Iffa Nurul Laili Kosakata Asing Dalam al Qur'an

KOSAKATA ASING DALAM AL- QUR’AN (Kajian Kritis terhadap Kosakata Mesir Kuno dalam Perspektif Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl) TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pengkajian Islam

OLEH: IFFA NURUL LAILI NIM: 11.2.00.0.05.01.0094

PEMBIMBING Dr.YUSUF RAHMAN, MA

PROGRAM STUDI PENGKAJIAN ISLAM KONSENTRASI TAFSIR INTERDISIPLIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

ميحرّلا نمحّرلا الله مسب KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam yang tidak pernah berhenti memberikan hidayah, kasih sayang dan kekuatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan penulisan tesis dengan judul ‚KOSAKATA ASING DALAM AL-QUR’AN (Kajian Kritis terhadap Kosakata Mesir Kuno dalam Perspekti f Sa‘d ‘Abd al- Mut{allib al- ‘Adl) ‛. Tesis ini penulis ajukan kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister dalam Pengkajian Islam konsentrasi tafsir. Shalawat beriring salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, jasa, doa dan dorongan yang sangat berharga dari semua pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian tugas ini jaza>kumullah khaira al- jaza>’ mereka adalah:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Komaruddin Hidayat, Direktur SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Azyumardi Azra. Ketua jurusan doktor Prof. Suwito, ketua jurusan magister Dr. Yusuf Rahman, MA, segenap dosen Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta seluruh staf administrasi dan perpustakaan.

2. Dr. Yusuf Rahman, MA selaku pembimbing dan promotor yang telah banyak mengarahkan penulis dan memberikan masukan-masukan

Ide-idenya sungguh mencerahkan dan menginspirasi agar penulis membaca referensi sebanyak mungkin.

berharga.

3. Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) Jakarta yang telah memfasilitasi penulis selama mengikuti Pendidikan Kader Mufassir. Arahan sejumlah Dewan Pakar yang berkecimpung di lembaga tersebut telah memberi nuansa 3. Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) Jakarta yang telah memfasilitasi penulis selama mengikuti Pendidikan Kader Mufassir. Arahan sejumlah Dewan Pakar yang berkecimpung di lembaga tersebut telah memberi nuansa

4. Kedua orang tua penulis H. Halimi Fatah, S.Pd.I dan Hj. Sumilatin, S.Pd.I, yang penuh kasih sayang, tulus ikhlas mendidik penulis, keduanya telah memberikan dukungan, motivasi dan senantiasa mendoakan penulis dalam meraih harapan semaksimal mungkin. Semoga Allah SWT mengampuni dosa keduanya serta selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada keduanya. Untuk adikku Lilis Fikriya Umami selamat belajar dan menjadi anak kebanggaan orang tua.

5. Teman-teman penulis Cah ayu, Tya, Herlina, Mami Ita, Sarah, Albab, Zahra, Nadia, Dilla, Amma, Kak Yeyen, Mamalia, Kak Rouf dan semua teman-teman UIN angkatan 2012. Teman-teman PKM angkatan VIII yang banyak memberikan masukan dalam penulisan tesis ini.

6. Untuk semua yang telah mendukung dan membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, hanya doa yang bisa penulis berikan semoga Allah membalas dengan kebaikan Amin.

Akhirnya penulis memohon maaf jika tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap karya yang sederhana ini dapat memberikan kontribusi akademik dan bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 22 Agustus 2014/ 26 Shawwa>l 1435

Iffa Nurul Laili

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: Iffa Nurul Laili

Tempat Tanggal Lahir : Tulungagung, 1 April 1987 NIM

: 11.2.00.0.05.01.0094 Jenjang Pendidikan

: S2 Pengkajian Islam Konsentrasi

: Tafsir

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis berjudul ‚KOSAKATA ASING DALAM AL-QUR’AN (Kajian Kritis terhadap Kosakata Mesir Kuno dalam Perspektif Sa‘d ‘Abd al- Mut}allib al- ‘Adl),‛ adalah hasil karya saya kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sembernya, apabila di dalamnya terdapat

kesalahan dan kekeliruan, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya, selain itu apabila di dalamnya terdapat plagiasi saya

siap menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang diberlakukan oleh Sekolah Pascasarjana Universitas Syarif

Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar- benarnya.

Jakarta, 22 Agustus 2014 M

26 Shawwa>l 1435 H Yang membuat pernyataan

Iffa Nurul Laili

PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis mahasiswi berikut ini

Nama : Iffa Nurul Laili NIM

Judul Tesis : KOSAKATA ASING DALAM AL- QUR’AN

(Kajian Kritis terhadap Kosakata Mesir Kuno dalam Perspektif Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl)

Telah melalui proses bimbingan dan bisa diajukan untuk Ujian Promosi.

Jakarta, 22 Agustus 2014 M

26 Shawwa>l 1435 H Pembimbing

Dr. Yusuf Rahman, MA

ABSTRAK

Tesis ini membuktikan bahwa adanya kosakata asing dalam Al- Qur’an karena bahasa Al-Qur’an adalah bahasa historis.

Tesis ini mendukung pendapat Abu> Mans}u>r al-Jawa>li>qi> (1990), Toshiko Izutsu (2000), Nas}r H{a>mid Abu> Zaid (2001), Subh}i> S}a>lih} (2008), ‘Abd as}-S{abu>r Sha>hi>n (2009), Taufik Adnan Amal (2013) yang menyatakan bahwa di dalam Al- Qur’an terdapat kosakata asing. Hal ini terjadi akibat interaksi bangsa Arab dengan non Arab sehingga menimbulkan pertukaran kosakata.

Sebaliknya tesis ini membantah, H{asan D {iya>’uddi>n ‘Itr (1988), Ah}mad Muh}ammad Sha>kir (1990) bahwa kosakata dalam Al- Qur’an adalah murni dari bahasa Arab. Mereka berargumen bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang sangat luas, banyak dialek dan macam-macam lahjah di dalamnya sehingga, memungkinkan bagi sebagian yang lain tidak mengetahui arti suatu kata, hal ini bukan berarti kosakata tersebut kosakata asing.

Penelitian ini membahas tentang pemikiran dan penafsiran kosakata Mesir Kuno dalam Al-Q ur’an menurut Sa‘d ‘Abd al- Mut{allib al- ‘Adl.

Kajian ini menggunakan penelitian kualitatif yang bersumber pada data primer yaitu al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir al- Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah, sedangkan data sekundernya berupa literatur buku, jurnal maupun artikel yang berhubungan dengan pembahasan kosakata asing dalam Al- Qur’an. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tematik dengan pendekatan bahasa dan sejarah.

