Kontribusi Pengembangan Objek Wisata Perdesaan terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat dalam Pengembangan Wilayah di Kabupaten Simalungun

(1)

KONTRIBUSI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PEDESAAN

TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN

WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN

TESIS

Oleh

HERLANDO MANURUNG

097003037/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA


(2)

KONTRIBUSI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA

PERDESAAN TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN

WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

HERLANDO MANURUNG

097003037/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis : KONTRIBUSI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PERDESAAN TERHADAP PENINGKATAN SEJAHTERAAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN

Nama Mahasiswa : Herlando Manurung Nomor Pokok : 097003037

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Badaruddin, MS K e t u a

)

(Kasyful Mahalli, SE.M.Si) (Drs. Rahmad Sumandjaya, M.Si Anggota Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 18 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Badaruddin, M.S Anggota : 1. Kasyful Mahalli, SE, M.Si

2. Drs. Rahmad Sumandjaya, M.Si 3. Ir. Supriadi, MS


(5)

KONTRIBUSI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PERDESAAN TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN

ABSTRAK

Pengembangan objek wisata perdesaan pada dasarnya dilakukan dengan berbasis pada potensi yang dimiliki wilayah perdesaan. Pembangunan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi. Kesejahteraan masyarakat merupakan berbagai komponen yang dapat menggambarkan apakah masyarakat tersebut sudah berada pada kehidupan yang sejahtera atau belum, dalam penelitian ini dilihat dari peningkatan pendapatan dan adanya kesempatan bekerja.

Tujuan penelitian untuk menganalisis kontribusi pengembangan objek wisata perdesaan terhadap kesejahteraan masyarakat dan pengembangan wilayah (PAD) Kabupaten Simalungun, dengan metode penelitian menggunakan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi pengembangan objek wisata perdesaan memberi pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat, hal ini disebabkan masyarakat memperoleh pendapatan atas peluang memperoleh pekerjaan dengan adanya pembangungan hotel, losmen dan rerstoran serta membuka usaha dengan cara berdagang/berjualan makanan, minuman, souvenir, sehingga mampu menopang kehidupan masyarakat itu sendiri. Pengembangan objek wisata perdesaan berperan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simalungun, disebabkan adanya meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor jasa-jasa.

Kata Kunci : Pengembangan Objek Wisata Pedesaan, Kesejahteraan Masyarakat, Pengembangan Wilayah


(6)

CONTRIBUTION OF RURAL TOURISM DEVELOPMENT ON THE COMMUNITY PROSPERITY IMPROVEMENT THROUGH REGIONAL

DEVELOPMENT IN KABUPATEN SIMALUNGUN

ABSTRACT

The development of rural tourism is based on the potency of the rural region. Regional economic development means income improvement for the communities around the region, which is increasing in total added value. Community prosperity is a description of whether they are already prospered or not, in estimating this research, the researcher used income and work opportunity as variables.

The purpose of this research is to analyze the contribution of rural tourism development on the community prosperity and regional development (local revenue/PAD) of Kabupaten Simalungun, this research was analyzed using descriptive method.

The result showed that rural tourism had contribution on the community prosperity because of the new hotels, inns, and restaurants brought extra income for the community and business opportunities such as opening food and beverage store, and souvenirs. The development of rural tourism also had contribution on local revenue of Kabupaten Simalungun from trade sector, hotel, restaurant, and service sector.

Keywords: Rural Tourism Object Development, Community Prosperity, Regional Development.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa hanya oleh berkat karunia dan penyertaannyalah tesis saya ini dapat diselesaikan. Tesis dengan judul “Kontribusi

Pengembangan Objek Wisata Perdesaan terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat dalam Pengembangan Wilayah di Kabupaten Simalungun” ini

disusun untuk melengkapi kewajiban dalam memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Keberhasilan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Sehubungan dengan hal tersebut, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang dengan penuh kesabaran, ketulusan dan kesungguhan hati telah banyak meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan petunjuk dan bimbingannya dalam penyusunan tesis.

