu susah tetapi Kami menurunkan Al- Qur’an kepadamu sebagai peringatan bagi orang-

orang yang takut kepada Allah 70 ‛. Menurut Quraish Shihab kata هط dipahami sebagai isyarat

tantangan terhadap orang-orang yang meragukan kebenaran Al- Qur’an, seakan akan kedua huruf tersebut menyatakan bahwa wahyu Ilahi ini tersusun dari huruf-huruf yang mereka gunakan dalam tutur bahasa mereka sehari-hari, meskipun demikian mereka tidak mungkin mampu membuat walau satu surah atau beberapa

ayat. 71 Ada sebagian ulama yang memahami lafadz هط dengan

sebuah singkatan ط adalah singkatan dari t}a>hir (yang suci) dan ـه

singkatan dari ha>d (pemberi petunjuk). Jadi maksud dari lafadz هط adalah panggilan kepada Nabi Muhammad yang merupakan manusia suci dan terpelihara dari dosa serta pemberi petunjuk. Menurut al- Biqa>’i ط merupakan kependekan dari kata kerja perintah ءىطو (injakkan kaki )dan huruf ـه pengganti nama dari kata bumi sehingga هط dipahami dengan arti injakkanlah kakimu hai Nabi Muhammad dalam arti kuasailah bumi ini. 72

b. Penafsiran Kosakata bahasa Mesir Kuno صعيهك

Lafadz صعيهك terdapat pada QS. Maryam 19:1. Surah ini termasuk dari surah Makiyah. Kalimat صعيهك dalam bahasa Mesir Kuno sebagaimana dijelaskan oleh ‘Adl diartikan dengan :

70 Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl , al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al- Muqat}t}a‘ah ,108 71

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur’an , 268 72 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur’an, 268.

(Akan Kami tampakkan rahasia yang Kami turunkan kepadamu dari langit maka perhatikanlah kisah yang benar dan

nyata yang Kami turunkan kepadamu). 73 فاك : ةينيقي ةقيقح رهظي , رس ىلجي , ارس ضفي , رس نع باقنلا فشكي

(menampakkan rahasia)

: ءامسلا نم لزنتي (diturunkan dari langit)

: كيلإ , اذهل (untuk ini, kepadamu) نييع : نسح , قداص , ىقيقح (kebenaran, yang membenarkan,

kebaikan)

: ركذ , ةصق , ةياكح , ىكحي , لوقي ( diceritakan, kisah, cerita) Penafsiran صعيهك dalam konteksnya sebagai ayat pembuka

surah Maryam adalah: Bahwa Allah SWT memerintahkan agar Nabi Muhammad SAW menyampaikan risalahnya kepada manusia dan menyampaikan kebenaran risalah nabi sebelumnya setelah adanya masa tenggang kenabian selama 600 tahun (jarak masa kenabian antara Nabi Isa dan Nabi Muhammad).Untuk itu di pembuka QS. Maryam Allah berfirman: perhatikanlah wahai Muhammad! Kami turunkan kepadamu kisah yang mengandung kebenaran dan nyata yaitu kisah kelahiran Nabi Isa yang lahir dari

seorang ibu tanpa ayah. 74 Untuk menyesuaikan kata داص (bahasa Mesir Kuno)

dengan ayat اّيركز هدبع كبر ةمحر ركذ menurut ‘Adl perlu untuk

memindahkan kata نييعsebelum kata داص sehingga menjadi - ـه -

نييع - داص - ـي فاك atau صيهك ع

Bagi ‘Adl penafsiran dengan menggunakan makna dari bahasa Mesir kuno lebih cocok daripada menggunakan makna dari bahasa Arab, namun pernyataan ini dibantah oleh beberapa tokoh yang menyatakan bahwa bahasa Arab lebih bermakna, hal ini

73 Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al- Muqatt}}a‘ah, 82-83.