Kata Kunci : Kosakata Asing, Hieroglif, Arabisasi

ABSTRACT

This thesis proves that the presence of foreign vocabularies in the Qur’an because the language of the Qur’an is a historical

language. This thesis supports the idea of Abu> Mans}u>r al-Jawa>li>qi> (1990), Nas}r H{a>mid Abu> Zaid (2001), Subh}i> S{a>lih} (2008), ‘Abd as}- S{abu>r Sha>hi>n (2009), Taufik Adnan Amal (2013) who state that in the Qur’an there are foreign vocabularies. This occurs due to the interaction between Arab people and non Arabs from other nations and this interaction gave rise to the exchange of vocabularies.

In contrast this thesis denies the idea of H{asan D{iya>’uddi>n ‘Itr (1988) and Ah}mad Muh}ammad Sha>kir (1990) who state that vocabularies used in the Qur’an are pure Arabic. They argue that since Arabic is a very vast language which has many kind of dialects making it possible for some people to misunderstand the meaning of some Arabic word. That does not mean the word is a foreign word.

This study discusses about the thought and interpretation of Ancient Egypt vocabularies of the Qur’an according to Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl.

This study is a qualitative research, studyng the book of al-Hi>ru>gli>fiyah Tufassir al- Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al- Muqat}t}a‘ah written by Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl as primary data. The secondary data is literature from books, articles and journals which relates to the discussion of foreign vocabularies of the Qur’an. The methodology used in this study by the author is thematic method with linguistic and historical approaches.

Key Words : Foreign Words, Hieroglyph, Arabization

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini adalah ALA –LC ROMANIZATION tables yaitu

sebagai berikut:

A. Konsonan Initial

Initial Romaniza tion ا

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Huruf Latin Nama َ

Tanda Nama

Fath}ah

Kasrah

D{ammah

2. Vokal Rangkap

Gabungan Nama Huruf ى... َ

Tanda Nama

A dan I و… َ

Fath}ah dan ya Ai

A dan W Contoh : نيسح : H{usain

Fath}ah dan wau Au

لوَح : H{aul

C. Vokal Panjang Tanda Nama

a dan garis di atas يِى

آى Fath}ah dan alif

a>

Kasrah dan ya

i>

i dan garis di atas

وُى D{ammah dan

u dan garis wau

u>

diatas

D. Ta’ marbu>t}ah ( ة)  Transliterasi ta’ marbu>t}ah (ة) di akhir kata bila dimatikan ditulis h.

Contoh : ةأرم

: mar’ah ةسردم : madrasah

(Ketentuan ini tidak digunakan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat, zakat dan sebagainya kecuali dikehendaki lafadz aslinya)

E. Shaddah Shaddah/tasydi>d di transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf bershaddah itu. Contoh:

انّبر : rabbana> لاّوش : shawwa>l

F. Kata Sandang Alif + La>m  Apabila diikuti dengan huruf qamariyah ditulis al. Contoh :

ملقلا : al-Qalam

 Apabila diikuti oleh huruf shamsiyah ditulis dengan menggandeng huruf shamsiyah yang mengikutinya

serta menghilangkan huruf l-nya Contoh:

سمشلا : Ash-Shams

سانلا

: An-Na>s

G. Pengecualian Transliterasi Adalah kata-kata bahasa Arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia, seperti الله, asma>’ al-h}usna> kecuali menghadirkannya dalam konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam penulisan.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam ayat-ayat Al- Qur’an dijelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab yang jelas. Pemilihan bahasa Arab sebagai bahasa Al- Qur’an merupakan sesuatu yang rasional karena wahyu diturunkan dengan

menggunakan bahasa nabi yang menerimanya. 1 Alasan lain terpilihnya bahasa Arab sebagai bahasa wahyu

Ilahi disebabkan beberapa faktor diantaranya: keunikan bahasanya dibanding bahasa lain. Menurut Ibn Jinni> pemilihan huruf-huruf

pada kosakata bahasa Arab bukanlah suatu kebetulan tetapi mengandung falsafah bahasa tersendiri. Misalnya dari ketiga huruf yang membentuk kata qa>la yang aslinya dari kata qawala yakni qa>f, waw dan la>m yang artinya berkata dapat dibentuk enam bentuk kata yang mempunyai makna berbeda, meskipun ada huruf yang didahulukan atau dibelakangkan semuanya mengandung makna yang menghimpunnya yaitu gerakan. 2 Keunikan bahasa

1 Sebagaimana dalam Q.S Fuss}}ila>t 41:44 yang artinya: Dan sekiranya Al- Qur’an Kami jadikan sebagai bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab

niscaya mereka mengatakan, ‛Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?‛ Apakah patut (Al- Qur’an) dalam bahasa selain bahasa Arab sedangkan (rasul) orang Arab? Katakanlah ‛Al-Qur’an adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang- orang yang beriman.

2 Dari ciri di atas bahasa Arab mempunyai kemampuan luar biasa untuk melahirkan makna-makna baru dari akar-akar kata yang dimilikinya. Seperti

muqa>wil yang berarti kontraktor. Kontraktor adalah yang membangun bangunan sedangkan pembangunan mengharuskan adanya gerakan, tanpa gerak atau dengan kata lain diam maka pembangunan tidak dapat terlaksana. Kata lain dari akar yang sama yaitu waqala yang artinya mengangkat satu kaki dan memantapkan kaki yang lain ke bumi. Kata ini menunjuk kepada makna asal yaitu adanya gerak. al-Waqal artinya batu yang digunakan untuk menuju ke arah atas. al-Waqil dan al-waql adalah kuda yang pandai menanjak. Al-Laqwu adalah angin yang menimpa seseorang sehingga menggerakkan bagian

Arab juga terlihat pada kekayaannya yaitu pada bilangannya

mufrad, muthanna> dan jama‘ juga pada kosakata dan sinonimnya. Kearaban Al- Qur’an (penggunaan bahasa Arab sebagai

bahasa Al- Qur’an) bukanlah hasil karya manusia. Hukum-hukum serta pemahamannya bukan juga hasil dari pengaruh dan bias peradaban manusia namun, Al- Qur’an diturunkan kepada manusia

dari kekuasaan Allah. 4 Meskipun Al- Qur’an menggunakan bahasa manusia namun sesungguhnya ia adalah kalam Ilahi ia bukanlah

karangan Nabi Muhammad. Hal ini diperkuat oleh dalil Q.S An- Nah}l 16:103, dimana ayat tersebut turun untuk membantah bahwa Nabi Muhammad mendapat wahyu dari orang-orang yang bukan berbahasa Arab.