4. Bapak Kasyful Mahalli SE, M.Si, dan Drs, Rahmad Sumandjaya, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan penuh kesabaran, ketulusan dan kesungguhan hati telah banyak meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan petunjuk dan bimbingannya dalam penyusunan tesis.

5. Bapak Ir. Supriadi, MS dan Ibu Dr. Ir. Tavi Supriatna, M.Si selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran bagi


(8)

6. Seluruh Dosen Pengasuh Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala keikhlasannya dalam memberikan ilmu pengetahuan serta pengalamannya dan seluruh staf administrasi atas keakrabannya, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.

7. Bapak Gatot Pujo Nugroho (Gubernur Sumatera Utara) salah satu temen mahasiswa saya yang telah memberikan bantuan dan motivasi baik dalam perkuliahan hingga sampai pada menyelesaikan tesis ini.

8. Istri tercinta Martha Sinaga, Amd dan anak-anak tersayang Joshua Ardinsyah Manurung dan Nathalie Howkins Manurung atas pengertian yang mendalam serta memberikan dorongan semangat selama ini.

9. Buat Orang tua saya Biden Manurung/Armina br. Purba, dan Saudaraku Abang Aminuddin Manurung/R br. Sibuea dan Keluargayang telah memberikan semangat dan doa dalam menyelesaikan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara .

10. Seluruh teman-teman mahasiswa/i Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara kelas Bappeda Angkatan 2009 diantaranya Adis Susanto, Asnawi Lubis, Abdul halim Harahap, Joko M Nur, Rudyanto Sinaga, Ferry Hanfiah L Tobing, Jefry Sinaga, Saifan, Roy Efrain Bancin, Tarsudi, Muhamad Arsyad Siregar, Fahmi Lainisari Lubis, Sri Langkat, Surya Damli Nasution, Hendra Abdilah, Edi Suranta Sinulingga, Ernes Sembiring, Fritz Ueki P Damanik, Rotua Imelda Tambunan, Anhar Syahputra, Pebri Pakpahan, Yuni Elvina Hasibuan, yang selama 4 semester bersama menjalin kekakraban didalam perkuliahan hingga memberikan semangat dalam penyelesaian tesis ini.

11. Tak terlupakan buat Abang Prisdar Sitio/Sortani br Sinaga dan Keluaraga, Herwan/Elly Supinta Sinaga dan Keluarga selaku pariban yang selama ini


(9)

membantu memberikan doa, semangat dan bimbingan hingga saya dapat menyelesaikan perkuliahan tepat pada waktunya.

12. Ir. Jhon Harlen Sitompul dan Keluarga yang telah memberikan semangat dan dorongan dalam menyelesaikan perkuliahan dan pembuatan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penulisan tesis ini, oleh karenanya segala kritik dan saran yang bersifat perbaikan akan diterima dengan tangan terbuka dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Akhir kata, semoga penulisan tesis ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Medan, Agustus 2011 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Herlando . Manurung (merupakan anak ke 3 dari 5 besaudara) Tempat/Tanggal lahir : Balimbingan, 16 Maret 1972

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Nama Istri : Martha Sinaga, Amd

Anak : 1. Joshua Ardinsya Manurung

2. Nathalie Howkins Manurung Nama Orang Tua :

Bapak : Biden Manurung

Ibu : Armina Br. Purba

Saudara : 1. Dra. Maulina Manurung

2. Dra. Donaria Manurung 3. Ir. Beritua Manurung 4. Rudy DN Manurung 5. Omma Asiolan Manurung Jenjang Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Inpres Sungai Lambai di Liki Kabupaten Solok, Tahun 1986

2. SMP Negeri Gunung Talang di Gunung Talang Solok Tahun

1989

3. SMA Don Bosco di padang dan pindah ke SMA Taman Siswa di

Pematangsiantar Tahun

1991

4. S1, Fak. Ekonomi Jurusan Manajemen Univ. Methodist Indonesia Tahun 1996

5. S2, Tahun 2009 Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bagi aparat perencana yang pelaksanaannya di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dengan


(11)

mengikuti seleksi ujian masuk Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD).