74 Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>glifiyah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al- Muqat}t}a‘ah, 83.

disebabkan karena dalam menafsirkan Al- Qur’an harus menggunakan kaidah-kaidah penafsiran tertentu yang sudah

ditetapkan. Penafsiran lafadz yang tidak sesuai dengan kaidah- kaidah seperti mengutak-atik lafadz tanpa dalil yang jelas tidak diperbolehkan karena dapat menyebabkan terjadinya penafsiran tanpa batas yang keluar dari aturan-aturan yang sudah ditetapkan.

Penafsiran Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl tergolong penafsiran kontroversial. Hal ini didasari karena perbedaan yang mencolok pada corak penafsirannya dengan merubah dan memotong lafadz Al- Qur’an untuk menyesuaikan arti dalam bahasa Mesir Kuno. Berbagai kritikan datang muncul untuk mendebat penafsirannya, namun hal ini tidak menyudutkannya untuk mengurungkan niat dalam pengembangan dan pembaharuan dalam bidang tafsir dan quranic studies.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa bahasa Al- Qur’an adalah bahasa yang historis, yaitu bahasa yang mengandung unsur sejarah dan terpengaruh oleh bahasa lain. Hal ini dibuktikan dengan adanya kosakata-kosakata asing di dalam Al- Qur’an, seperti kosakata yang berasal dari bahasa Persia, Nabatean, Ibrani, Koptik, dan lain sebagainya. Meskipun di dalam Al- Qur’an mengandung unsur-unsur bahasa asing, namun kosakata-kosakata tersebut sudah dikenal oleh bangsa Arab dan telah mengalami proses arabisasi yang disesuaikan wazn atau timbangannya dalam bahasa Arab.

Berbeda dengan kosakata yang telah mengalami arabisasi tersebut, menurut Sa’d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Qur’an juga mengandung kosakata Mesir Kuno karena adanya hubungan historis antara Mesir Kuno dan Al- Qur’an. ‘Adl mencoba melacak kosakata-kosakata yang maknanya tidak terungkap di dalam Al- Qur’an dan mencoba memberikan makna dalam bahasa Mesir Kuno. Menurut ‘Adl, bahasa Mesir Kuno memiliki makna yang lebih konkrit dibandingkan bahasa-bahasa lain dan merupakan salah satu bahasa suci yaitu bahasa yang digunakan Allah berbicara kepada para nabi-nabi-Nya. ‘Adl mencoba untuk membuktikan adanya kosakata Mesir Kuno dalam Al- Qur’an melalui penafsirannya terhadap huruf muqat}t} a‘ah. Menurutnya apa yang selama ini diyakini sebagai huruf ternyata dalam bahasa Mesir Kuno ia merupakan lafadz yang mengandung makna tertentu. Hal ini ia awali dengan penafsirannya terhadap lafadz sab’ul matha>ni yang menurutnya ia adalah perkalian antara 2x7 yang hasilnya adalah 14 dan merupakan huruf muqat }t}‘ah yang memiliki arti dalam penafsiran bahasa Mesir Kuno.

Pemikiran dan p enafsiran ‘Adl ini mendapat banyak kritikan dari berbagai akademisi. Hal ini dikarenakan ‘Adl terlalu merekonstruksi Al- Qur’an secara paksa melalui penafsirannya Pemikiran dan p enafsiran ‘Adl ini mendapat banyak kritikan dari berbagai akademisi. Hal ini dikarenakan ‘Adl terlalu merekonstruksi Al- Qur’an secara paksa melalui penafsirannya

B. Saran Sebuah penelitian tidak akan lepas dari kekurangan dan kesalahan. Perbedaan pandangan dan kritikan dalam dunia akademis pasti akan selalu ada, oleh karenanya tesis ini masih sangat membutuhkan kritik, saran dan pengembangan. Mengingat penelitian ini terfokus hanya pada bahasa Mesir Kuno, maka kajian tentang kosakata asing di dalam Al- Qur’an masih menyisakan permasalahan yang patut mendapat sorotan untuk diteliti. Di antara permasalahan tersebut adalah pentingnya kajian tentang kosakata asing dalam Al- Qur’an dari bahasa lain selain bahasa Mesir Kuno.