   Artinya: Dan sesungguhnya kami mengetahui bahwa mereka berkata ‚Sesungguhnya Al-Qur’an itu hanya diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad).‛ Bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa Muhammad belajar) kepadanya bahasa a‘jam padahal ini (Al-Qur’an) adalah dalam bahasa Arab yang jelas.

Kaum revisionis berusaha merevisi terhadap keyakinan ortodoksi mengenai kearaban teks Al-Quran. Menurut pendapat para revisionis Jibril menurunkan Al-Quran dengan maknanya saja, kemudian Nabi Muhammad SAW menarasikannya dengan bahasa Arab. Hal ini dilakukan untuk mengkritik pendapat Zarkashi> dan Suyu>t}i> yang meyakini bahwa Jibril menurunkan Al-

wajahnya. Quraish Shihab dkk, Ensiklopedia Al- Qur’an Kajian Kosakata (Tangerang: Lentera Hati, 2007), viii

3 Quraish Shihab dkk, Ensiklopedia Al- Qur’an Kajian Kosakata (Tangerang: Lentera Hati, 2007), viii.

4 Yu>suf Qarad}a>wi>, Kaifa Nata‘a>mal ma‘a Al-Qur’an al-‘Az}i>m (Kairo: Da>r ash-Shuru>q) , 22.

Qur’an dengan lafadz dan makna sekaligus. Menurut Suyu>t}i> pendapat yang dilontarkan oleh kaum revisionis itu ambigu karena

tidak bisa membedakan antara dua entitas wahyu.Wahyu pertama berbentuk Al-Quran, dimana lafadz dan maknanya berasal dari Allah. Wahyu kedua berbentuk hadis qudsi dimana maknanya berasal dari Allah sedangkan lafadznya berasal dari Nabi Muhammad namun, kaum revisionis tetap berpegang pada argumen bahwa lafadz Al- Qur’an berasal dari Nabi Muhammad. Dengan pandangan seperti itu para revisionis memberikan legitimasi untuk mereformulasikan ayat-ayat Al- Qur’an ke dalam bahasa lain bukan sebagai terjemah tetapi ayat-ayat Al-Quran

versi bahasa itu. 5 Kearaban Al- Qur’an bukan berarti menunjukkan

ketidakmungkinan orang-orang non Arab untuk memahaminya dengan baik, melainkan menunjukkan kemungkinan orang-orang

non Arab untuk memahami dan memperkaya makna Al- Qur’an. Terbukti di berbagai belahan dunia non Arab selalu lahir para ulama yang tingkat pemahamannya terhadap Al- Qur’an tidak diragukan lagi. Seperti ulama-ulama dari Indonesia Shaikh Nawawi al-Bantani, Buya Hamka, Hasby as-Shidqy, Quraish

Shihab dan lain sebagainya. 6 Suatu perdebatan muncul ketika Al- Qur’an wahyu Allah

yang diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab yang jelas atau ‘arabi>yun mubi>n sebagaimana yang termaktub dalam ayat-ayat Al- Qur’an ternyata menurut analisis sebagian ulama dan sarjana terdapat kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Hal ini menjadi

benih perdebatan dan diskusi yang hangat di kalangan sarjana muslim dan orientalis sehingga menjadikan status kearaban Al-

Qur’an dipertanyakan kembali. 7

5 Abas Mansur Tamam, ‚Pemikiran Islam Kontemporer dan Imperealisme Barat‛ http://forumlingkarpena.net. ( Diakses 7 juli 2013). 6

Zuhairi Misrawi, Al- Qur’an Kitab Toleransi Inklusivisme, Pluralisme dan Multikulturalisme (Jakarta: Fitrah, 2007), 73. 7 Andrew Rippin, ‚Foreign Vocabulary: Encyclopaedia of the Qur’an: Brill Online‛ http://www.brillonline.nl.ezproxy.library.uvic.ca (2010).

Perdebatan yang terjadi di kalangan orientalis berbeda dengan perdebatan yang terjadi di kalangan para sarjana dan ulama

muslim. Kalau kajian tentang kosakata asing dalam Al- Qur’an di kalangan orientalis bertujuan untuk mencari pengaruh Yahudi-

Kristen 8 sedangkan perdebatan yang terjadi di kalangan sarjana muslim bertujuan untuk mencari ada atau tidak kosakata asing

yang digunakan Al- 9 Qur’an. Abraham Geiger adalah seorang orientalis yang

mendengungkan isu bahwa Nabi Muhammad dan Al- Qur’an terpengaruh oleh tradisi Yahudi. Pemikiran tersebut ditulis dalam sebuah karya yang berjudul Was hat Mohammed aus dem Judenthume aufgenommen? (What did Muhammad Borrow from Judaism?). Menurut pendapatnya ada kosakata asing yang terdapat dalam Al- Qur’an. Ia juga mengatakan bahwa Al-Qur’an terpengaruh dengan agama Yahudi yaitu pertama tentang hal-hal yang menyangkut keimanan dan doktrin, kedua peraturan- peraturan hukum dan moral, ketiga pandangan tentang kehidupan. Ia juga membahas tentang ayat-ayat Al- Qur’an yang mengecam Yahudi. Menurut penafsirannya kecaman itu karena Nabi Muhammad telah menyimpang dan salah memahami doktrin-

doktrin agama Yahudi. 10 Beberapa dari orientalis mengklaim bahwa sumber-sumber

Arab dan Islam scara inheren tidak bisa dipercaya dan menganggap sumber-sumber non Islam dan opini-opini yang spekulatif sebagai sebuah kebenaran. Mereka menganggap bahwa Al- Qur’an bukanlah wahyu yang diberikan kepada Nabi

8 Moh. Khoeron, ‚Kajian Orientalis terhadap Teks dan Sejarah Al- Qur’an ‛ S{uhuf Jurnal Kajian Al-Qur’an dan Kebudayaan Vol. 3 No.2, 2010 ,

240. Sebagaimana pendapat Katch, Abraham Geiger, Arthur Jeffery yang mengatakan bahwa ada pengaruh Yahudi-Kristen dalam Al- Qur’an melalui kosakata serapan. Lihat juga Andrew Rippin, ‚Foreign Vocabulary: Encyclopaedia of the Qur’an: Brill Online.‛

http://www.brillonline.nl.ezproxy.library.uvic.ca (2010)

Jala>luddi>n As-Suyu>t}i>, al- Itqa>n fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an (Beirut: Da>r al- Kutub al- ‘Ilmiyah, 2000), 271. 10 Abraham Geiger, ‚What did Muhammad Borrow from Judaism?‛ The Origins of the Koran,

ed. Ibn Warraq (New York: Prometheus, 1998), 165.