Pengalaman Kerja :

1. Pertama kali di PT. Telkom Medan sebagai tenaga kontrak pada tahun 1997 2. Pernah bekerja di Toyota Astra Auto 2000 Medan sebagai sales Representative

pada tahun 1999

3. Sejak Tahun 2003 bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Pemerintahan Daerah Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Simalungun dengan beberapa jabatan pada eselon IV yaitu Kasubbid Sosial Budaya Bappeda Simalungun tahun 2008 sampai 2010, dan pada tahun 2011 jabatan eselon IV sebagai Kasubbid Sumber Daya Alam Bappeda Kabupaten Simalungun.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pembangunan dan Objek Wisata ... 7

2.2. Pengembangan Objek Wisata Perdesaan ... 12

2.3. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat ... 17

2.4. Pengembangan Wilayah ... 19

2.5. Penelitian Sebelumnya ... 21


(13)

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Lokasi Penelitian ... 24

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 24

3.3. Populasi dan Sampel ... 25

3.4. Analisis Data ... 27

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 29

4.2. Rencana Pembangunan Pariwisata di Kabupaten Simalungun 39

4.3. Kontribusi Pengembangan Objek Wisata Perdesaan terhadap Kesejahteraan Masyarakat... 45

4.4. Kontribusi Pengembangan Objek Wisata Perdesaan terhadap PengembanganWilayah ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

5.1. Kesimpulan ... 62

5.2. Saran ... 62


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. 3.2. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9. 4.10.

Lokasi Objek Wisata Perdesaan di Kabupaten Simalungun …... Populasi dan Sampel Penelitian Terpilih ………... Luas Wilayah Kabupaten Simalungun Berdasarkan Tingkat Ketinggian di Atas Permukaan Laut ………... Luas Wilayah Kabupaten Simalungun Berdasarkan Tingkat Kemiringan ata Lereng Tanah ………... Luas Wilayah dan Jumlah Nagori/Kelurahan di Kabupaten Simalungun ………... Jumlah dan Proyeksi Jumlah Penduduk di Kabupaten

Simalungun ………... Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Simalungun Tahun 2009 ……… Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Simalungun Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009 (Milyar Rupiah) ……… Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Simalungun Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009 (Milyar Rupiah) ……… Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Simalungun Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2009 (%) ….………... Tanggapan Responden terhadap Kontribusi Pengembangan Objek Wisata Perdesaan terhadap Kesejahteraan Masyarakat … Jumlah Sarana Perdagangan dan Tenaga Kerja di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kecamatan Purba dan Kecamatan Gunung Maligas Tahun 2006 – 2009 ……….

26 27 30 31 32 34 35 37 38 39 47 49


(15)

4.11.

4.12.

4.13.

4.14.

Kondisi/Tingkat Kerusakan Jalan di Kabupaten Simalungun Tahun 2009 ……… Data jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata di Kabupaten Simalungun antara tahun 2007 – 2009 ………. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor pariwisata di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Gunung Maligas dan Purba Tahun 2006 – 2009 ….………... Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten

Simalungun pada tahun 2006 – 2009 ………

52

54

55


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. 4.1.

Kerangka Pemikiran Penelitian ………. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Perkapita Kabupaten Simalungun Tahun 2004 – 2009 ………….

23


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. 2.

3.

4.

5

6..

Kuisioner Penelitian ……….. Data Tabulasi Jawaban Responden tentang Pengembangan Objek Wisata ………..

Foto Lokasi Objek Wisata Perdesaan di Parapat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon ………. Foto Lokasi Objek Wisata Perdesaan di Karang Anyer

Kecamatan Gunung Maligas ………... Foto Lokasi Objek Wisata Perdesaan di Pamatang Purba Kecamatan Purba ……… Peta Administrasi Kabupaten Simalungun ……….

67

70

73

74

75 76


(18)

KONTRIBUSI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PERDESAAN TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN

ABSTRAK

Pengembangan objek wisata perdesaan pada dasarnya dilakukan dengan berbasis pada potensi yang dimiliki wilayah perdesaan. Pembangunan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi. Kesejahteraan masyarakat merupakan berbagai komponen yang dapat menggambarkan apakah masyarakat tersebut sudah berada pada kehidupan yang sejahtera atau belum, dalam penelitian ini dilihat dari peningkatan pendapatan dan adanya kesempatan bekerja.

