dibangun seperti Taman Mini Indonesia Indah, Monumen Yogya Kembali, Taman Ria Safari.
2.2. Pengembangan Objek Wisata Perdesaan
Basis pengembangan pariwisata adalah potensi sumber daya keragaman budaya, seni, dan alam pesona alam. Pengembangan sumber daya tersebut dikelola
melalui pendekatan peningkatan nilai tambah sumber daya secara terpadu antara pengembangan produk pariwisata dan pengembangan pemasaran pariwisata melalui
pendekatan pemberdayaan masyarakat lokal dalam rangka pengembangan pariwisata. Tujuan program ini adalah mengembangkan dan memperluas diversifikasi
produk dan kualitas pariwisata nasional yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat, kesenian, dan kebudayaan, dan sumber daya alam pesona alam lokal
dengan tetap memperhatikan kelestarian seni dan budaya tradisional serta kelestarian lingkungan hidup setempat, mengembangkan dan memperluas pasar pariwisata
terutama pasar luar negeri. Berdasarkan hal diatas maka pembangunan kepariwisataan memiliki 3 fungsi
atau tri-fungsi, yaitu : 1.
Menggalakkan kegiatan ekonomi. 2.
Memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan 3.
Memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, serta menanamkan jiwa semangat, dan nilai-nilai luhur bangsa dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional.
Universitas Sumatera Utara
Tercapainya tri-fungsi tersebut diatas maka harus ditempuh 3 macam upaya atau tri-fungsinya, yaitu :
1. Pengembangan objek dan daya tarik wisata. 2. Meningkatkan dan mengembangkan promosi dan pemasaran, dan
3. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan kepariwisataan. Indonesia memiliki peluang yang besar dalam pengembangan pariwisata. Hal
ini dapat dirinci sebagai berikut : 1.
Meskipun pernah terjadi krisis minyak dan resesi ekonomi yang berkepanjangan ternyata wisatawan terus meningkat jumlahnya tidak banyak berpengaruh,
2. Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, anggaran untuk berlibur
cenderung meningkat, 3.
Tersedianya waktu berlibur yang cukup panjang di negara-negara sumber wisatawan,
4. Kemajuan teknologi dibidang transportasi dan komunikasi mendorong orang
untuk bepergian jauh, 5.
Meningkatnya kunjungan wisatawan ke Asia Pasifik memberikan peluang bagi Indonesia untuk dikunjungi,
6. Diversifikasi produk wisata akan memperluas lingkup pilihan untuk berlibur ke
Indonesia, 7.
Tingkat sadar wisata masyarakat semakin meningkat. Hal ini akan dapat memberikan dukungan yang lebih nyata bagi pengembangan pariwisata,
Universitas Sumatera Utara
8. Aksesibilitas ke Indonesia semakin bertambah luas akan mendorong arus
kunjungan wisatawan mancanegara, 9.
Semakin mantapnya pengaturan dan kelembagaan di bidang pariwisata akan mendukung pelaksanaan hal-hal yang berkaitan kerjasama lintas sektoral baik
disektor pemerintah maupun swasta. Wagito, 2001. Pengembangan wisata perdesaan pada dasarnya dilakukan dengan berbasis
pada potensi yang dimiliki masyarakat perdesaan. Pola pengembangan objek wisata perdesaan ini diharapkan akan mampu mendorong tumbuhnya berbagai sektor
ekonomi kerakyatan seperti industri kerajinan rakyat, industri jasa-perdagangan, agro-industri maupun industri rumah tangga. Aktivitas semacam ini diharapkan
menjadi faktor daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke desa. Melihat kenyataan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia masih bergelut
dengan sektor pertanian, dan kaya akan berbagai tradisi adat budaya, maka arah pengembangan objek wisata perdesaan seharusnya lebih diarahkan pada
pengembangan ekowisata, agro-wisata ataupun agro-industri. Pengembangan ekowisata bertumpu pada upaya pelestarian sumber daya alam
atau budaya sebagai objek wisata yang dapat dijadikan sebagai sumber ekonomi berkelanjutan. Unsur penting yang menjadi daya tarik dari sebuah daerah tujuan
ekowisata adalah 1 kondisi alam, 2 kondisi flora dan fauna, 3 kondisi fenomena alam dan 4 kondisi adat dan budaya. Selain itu, kegiatan petualangan, pendidikan
dan penelitian juga menjadi daya tarik dalam pengembangan ekowisata ini. Pengembangan ekowisata ini, dapat dilakukan misalnya dengan penggalian nilai-nilai
Universitas Sumatera Utara
budaya dalam masyarakat. Desa-desa yang memiliki potensi keindahan alam, budaya seperti kerajinan dan perdesaan ziarah, sebenarnya dapat diangkat sebagai objek
wisata perdesaan percontohan yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan ekonomi daerah Suyatna, 2005.
Pengembangan agro-wisata berkaitan dengan upaya untuk mengangkat hasil- hasil pertanian, seperti buah-buahan dan sayuran sebagai daya tarik bagi wisatawan
agar berkinjung di daerahnya. Pengembangan agro-wisata dengan komoditi buah- buahan dan bunga di beberapa desa di Kabupaten Simalungun, merupakan salah satu
contoh yang dapat ditiru oleh desa-desa lainnya. Sementara pengembangan agro-industri terkait dengan upaya meningkatkan
hasil pertanian, perikanan, peternakan maupun perkebunan menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Upaya mengembangkan beberapa industri rumah tangga
seperti belut goreng, kerupuk udang, bakso ikan perikanan, selai pisang perkebunan, susu cream dari kambing atau sapi perah peternakan dapat menjadi
suatu contoh kongkret dari model pengembangan objek wisata perdesaan ini. Upaya pengembangan objek wisata perdesaan ini, memerlukan sinergi dan kerjasama dari
berbagai stake holder, yakni dari masyarakat, birokrat, dan pengusaha. Pariwisata dikatakan sebagai katalisator dalam pembangunan, karena dampak
yang diberikannya terhadap kehidupan perekonomian di negara yang dikunjungi wisatawan. Kedatangan wisatawan mancanegara foreign tourists pada suatu Daerah
Tujuan Wisata DTW telah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduk setempat, di mana pariwisata itu dikembangkan Yoeti, 2008..
Universitas Sumatera Utara
Menurut Yoeti 2008, dilihat dari kacamata ekonomi makro, jelas pariwisata memberikan dampak positif, karena sebagai suatu industri :
1. Dapat menciptakan kesempatan berusaha. Dengan datangnya wisatawan, perlu
pelayanan untuk menyediakan kebutuhan need, keinginan want dan harapan expectation wisatawan yang terdiri berbagai kebangsaan dan tingkah lakunya.
2. Dapat meningkatkan kesempatan kerja employments. Bayangkan saja, bila
sebuah hotel dibangun dengan kamar sebanyak 400 kamar, paling sedikit diperlukan karyawan 600 orang dengan ratio 1: 1,5.
3. Dapat meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan
masyarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari pengeluaran wisatawan yang relatif cukup besar itu.
4. Dapat meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retribusi daerah. Seperti
kita ketahui tiap wisatawan berbelanja selalu dikenakan pajak sebesar 10 persen sesuai Peraturan Pemerintah yang berlaku.
5. Dapat meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domestic Bruto GDB.
6. Dapat mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor
ekonomi lainnya.
2.3. Tingkat Kesejahteraan Masayarakat