Muhammad melainkan sebuah kompilasi yang dicuri dari bahan liturgi dari masa Yahudi-Kristen, seperti yang dilakukan oleh

Alphonse Mingana yang mengatakan bahwa Al- Qur’an mempunyai hubungan yang kuat dengan Siria. Hal ini dibuktikan dengan adanya kosakata Siria yang dipinjam oleh Al- Qur’an dimana bahasa Siria adalah bahasa liturgy Kristen yang digunakan oleh orang-orang Kristen khususnya dalam menerjemahkan

Bible. 11 Sebagaimana yang dikutip oleh Adnin Armas Alphonse

Mingana menulis dalam essainya bahwa ada 100% pengaruh bahasa asing yang terkandung dalam Al- Qur’an. Pengaruh bahasa Ethiopia 5%, bahasa Ibrani 10%, bahasa Yunani-Romawi 10%,

bahasa Persia 5% dan bahasa Syriak 70%. 12 Menurut Arthur Jeffery kajian mengenai kosakata Al- Qur’an sangat penting untuk bisa memahami Al-Qur’an.

Mayoritas mufassir dari kalangan muslim lebih banyak yang mengkaji dan menafsirkan Al- Qur’an dalam ruang lingkup hukum dan teologi daripada untuk menemukan makna asal original meaning di dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Dalam mengkaji kosakata Al- Qur’an Arthur Jeffery menemukan 317 kosakata asing yang dibukukan dalam karyanya The Foreign Vocabulary of The

Qur’an. 13 Di dalam buku The Foreign Vocabulary of The Qur’an

Jeffery menjelaskan faktor-faktor dan penyebab adanya kosakata asing di dalam Al- Qur’an dan juga menyebutkan kosakata yang menurutnya asing beserta perdebatan yang terjadi di antara para

sarjana dan ulama dalam menentukan asal suatu lafadz. Di dalam buku tersebut ia menjelaskan bahwa di dalam Al- Qur’an terdapat

11 M S M Saifullah dkk, ‚From Alphonse Mingana to Christoph Luxenberg: Arabic Script & The Alleged Syriac Origin of The Qur’an.

http://www.islamic-awareness.org/Quran/Text/Mss/vowel.html. Diakses 15 Agustus 2014.

12 Adnin Armas, Metodologi Bibel dalam Studi Al- Qur’an (Depok: Gema Insani Press, 2005), 148.

13 Arthur Jeffery, The Foreign Vocabulary of the Qur’an (Leiden: Koninklijke Brill, 2007), 2-3.

kosakata asing yang berasal dari Ethiopia, Persia, Yunani, India, Syriak, Ibrani, Nabatean, Koptik, Turki, Negro dan Barbar. Dari

penemuannya 317 kosakata asing di dalam Al- Qur’an Jeffery menyimpulkan bahwa Al- Qur’an adalah kitab berbahasa Arab yang terpengaruh berbagai bahasa asing. Hal ini disebabkan pada zaman rasulullah SAW Arab tidak terisolasi dari dunia luar sehingga interaksi tersebut secara alami menghasilkan pertukaran

kosakata. 14 Kajian Arthur Jeffery yang bertujuan untuk mengkritisi Al-

Qur’an ini dibangun atas asumsi bahwa setiap agama-agama yang ada di dunia pasti ada permasalahan yang ditemukan khususnya mengenai manuskrip keagamaan, sehingga tidak mustahil menemukan kesalahan pada Al- Qur’an karena pada hakikatnya Al- Qur’an adalah kitab paling terakhir muncul di antara kitab-kitab agama samawi yang lain. 15

Friedrich Schwally mengatakan bahwa kata Qur’an merupakan derivasi dari bahasa Syria atau Ibrani yaitu qerya>na>, qirya>ni yang artinya bacaan atau yang dibaca dimana kata tersebut digunakan dalam liturgi Kristen. Hal ini menunjukkan bahwa ada penyerapan kosakata Arab dari bahasa Syria. 16

Christoph Luxenberg dalam karyanya The Siro-Aramaic Reading of the Koran: a Contribution to the Decoding of the language of the Qur’an mengatakan bahwa bahasa Al-Qur’an sebenarnya bukanlah bahasa Arab melainkan bahasa Syriak. Pembacaan Al- Qur’an dengan menggunakan bahasa Syriak- Aramaik akan membantu dalam mengungkapkan makna suatu

lafadz dalam Al- Qur’an. 17

14 Arthur Jeffery, The Foreign Vocabulary of the Qur’an (Leiden: Koninklijke Brill, 2007), 2-3.

15 Arthur Jeffery, ‚The Textual History of the Qur'an‛. http://www.answering-Islam.org/Books/Jeffery/thq.htm. Diakses tgl 31

Mei 2013. 16 Subh}i> as-S{a>lih}, Maba>h}ith fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an (Beirut: Da>r al- ‘Ilm li

al-Mala>yi>n, 1988), 20. 17 Christoph Luxenberg, The Siro-Aramaic Reading of the Koran: a

Contribution to the Decoding of the language of the Qur’an (Berlin: Verlag Hans Schiler, 2007), 10

Imam Sha>fi‘i mengatakan bahwa di dalam Al-Quran hanya terdapat bahasa Arab dan itu bersifat murni. Apa yang dianggap

sebagai kosakata asing oleh sebagian kelompok pada kenyataannya dia bukan asing melainkan orang tersebut tidak mengetahui kosakata tersebut. Hal ini diperkuat dengan pendapat bahwa Nabi Muhammad adalah satu-satunya orang yang memiliki

wawasan dan keluasan pengetahuan di bidang bahasa Arab. 18 Pendapat di atas juga didukung oleh Ibn Aus yang

mengatakan apabila di dalam Al- Qur’an terdapat kosakata asing maka memang pantas apabila mereka tidak mampu menandingi untuk membuat Al- Qur’an karena mereka tidak mengenal bahasa

asing tersebut. 19 Pendapat lain menyatakan bahwa terdapat kosakata asing

di dalam Al- Qur’an namun, ketika digunakan di dalam Al-Qur’an maka kosakata tersebut sudah terarabkan. Selain itu makna dari

kosakata yang terarabkan itu tidak serta merta harus dikembalikan kepada sumber asal dari bahasa tersebut. Hal ini disebabkan Islam membawa makna baru. Islam telah mengisi dengan makna dan ajaran baru. Oleh sebab itu bahasa Arab Al- Qur’an adalah bahasa Arab dalam bentuk yang baru meskipun kata-kata yang sama di dalam Al- Qur’an telah digunakan pada zaman sebelum Islam. Kata-kata tersebut tidak berarti memiliki peran dan konsep yang sama. Misalnya kata Allah sudah ada sebelum datangnya Islam namun, ketika Islam mengenalkan kata Allah makna kata tersebut bertentangan dengan makna kata Allah sebelum datangnya Islam.