Tujuan penelitian untuk menganalisis kontribusi pengembangan objek wisata perdesaan terhadap kesejahteraan masyarakat dan pengembangan wilayah (PAD) Kabupaten Simalungun, dengan metode penelitian menggunakan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi pengembangan objek wisata perdesaan memberi pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat, hal ini disebabkan masyarakat memperoleh pendapatan atas peluang memperoleh pekerjaan dengan adanya pembangungan hotel, losmen dan rerstoran serta membuka usaha dengan cara berdagang/berjualan makanan, minuman, souvenir, sehingga mampu menopang kehidupan masyarakat itu sendiri. Pengembangan objek wisata perdesaan berperan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simalungun, disebabkan adanya meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor jasa-jasa.

Kata Kunci : Pengembangan Objek Wisata Pedesaan, Kesejahteraan Masyarakat, Pengembangan Wilayah


(19)

CONTRIBUTION OF RURAL TOURISM DEVELOPMENT ON THE COMMUNITY PROSPERITY IMPROVEMENT THROUGH REGIONAL

DEVELOPMENT IN KABUPATEN SIMALUNGUN

ABSTRACT

The development of rural tourism is based on the potency of the rural region. Regional economic development means income improvement for the communities around the region, which is increasing in total added value. Community prosperity is a description of whether they are already prospered or not, in estimating this research, the researcher used income and work opportunity as variables.

The purpose of this research is to analyze the contribution of rural tourism development on the community prosperity and regional development (local revenue/PAD) of Kabupaten Simalungun, this research was analyzed using descriptive method.

The result showed that rural tourism had contribution on the community prosperity because of the new hotels, inns, and restaurants brought extra income for the community and business opportunities such as opening food and beverage store, and souvenirs. The development of rural tourism also had contribution on local revenue of Kabupaten Simalungun from trade sector, hotel, restaurant, and service sector.

Keywords: Rural Tourism Object Development, Community Prosperity, Regional Development.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada era globalisasi dan otonomi daerah sekarang ini daerah membutuhkan kemampuan dalam memberdayakan potensi dan karakter lokal yang mampu bersaing baik secara nasional maupun internasional. Sesuai perkembangan yang ada maka pemenuhan akan kebutuhan pelayanan pun akan meningkat yang mengakibatkan banyak pergeseran sosial, ekonomi dan kebudayaan.

Pergeseran secara sosial ini nampak dari masyarakat agraris atau pertanian ke industri yang biasanya menggantungkan hidupnya dari produksi pertanian ke jasa atau tenaga kerja pabrik, pengangkutan dan lainnya. Penting bagi suatu daerah maupun negara bagaimana bisa memanfaatkan perubahan dan kecenderungan sosial ini yang positif berupa aktifitas jasa seperti kegiatan jasa pariwisata.

Kabupaten Simalungun memerlukan dukungan ekonomi wilayah dari sektor jasa selain sektor pertanian, pertambangan dan industri. Sektor jasa tersebut yang diharapkan bisa memunculkan kekuatan ekonomi baru. Sektor pariwisata merupakan salah satu andalan penerimaan ekonomi negara berkembang pada umumnya, karena melibatkan sektor lain di luar pariwisata dan secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan.


(21)

Kabupaten Simalungun memiliki banyak potensi beragam objek wisata seperti objek wisata alam dan budaya yang cukup menarik yang bisa diandalkan untuk dikembangkan sebagai objek wisata perdesaan, seperti keindahan dan panorama alam Danau Toba, taman wisata pemandian alam Karang Anyer, wisata budaya rumah bolon dan wisata agro Bah Jambi.

Potensi dan karakter wilayah Kabupaten Simalungun seperti tersebut diatas juga didukung oleh kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Simalungun yang tercantum dalam Visi dan Misi Daerah Kabupaten Simalungun dalam Pengembangan Ekonomi Wilayah.

