Pengembangan Wilayah TINJAUAN PUSTAKA

dan gizi masyarakat, tingkat pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi masyarakat, keadaan perumahan dan lingkungan, dan keadaan sosial budaya. Di samping komponen yang dikemukakan di atas, ada komponen lain yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat misalnya luas kepemilikan lahan Djohar, 1999. Hal ini dimungkinkan karena dilihat dari segi ekonomi, lahantanah merupakan earning asset yang dapat digunakan untuk menghasilkan pendapatan, sedangkan dilihat dari segi sosial, lahantanah dapat menentukan status sosial seseorang terutama di daerah perdesaan.

2.4. Pengembangan Wilayah

Menurut Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Tata Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif danatau aspek fungsional. Sirojuzilam dan Mahalli 2010 wilayah adalah sekelompok daerah yang letaknya berdekatan dan didiami sejumlah penduduk di atas territorial atau ruang tertentu. Secara ringkas konsep mengenai ruang atau wilayah ditandai dengan lokasi absolut dan distribusi areal dari gambaran tertentu di permukaan bumi. Secara umum wilayah dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu : a. Wilayah homogen, merupakan wilayah dimana kegiatan ekonomi berlaku dipelbagai pelosok ruang mempunyai sifat yang sama antara lain ditinjau dari segi pendapatan perkapita penduduk dan dari segi struktur ekonominya. Universitas Sumatera Utara b. Wilayah nodal, merupakan wilayah sebagai suatu ruang ekonomi yang dikuasai oleh beberapa pelaku ekonomi. c. Wilayah administrasi, merupakan wilayah yang didasarkan atas pembagian administrasi pemerintahan Sirojuzilam dan Mahalli, 2010. Dengan memahami konsep wilayah diharapkan para perencana dalam melakukan pendekatan lebih memperhatikan komponen-komponen penyusunan wilayah tersebut yang saling berinteraksi dan mengkombinasikan potensi dari masing-masing komponen sehingga tercipta suatu strategi pembangunan dan pengembangan wilayah yang baik dan terarah. Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah, meningkatkan, memperbaiki atau memperluas. Konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses iteratif yang menggabungkan dasar-dasar pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis Sirojuzilam dan Mahalli, 2010. Nasution 2009 pengembangan wilayah merupakan proses pemberdayaan masyarakat dengan segala potensinya dan meliputi seluruh aktivitas masyarakat di dalam suatu wilayah, baik aspek ekonomi, sosial dan budaya, maupun aspek-aspek lainnya. Sedangkan Sirojuzilam 2005 pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata banyak sarana atau prasarana, barang atau jasa yang Universitas Sumatera Utara tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya. Dalam pengembangan wilayah sering menghadapi kenyataan bahwa dana yang tersedia adalah terbatas sedangkan usulan dari masing-masing sektor cukup banyak Tarigan, 2006. Di sisi lain pembangunan yang berkesinambungan harus dapat memberi tekanan pada mekanisme ekonomi, sosial, politik, dan kelembagaan, baik dari sektor swsasta maupun pemerintah, demi terciptanya suatu perbaikan standar hidup masyarakat secara cepat Mahalli, 2005.

2. 5. Penelitian Sebelumnya

Adapun penelitian yang telah dilakukan mengenai pengembangan objek wisata dan pengembagan wilayah sebelumnya antara lain : 1. Arifin 2005 “Pengaruh Kegiatan Pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat di Kawasan Bukit Cinta Rawa Pening Kabupaten Semarang” dengan pendekatan studi dilakukan dengan melakukan analisis kualitatif melakukan analisis secara deskriptif, menggunakan metode komparatif dan pembobotan. Selain melakukan pendekatan secara kualitatif, pada studi ini juga menggunakan pendekatan kuantitatif menggunakan teknik The Employment and population Multiplier Model dan Average Propensity to Consume menyimpulkan bahwa pada aspek sosial, di kawasan wisata Bukit Cinta selama 10 tahun dari tahun 1994-2004 ternyata mengalami perubahan sosial seperti sistem kemasyarakatan kegotongroyongan dan kekeluargaan serta kebersamaan yang mulai luntur dan berkurang, jenis pekerjaan masyarakat mempunyai variasi yang lebih banyak, Universitas Sumatera Utara