Jadi kata Allah telah mengalami perubahan makna. 20 Menurut Muhammad Naquib al-Attas bahasa Al- Qur’an

adalah bahasa Arab dalam bentuk yang baru. Meskipun Al- Qur’an menggunakan kosakata yang digunakan oleh orang-orang Arab pada masa Al- Qur’an turun namun, pengertian kosakata tersebut tidak selalu sama dengan pengertian yang populer di kalangan

18 Muhammad Ibn Idri>s ash- Sha>fi‘i, ar-Risa>lah ( Beirut: al-Maktabah al- ‘Ilmiyah,tt), 42.

19 Jala>luddi>n as-Suyu>t}i>, al- Itqa>n fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an , 135. 20 Adnin Armas, Metodologi Bibel dalam Studi Al- Qur’an , 149.

mereka. Al- Qur’an mengislamkan dan membentuk makna baru

dalam kosakata Arab. Abu Mans}u>r al-Jawa>li>qi> mengatakan sejak zaman dahulu

banyak sekali lafadz-lafadz non Arab yang masuk dalam lafadz bahasa Arab kemudian lafadz tersebut digunakan oleh orang-orang Arab dimana para fus}ah}a>’ menggunakan lafadz-lafadz tersebut dalam berbicara, para pujangga menggunakan lafadz-lafadz tersebut dalam syairnya kemudian lafadz-lafadz tersebut

digunakan oleh Al- 22 Qur’an dan hadis. Dalam

al-Qur’an Suyu>t}i> mengklasifikasikan lafadz-lafadz yang menurutnya berasal dari non Arab. Diantaranya lafadz yang berasal dari Persia, Abyssinia, India, Ibrani, Suryani, Nabatean, Barbar, Koptik, Turki dan Romawi. Hal ini menunjukkan bahwa Suyu>t}i> tidak mengingkari

al-Itqa>n

fi>

‘Ulu>m

adanya kosakata asing dalam Al- 23 Qur’an. Ketika seseorang mengkaji kosakata Al- Qur’an dengan

menggunakan pendekatan filologi memandang adanya kosakata asing dalam Al- Qur’an merupakan suatu hal yang terjadi secara natural karena namanya bahasa ia tumbuh dan berubah karena ia dipakai oleh orang untuk berinteraksi dalam situasi yang berbeda- beda. Pengamatan para filolog ini dimulai dari nama-nama yang ada dalam tradisi Bible yang ditemukan juga dalam Al- 24 Qur’an.

Penyerapan kata dari bahasa satu ke bahasa lainnya merupakan hal yang bisa terjadi pada semua bahasa. Menurut para ahli bahasa antara satu bahasa dengan bahasa lain saling terkait secara historis karena setiap bahasa mempunyai induk. Misalnya bahasa Arab, Suryani, H{abshi, Nabatean, dan bahasa-bahasa lainnya yang serumpun berasal dari bahasa induk yang sama, yaitu

21 Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam (Bandung: Mizan, 1984), 28.

22 Abu Mans}u>r al-Jawa>li>qi>, Al-Mu ‘arrab min al-Kala>m al-A‘ja>mi> ‘ala> H{uru>f al- Mu‘jam (Beirut: Da>r al-Qalam, 1990), 13.

23 Jala>luddi>n as-Suyu>t}i>, Al-I tqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’an , 125-137. 24 Andrew Rippin, ‚Syriac in the Qur’an‛. www.lavieaunsens.com 23 Jala>luddi>n as-Suyu>t}i>, Al-I tqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’an , 125-137. 24 Andrew Rippin, ‚Syriac in the Qur’an‛. www.lavieaunsens.com

dari bahasa-bahasa lain disebut dengan mu‘arrab dimana semua itu telah melalui proses perpindahan serta perubahan yang disebut

dengan 26 ta ‘ri>b atau pengaraban. Bangsa Arab pra Islam bukanlah bangsa yang terisolasi.

Faktor penghubung antara Jazirah Arab dengan dunia luar adalah faktor perdagangan. Mereka telah melakukan interaksi dengan masyarakat di luar Arab, seperti Persi, Akhbas, Romawi, Suryani, Nabt}i dan lain-lain sehingga kondisi ini berdampak pada saling mempengaruhi antar sesama bangsa yang saling berinteraksi

tersebut, terutama pengaruh dalam bidang bahasa. 27 Pembahasan mengenai kosakata asing dalam Al- Qur’an

sangat luas sekali. Ada yang intens dalam mengkaji dan mengelompokkan keseluruhan kosakata asing di dalam Al- Qur’an

seperti Suyu>t}i, Arthur Jeffery yang mengelompokkan kosakata dari Persi, Abyssinia, Ibrani, Suryani, Nabatean, India, Koptik, Romawi, Barbar. Ada juga yang intens mengkaji kosakata asing dari satu bahasa saja seperti Christoph Luxenberg yang hanya fokus pada kosakata Aramaik-Syriak.

Sehubungan dengan pembahasan kosakata asing dalam Al- Qur’an belakangan ini muncul pemikiran baru tentang adanya kosakata Mesir Kuno dalam Al-Qur ’an yang dimunculkan oleh Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl. Menurutnya ada hubungan antara sejarah Mesir Kuno dengan bahasa Al- Qur’an. Dalam hal ini ia merangkumnya dalam satu buku yang berjudul al-Hi>ru>gli>fiyah Tufassir al- Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah.

25 Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab & Bahasa Indonesia Telaah terhadap Fonetik dan Morfologi (Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru,

2004), 20. 26 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka

Progresif, 1997), 912. 27 Arthur Jeffery, The Foreign Vocabulary of the Qur’an (Leiden:

Koninklijke Brill, 2007), vii.

Menurutnya apa yang selama ini diyakini sebagai huruf-huruf

muqat}t}a‘ah itu merupakan lafadz yang berasal dari Mesir Kuno. Dari perdebatan di atas baik dari ulama Muslim, pakar

bahasa maupun orientalis, penulis tertarik untuk mengkaji kosakata asing dalam Al- Qur’an khususnya kosakata Mesir Kuno menurut Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib al-‘Adl dalam bukunya al- Hi>ru>gli>fiyah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al- Muqat}t}a‘ah. Kemunculan pemikiran adanya kosakata Mesir Kuno dalam Al- Qur’an merupakan pemikiran baru dan banyak menuai kontroversi sehingga penulis tertarik untuk mengkajinya.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah Setelah menentukan topik penelitian maka, penulis

mencoba mengidentifikasi masalah dengan tujuan sebagai batas- batas permasalahan sehingga cakupan penelitian tidak keluar dari tujuannya. Dengan cara menguraikan latar belakang masalah dan merumuskan

kesenjangan atau ketidaksesuaian antara apa yang harus terjadi ( What should be)

permasalahan

adanya

dan apa yang sesungguhnya sedang terjadi ( 29 What is happening). Dari judul dan latar belakang permasalahan di atas maka

dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

a. Bagaimana konsep kosakata asing dalam Al-Qur’an?

b. Bagaimana penafsiran para mufassir klasik maupun kontemporer terhadap ayat-ayat yang menjelaskan penggunaan bahasa Al- Qur’an?

c. Bagaimana pendapat para ulama mengenai adanya kosakata asing di dalam Al- Qur’an?

d. Faktor apa saja yang bisa mempengaruhi penggunaan kosakata asing?