Upaya mewujudkan visi dan misi Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun dalam bidang kepariwisataan, pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun telah melakukan beberapa langkah strategi pengembangan objek wisata perdesaan, antara lain melakukan studi analisis pasar pariwisata, merumuskan strategi pemasaran dan promosi pariwisata bekerjasama dengan biro-biro perjalanan, melaksanakan even-even dan hiburan di lokasi wisata perdesaan potensial.

Wicaksono (2008) menyebutkan pada hakekatnya, sektor pariwisata sangat berkaitan erat dengan sektor ekonomi karena tujuan pengembangan wisata menyangkut peningkatan kesejahteraan penduduk di tempat objek wisata, bukan hanya sekedar kepuasan wisatawannya, yang meliputi peningkatan pertumbuhan ekonomi penduduk setempat, pelestarian dan perlindungan lingkungan alam dan budaya serta pembangunan yang integral antara masyarakat dan kawasannya.


(22)

Pengintegrasian pengembangan pariwisata dengan sektor lain sebagai salah satu cara untuk menjaga proses pembangunan yang berkesinambungan.

Pengembangan objek wisata perdesaan yang terpenting adalah menciptakan manfaat yang lebih besar dengan menggunakan sumber daya sedikit, serta mengurangi dampak yang tidak diinginkan. Sehingga diharapkan bisa mempengaruhi kebijakan pengembangan wilayah yang lebih mementingkan kelestarian alam dengan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan termasuk kegiatan pariwisata wilayah.

Pada hakekatnya, objek wisata perdesaan sangat berkaitan erat dengan sosial ekonomi masyarakat karena tujuan pengembangan wisata menyangkut peningkatan kesejahteraan masyarakat. Wisata alam, budaya dan minat khusus merupakan obyek wisata perdesaan andalan Kabupaten Simalungun yang telah banyak memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Berkembanganya objek wisata perdesaan di Kabupaten Simalungun akan merangsang pertumbuhan ekonomi masyarakat dan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga semakin bertambah. Dampak lain yang ditimbulkannya adalah terbukanya kesempatan kerja yang luas bagi masyarakat di sekitarnya, sektor-sektor pekerjaan lain yang berhubungan dengan objek wisata perdesaan akan semakin tumbuh dan berkembang.

Pengembangan objek wisata perdesaan di Kabupaten Simalungun akan mendorong terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat yang pada gilirannya akan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Seiring dengan itu, pengembangan objek wisata perdesaan di Kabupaten Simalungun secara langsung


(23)

maupun tidak langsung akan mendorong pertumbuhan dan pengembangan wilayah, baik secara fisik (seperti munculnya bangunan hotel, cottage, restoran, sarana dan prasarana transportasi dan lain sebagainya), maupun secara sosial, budaya dan ekonomi.

Menurut Waryono (2000) pembangunan kepariwisataan Indonesia dilanjutkan dan ditingkatkan melalui pengembangan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional, menjadi kegiatan ekonomi terandalkan, sebagai sumber penerimaan devisa, memperluas dan pemerataan kesempatan berusaha, dan lapangan pekerjaan terutama bagi masyarakat setempat, mendorong pembangunan daerah serta memperkenalkan alam, nilai dan budaya bangsa.

Hasil studi Muallisin (2007) menemukan bahwa potensi yang dapat dikembangkan pada kampung Prawirotaman dengan menciptakan unit-unit usaha kecil yang dikemas secara menarik dan menjadi bagian dari daya tarik kampung tersebut, dan pihak pengelola wisata dapat membantu permodalan dan promosi unit ekonomi masyarakat tersebut. Sebaliknya unit ekonomi masyarakat juga membantu mempromosikan keberadaan dan keunikan hotel, guard house, kafe dan lainnya secara terpadu.

Pemanfaatan objek wisata perdesaan di Kabupaten Simalungun diharapkan mampu menjadi nilai tambah yang dapat dirasakan bagi masyarakat sekitar secara ekonomis, sehingga penting dilakukan upaya-upaya yang mampu meningkatkan kondisi kesejahteraan masyarakat dengan turut serta memanfaatkan ketersediaan


(24)

Berdasarkan uraian di atas, perlulah diteliti pengembangan objek wisata perdesaan di Kabupaten Simalungun terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan wilayah di Kabupaten Simalungun.