28 Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib Al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al- Muqat}t}a‘ah (Kairo: Maktabah Madbu>li,

2002), 7-8. 29 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

e. Adakah pengaruh sosiologi, budaya, politik agama dan takhas}s}us} keilmuan yang melatarbelakangi pemikiran dan

penafsiran Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib al-‘Adl?

f. Bagaimana konsep pemikiran Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib al-‘Adl mengenai kosakata asing yang digunakan di dalam Al- Qur’an

g. Bagaimana konsep pemikiran Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib al-‘Adl mengenai kosakata Mesir Kuno yang digunakan di dalam Al- Qur’an

h. Bagaimana penafsiran Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl terhadap kosakata bahasa Mesir Kuno dalam Al- Qur’an?

2. Batasan Masalah Mengingat pembahasan kosakata asing dalam Al- Qur’an sangat luas sekali, maka dalam penelitian ini pembahasan akan dibatasi pada pembahasan kosakata Mesir Kuno menurut Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib al-‘Adl dalam bukunya al-Hi>ru>gli>fiyah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamm>a bi al-H{uru>f al-Muqat}t{a‘ah. Dimana menurut penulis pemikiran adanya kosakata Mesir Kuno dalam Al- Qur’an tergolong pemikiran baru sehingga menarik untuk dikaji.

3. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat dalam pembatasan

masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu: Bagaimana p emikiran dan penafsiran Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib al- ‘Adl mengenai kosakata Mesir Kuno dalam Al-Qur’an?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: Untuk menemukan fakta-fakta yang lebih kredibel

mengenai pemikiran dan penafsiran Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib al-‘Adl terhadap bahasa dan kosakata asing yang digunakan Al- Qur’an. Dengan demikian dapat dipahami bagaimana metode, konsep dan penafsiran Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl dalam karyanya al- Hi>ru>gli>fiyah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamm>a bi al-H{uru>f al- Muqat}t{a‘ah sehingga peneliti dapat membuktikan apakah mengenai pemikiran dan penafsiran Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib al-‘Adl terhadap bahasa dan kosakata asing yang digunakan Al- Qur’an. Dengan demikian dapat dipahami bagaimana metode, konsep dan penafsiran Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl dalam karyanya al- Hi>ru>gli>fiyah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamm>a bi al-H{uru>f al- Muqat}t{a‘ah sehingga peneliti dapat membuktikan apakah

dunia akademik mempersoalkan tentang pemikiran dan penafsiran Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib al-‘Adl yang melakukan pembaharuan dalam bidang penafsiran sehingga penting sekali untuk melacak pemikirannya.

Adanya pendapat yang mengatakan terdapat pengaruh non- Arab yang masuk ke dalam nilai-nilai Al- Qur’an melalui kosakata asing merupakan wacana yang butuh kajian khusus supaya dapat menjelaskan orisinalitas kearaban Al- Qur’an.

2. Kegunaan dan Signifikansi Penelitian Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah intelektual khususnya dalam kajian tafsir dan ulumul Qur’an. Pentingnya penelitian ini berangkat dari Al-Qur’an yang tidak dipisahkan dari praktik kehidupan manusia. Dengan kata lain Al- Qur’an tidak bisa dipisahkan dari budaya masyarakat yang mempunyai ragam paham beserta aplikasinya.

Dengan penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan tafsir dan u lumul Qur’an khususnya dalam bidang kajian kosakata Al- Qur’an. Selain itu penelitian ini juga diharapkan bermanfaat dan menjadi motivasi umat muslim agar senantiasa tidak bosan untuk terus mengkaji Al- Qur’an.

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan Sebagaimana layaknya sebuah penelitian maka, peneliti

mencoba untuk menemukan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Beberapa literatur kajian baik yang berupa disertasi, tesis, artikel, jurnal ataupun buku yang membahas tentang bahasa Al-Q ur’an diantaranya adalah:

Artikel ‚Lexical Borrowing in The Qur’an the Problematic Aspect of Arthur Jeffery’s List‛ dalam Bulletin du Centre du

Recherche Francais a Jerusalem karya Catherine Pennacchio. 30 Artikel ini membahas aspek-aspek problematis karya Arthur

Jeffery, dimana hipotesa tentang peminjaman kosakata asing perlu direvisi dan diperbarui. Pada abad 20 ditemukan linguistik bahasa Ugaritic yaitu pada tahun 1928 dan epigrafi Arab Utara dan Arab Selatan sehingga perlu untuk memeriksa kembali pinjaman leksikal dalam Al- Qur’an. Hal ini untuk mengetahui kesaksian kontak sejarah antara populasi Arab dengan negara-negara non Arab.

Emran el-Badawi dalam karyanya yang berjudul ‚Sectarian Scripture: The Qur’an’s Dogmatic Re-Articulation of the Aramaic Go spel Traditions in the Late Antique Near East‛

Disertasi di Universitas Chicago tahun 2011. 31 Disertasi ini menjelaskan bahwa Al- Qur’an merupakan kelanjutan dari kitab

sebelumnya yaitu Taurat dan Injil. Bahasa yang digunakan dalam Al- Qur’an merupakan bahasa yang terpengaruh oleh bahasa Injil sehingga Al- Qur’an disebut ‚tradisi Injil bahasa Aram‛. Dalam mengadopsi bahasa dan citra Injil Al- Qur’an menggunakan re- artikulasi dogmatis. Untuk menunjukkan re-artikulasi dogmatis dalam Al- Qur’an Emran el-Badawi melakukan komparatif dengan menganalisis ayat-ayat Al- Qur’an dan ayat-ayat yang sesuai dari Injil bahasa Aram yang terfokus pada empat tema yaitu: kenabian, setan, pengadilan akhir, hari kiamat.