1.2. Perumusan Masalah

Dari uraian permasalahan di atas, maka perumusan masalahnya adalah :

1. Bagaimana kontribusi pengembangan objek wisata perdesaan terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Simalungun ?

2. Bagaimana kontribusi pengembangan objek wisata perdesaan terhadap pengembangan wilayah (PAD) Kabupaten Simalungun ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Kontribusi pengembangan objek wisata perdesaan terhadap kesejahteraan masyarakat di kabupaten Simalungun.

2. Kontribusi pengembangan objek wisata perdesaan terhadap pengembangan wilayah (PAD) Kabupaten Simalungun.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi akademik pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Beberapa manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai sumbangan pemikiran dan informasi bagi Pemerintah Daerah Kabupaten


(25)

pada khususnya dalam mengambil keputusan untuk pengembangan objek wisata perdesaan dan pengembangan wilayah.

2. Bagi penyusun berguna sebagai sarana pengembangan ilmu dan pengetahuan yang secara teori telah dipelajari di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU).

3. Bagi para pembaca sebagai bahan pengembangan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode lain yang lebih mendalam dan alat ukur penelitian yang berbeda.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan dan Objek Wisata 2.1.1. Teori Pembangunan

Pembangunan dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang tergantung dari sudut pandang apa yang digunakan oleh orang tersebut. Perbedaan cara pandang mengenai proses pembangunan yang dilakukan akan menyulitkan kepada kita tentang seberapa maju proses pembangunan yang dilakukan di sebuah negara atau daerah.

Perbedaan pengertian pembangunan tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan dua pandangan yang berbeda, yaitu pertama, pandangan pembangunan lama atau sering dikenal dengan pembangunan tradisional. Pembangunan dalam pandangan ini diartikan sebagai berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di tingkat nasional atau Produk Dometik Regional Bruto (PDRB) di tingkat daerah. Penggunaan indikator Produk Domestik Bruto (PDB) ini terkait dengan kemampuan indikator ini dalam mencerminkan tingkat kemakmuran bangsa. Dengan kata lain, indikator ini memungkinkan kita untuk mengetahui tingkat output yang diproduksi di sebuah negara untuk dikonsumsi oleh penduduknya atau digunakan untuk melakukan investasi. Selain penggunaan indikator Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai tolok ukur pertumbuhan di sebuah negara, beberapa ahli ekonomi pembangunan lain menggunakan indikator produksi dan penyerapan tenaga kerja (employment) di negara tersebut.


(27)

Disisi lain dalam pandangan pembangunan ekonomi wilayah (Tarigan, 2006), menyatakan bahwa pembangunan merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi.

Pembangunan bukan semata-mata merupakan fenomena ekonomi. Dalam pengertian yang paling mendasar, pembangunan haruslah mencakup masalah materi dan finansial dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu pembangunan seharusnya diselidiki sebagai suatu proses multidimensional yang melibatkan reorganisasi dan reorientasi dari semua sistem ekonomi dan sosial (Todaro, 2000)

Pembangunan adalah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu yang belum ada, yang dilakukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan tersebut dapat merupakan pembangunan fisik dan dapat merupakan pembangunan sosial ekonomi. Sedang pembangunan regional meliputi suatu wilayah dan mempunyai tekanan utama pada perekonomian dan tekanan berikutnya pada keadaan fisik, sehingga merupakan gabungan dari kedua hal tersebut diatas. Pembangunan meliputi tiga kegiatan yang saling berhubungan (Jayadinata, 1999), yaitu: Pertama, menimbulkan peningkatan kemakmuran dan peningkatan pendapatan serta kesejahteraan sebagai tujuan, dengan tekanan perhatian pada lapisan terbesar (dengan pendapatan terkecil) dalam masyarakat. Kedua, memilih metode yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut. Ketiga, menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud supaya timbul pertumbuhan sosial ekonomi yang kuat.