Tesis Muhammad Maimun yang berjudul ‚Kosakata Asing dalam Al- Qur’an ‛di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2010. 32 Tesis ini menjelaskan bahasa Syria-Aramaik sebagai bahasa lingua franca yang dituduhkan oleh orientalis adalah tidak sesuai dengan fakta penggunaan bahasa pada saat Al- Qur’an

30 Catherine Pennacchio,‛ Lexical Borrowing in the Qur’an the Problematic Aspect of Arthur Jeffery’s List‛ Bulletin du Centre de Recherche

Francais a Jerussalem. http://bcrfj.revues.org/6643 (diakses 18 Juli 2013). 31 Emran el- Badawi, ‚ Sectarian Scripture: The Qur’an’s Dogmatic Re-

Articulation of the Aramaic Gospel Traditions in the Late Antique near East‛ (Universitas Chicago, 2011). http://gradworks.umi.com. (diakses 13 juli 2013).

32 Muhammad Maimun, ‚Kosakata Asing dalam Al-Qur’an‛ (Tesis UIN Sunan Kalijaga, 2010).

diturunkan. Meskipun ada kosakata asing yang digunakan dalam Al- Qur’an namun kosakata tersebut sudah terarabkan dan makna

dari kosakata yang sudah terarabkan tersebut tidak harus dikembalikan kepada makna asal dari bahasa, karena perubahan makna suatu bahasa selalu berkembang.

Artikel berjudul ‚Al-Kalimah al-A‘jamiyah fi> Al-Qur’an‛ dalam 33 al-H{iwa>r al-Mutamadun yang ditulis oleh S{aba>h} Ibra>hi>m.

Para sarjana yang fokus dalam kajian bahasa Al- Qur’an telah menemukan 275 kosakata asing yang diserap dari bahasa Ibrani, Suryani, H{abshi, Persi dan negara lain dimana kalimat-kalimat tersebut telah digunakan orang-orang Arab pada zaman itu. Pertukaran bahasa tersebut terjadi karena percampuran orang- orang Arab dengan non Arab saat melakukan perdagangan dan pada saat hijrah, sehingga kosakata asing yang beredar pada saat itu menyebabkan di dalam Al- Qur’an terdapat bahasa Arab dan bahasa asing. Hal ini menunjukkan bahwa Al- Qur’an adalah buatan Nabi Muhammad dan Al- Qur’an bukan berasal dari Lauh}ul Mah}fu>z}.

Tesis Ali Romdhoni yang berjudul ‚Al-Qur’an dan Literasi Arab Kajian tentang Pengaruh Al- Qur’an terhadap Perkembangan Literasi Arab‛ di Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2009. 34 Tesis ini menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan tradisi literasi Arab adalah Al- Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menjaga kemurnian bahasa Arab. Satu abad setelah pendirian kota Basrah, Kufah dan kota-kota Arab lainnya bahasa Arab menyimpang dari Al- Qur’an. Sebuah lingua franca bahasa Arab tumbuh untuk beberapa suku yang berbeda. Bangsa Persia dan pengguna bahasa Aramaik turut mempercepat proses perubahan peristilahan, penggunaan gramatika dan corak sintaksis. Karena lingua franca bahasa Arab telah berubah para ulama khawatir jika

33 S{aba>h} Ibrahi>m, ‚Al-Kalimah al-A‘jamiyah fi> Al-Qur’an‛ dalam al- H{iwa>r al-Mutamadun http://m.ahewar.org. (diakses 18 Juli 2013).

34 Ali Romdhoni, ‚Al-Qur’an dan Literasi Arab Kajian tentang Pengaruh Al- Qur’an terhadap Perkembangan Literasi Arab‚ (Tesis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2009).

mereka akan kehilangan pertalian dengan bahasa Arab Al- Qur’an, sehingga untuk mempertahankan kemurnian bahasa Arab Mekkah

dan bahasa Arab suku-suku padang pasir para ulama menciptakan pembakuan bahasa Arab klasik.

Artikel dengan judul ‚The Etimologycal Fallacy and Quranic Studies: Muhammad, Paradise and Late Antiquity‛ karya

Walid Saleh. 35 Saleh mengatakan keluasan literatur sekunder pada Al- Qur’an yang membahas tentang kosakata asing begitu sulit

bahkan tidak mungkin digambarkan, namun ada aturan yang telah digunakan sebagai suatu premis dasar dalam pemikiran para sarjana yang terlibat dalam menentukan silsilah kosakata Al- Qur’an. Aturan dipresentasikan secara berbeda oleh sarjana- sarjana yang berbeda, tetapi secara singkat dinyatakan bahwa untuk setiap kata di dalam Al- Qur’an merupakan tradisi asli filologi yang gagal untuk memberikan sebuah penjelasan tersendiri tetapi justru menawarkkan makna ganda, sehingga membuat para sarjana modern harus menduga bahwa itu adalah kata asing yang berasal dari bahasa yang serumpun dimana penggunaannya tidak sesuai dengan konteks Al- Qur’an.

Artikel yang berjudul ‚Rebuttal to Arthur Jeffrey’s Book: The Foreign Vocabulary of the Qur’an‛ karya Sam Zaatari. 36

Artikel ini menjelaskan bahwa asal-usul beberapa kata non Arab di dalam Al- Qur’an tidak merubah Al-Qur’an menjadi kitab non- Arab. Karena melihat suatu kata bukan dari sumber kata itu

berasal. Jadi apa yang sudah dilakukan Arthur dalam mengumpulkan foreign word tidak akan mengubah kearaban Al- Qur’an.

Tesis Syahrullah Iskandar yang berjudul ‚Kearaban Al- Qur’an Wacana Kosakata Serapan dalam Al-Qur’an‛ di UIN

35 Walid Saleh, ‚The Etymologycal Fallacy and Quranic Studies: Muhammad, Paradise and Late Antiquity (University of Toronto).

www.safarmer.com/Indo-Eurasian/Walid_Saleh.pdf. (diakses 13 juli 2013).

36 Sam Zaatari, ‚Rebuttal to Arthur Jeffrey’s Book: The Foreign Vocabulary of the Qur’an‛ http://www.answering-christianity.com. (diakses 21

Juli 2013).

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. 37 Tesis tersebut menyimpulkan bahwa kemunculan kosakata serapan dalam Al-

Qur’an disebabkan karena bahasa Arab telah mengalami interaksi dengan bahasa lain namun hal tersebut tidak mengurangi kearaban Al- Qur’an dikarenakan kosakata serapan tersebut telah mengalami proses arabisasi ( ta‘ri>b) yang tidak membawa pengaruh bahasa asalnya ke dalam Al- Qur’an, sedangkan kesamaan atau kemiripan nilai tertentu hanya dalam lingkup kebahasaan, sedangkan konteksnya telah diislamisasi oleh Al- Qur’an.

E. Metodologi Penelitian Untuk melakukan penelitian ini diperlukan sumber data dan metode yang relevan sehingga dapat diketahui secara fokus. Hal ini dilakukan agar nantinya dalam membaca penelitian ini tidak ada kerancuan.

1. Jenis Penelitian Memperhatikan bahwa penelitian ini terfokus pada pandangan dan pemikiran seorang tokoh maka penelitian ini sepenuhnya adalah riset kepustakaan (library research). Maksudnya data-data yang berkaitan dengan objek penelitian diambil dari bahan-bahan kepustakaan baik berupa buku, jurnal maupun perpustakaan elektronik dengan objek kajian al-Hi>ru>gli>fiyah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al- H}uru>f al- Muqat}t}a‘ah dan beberapa karya Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al- ‘Adl yang lain. Adapun metode penelitian ini bersifat kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. 38 Selain itu penelitian ini menggunakan metode tematik dengan menggunakan pendekatan bahasa dan

sejarah. Pendekatan sejarah dipakai untuk memetakan sisi-sisi sejarah yang mengitari konsep dan pikiran-pikiran, bagian tersebut

37 Syahrullah Iskandar, ‚Kearaban Al-Qur’an Wacana Kosakata Serapan dalam Al- Qur’an‛ (Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007).

38 Lexy.J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), 4.

dianalisa untuk menentukan hubungan berbagai komponen di dalamnya, kemudian diuraikan sesuai dengan klasifikasinya.

Metode sejarah ini diupayakan agar bisa mendeskripsikan secara seksama hal-hal yang menyangkut tentang berbagai peristiwa atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian dan

studi kritis sebagai proses pencarian data dan fakta. 39

2. Sumber Data Penelitian ini berkisar mengenai pemikiran dan penafsiran Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl terhadap kosakata bahasa Mesir Kuno yang terdapat dalam Al- Qur’an. Sebagai sebuah penelitian kepustakaan, data permasalahan dicari dan diteliti langsung dari sumber utamanya yaitu berupa karya- karya Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al- ‘Adl utamanya al-Hi>ru>gli>fiyah Tufassir Al- Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al- Muqat}t}a‘ah. Data sekunder yang dijadikan sumber rujukan pada penelitian ini adalah karya-karya atau tulisan-tulisan seputar tema penelitian yang menunjang seperti kitab-kitab tafsir baik klasik maupun kontemporer seperti tafsir T{abari, Zamakhsari, Fi> Z{ila>l Al- Qur’an dan lain sebagainya, kemudian kitab- kitab Ulumul Qur’an seperti al- Itqa>n fi> ‘Ulu>m Al- Qur’an, al-Burha>n fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an, kitab hadis, buku sejarah, bahasa dan juga buku-buku tentang metodologi serta data-data lain baik berupa buku-buku, majalah, jurnal, dokumen yang yang berkaitan dengan tema pembahasan tesis ini.

3. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, teknik yang dipakai penulis

adalah survey kepustakaan dan studi literatur. Survey kepustakaan yaitu menghimpun data yang berupa sejumlah literatur yang diperoleh dari perpustakaan atau sumber lain ke dalam sebuah daftar bahan-bahan pustaka, sedangkan studi literatur adalah mempelajari, mengkaji, menelaah bahan pustaka yang berkaitan dengan objek penelitian.

39 Moh. Nazir, MetodePenelitian (Jakarta: Ghalia,1998),55.

4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Setelah data-data penelitian terkumpul, tahap selanjutnya

adalah tahap pengolahan dan analisa data. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan metode

yang terkumpul dideskripsikan dan dianalisa berdasarkan data-data kualitatif 41

deskriptif-analitis. 40 Maksudnya

data

Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl dan karya-karyanya. Untuk menganalisis data akan digunakan analisis komparatif dan analisis isi. Analisis komparatif dilakukan dengan membandingkan pandangan Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl dengan mufassir dan para sarjana yang intens dengan konsep kosakata asing dalam Al- Qur’an, sedangkan analisis isi (content analysis) merupakan analisis tentang isi pesan suatu komunikasi dan mengolahnya dalam arti menangkap pesan yang tersirat dari satu atau beberapa pernyataanya. Analisis ini berguna untuk menjelaskan makna yang terkandung dalam pemi kiran Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al- ‘Adl tentang penafsiran kosakata bahasa Mesir Kuno dalam Al- Qur’an, kemudian pemikiran tersebut dikelompokkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan para pembaca dalam memahami dan menyerap maksud dari penelitian ini. 42

F. Sistematika Penulisan Kajian dan penelitian ini disusun atas lima bab. Penyusunan bab dilakukan secara kronologis. Penyusunan dengan cara ini dilakukan untuk menunjukkan proses dan keberlanjutan

40 Menurut Hadari Nawawi deskriptif-analitis adalah penelitian yang berusaha menuturkan pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang,lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Lihat Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003), 63.

41 Kualitatif dimaksudkan mengkualifikasikan data-data dengan analisis dan penafsiran data tanpa hitungan atau angka. Lihat Sugiyono, Metode

Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Al-Fabeta, 2009),7. 42 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama

(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), 71.

antara satu bab dengan bab berikutnya sehingga memberi gambaran sebagai satu kesatuan yang utuh.

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, permasalahan yang menjadi keresahan atau problematika penulis dan alasan penulis mengkaji tema tersebut, memaparkan batasan masalah sehingga dalam penelitian ini penulis tidak keluar dari pokok pembahasannya. Pada penelitian ini penulis hanya akan mengkaji kosakata Mesir Kuno dalam Al- Qur’an menurut Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib al-‘Adl, kemudian penulis menentukan rumusan masalah yang tersusun dalam kalimat tanya sebagai penelitian yang akan dikaji oleh penulis agar penelitian ini terfokus ke dalam permasalahan, setelah itu penulis memaparkan kajian-kajian terdahulu guna mendapatkan literatur-literatur perdebatan akademik mengenai permasalahan yang dibahas penulis, menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian ini kemudian memaparkan metode yang akan digunakan oleh penulis dilengkapi dengan sumber-sumber data baik primer maupun sekunder dan memaparkan sistematika pembahasan.

Bab II berisi kerangka teoritis dan diskursus kosakata asing dalam Al- Qur’an. Pada bab ini berisi beberapa sub bab. pertama, Bahasa Al- Qur’an: Polemik kosakata asing menurut pandangan para sarjana muslim dan juga orientalis. Pembahasan ini diperlukan untuk mengetahui apakah bahasa yang digunakan oleh Al- Qur’an adalah bahasa Arab murni atau ada kosakata asing di dalamnya. Kedua, membahas tentang konsep wahyu. Ketiga, penafsiran ayat-ayat tentang bahasa Al- Qur’an.