(28)

Berdasarkan skalanya, pembangunan dapat mempunyai skala nasional, regional atau lokal. Pembangunan nasional meliputi seluruh negara dengan tekanan pada perekonomian. Pembangunan lokal meliputi kawasan kecil dengan tekanan pada keadaan fisik. Sedang pembangunan regional meliputi suatu wilayah dan mempunyai tekanan utama pada perekonomian dan tekanan kedua pada keadaan fisik, sehingga merupakan dari kedua hal diatas (Jayadinata, 1999).

Todaro (2000) dalam konteks pembangunan nasional maupun daerah, pembangunan yang dilakukan sebagai suatu pembangunan ekonomi, hal tersebut dapat dibenarkan karena pembangunan bukan hanya berarti penekanan pada akselerasi dan peningkatan dalam pertumbuhan perkapita sebagai indeks dari pembangunan, tetapi pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang meliputi pula reorganisasi dan pembaharuan seluruh sistem dan aktifitas ekonomi dan sosial dalam mensejahterakan kehidupan masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa pembangunan adalah suatu proses yang luas yang menyangkut dimensi sosial, ekonomi, fisik, politik, budaya dan sebagainya. Namun dari dimensi-dimensi tersebut yang paling berpengaruh adalah dimensi ekonomi. Kemajuan ekonomi adalah suatu komponen yang esensial dari pembangunan, walaupun bukan satu-satunya. Oleh karena itu pembangunan biasanya diartikan sebagai pembangunan ekonomi, yang didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 2005). Demikian pula pembangunan di Indonesia baik nasional maupun pembangunan di tingkat propinsi dan kabupaten/kota, diartikan


(29)

pula sebagai pembangunan perekonomiannya, sedangkan pembangunan sektor selain ekonomi dianggap sebagai dampak pembangunan ekonomi baik langsung maupun secara tidak langsung.

2.1.2. Objek Wisata

Objek wisata adalah suatu tempat yang menjadi kunjungan wisatawan karena mempunyai sumberdaya tarik, baik alamiah, maupun buatan manusia, seperti keindahan alam atau pegunungan, pantai flora dan fauna, kebun binatang, bangunan kuno bersejarah, monument-monumen, candi-candi, tari-tarian, atraksi dan kebudayaan khas lainnya (Adisasmita, 2010).

Menurut Fandeli (2000), objek wisata adalah perwujudan daripada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Sedangkan objek wisata alam adalah objek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan sumber daya alam dan tata lingkungannya.

Suatu objek wisata menurut Yoeti ( 1992) harus memenuhi tiga persyaratan, yaitu:

a. Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai “something to see” (sesuatu untuk dilihat). Artinya, di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain (pemandangan alam, upacara adat, kesenian) yang dapat dilihat oleh wisatawan.


(30)

b. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to

do” (sesuatu untuk dikerjakan). Artinya, di tempat tersebut tersedia fasilitas

rekreasi yang membuat mereka betah untuk tinggal lebih lama di tempat itu (penginapan/hotel yang memadai, kolam renang, sepeda air) sehingga mereka dapat melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan di rumah ataupun di tempat wisata lainnya.

c. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to

buy” (sesuatu untuk dibeli). Artinya, di tempat tersebut harus tersedia fasilitas

untuk berbelanja (shopping), terutama souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing.

Dilihat dari perspektif kehidupan masyarakat, objek wisata perdesaan merupakan suatu bentuk pariwisata dengan objek dan daya tarik berupa kehidupan desa yang memiliki ciri-ciri khusus dalam masyarakatnya, panorama alamnya dan budayanya khususnya wisatawan asing. Kehidupan desa sebagai tujuan wisata adalah desa sebagai objek sekaligus sekaligus juga sebagai subyek dari kepariwisataan, sebagai suatu objek maksudnya adalah bahwa kehidupan pedesaaan merupakan tujuan bagi kegiatan wisata, sedangkan sebagai subyek adalah bahwa desa dengan segala aktivitas sosial budayanya merupakan penyelenggara sendiri dari berbagai aktivitas kepariwisataan dan apa yang dihasilkan oleh kegiatan tersebut akan dinikmati oleh masyarakatnya secara langsung. Oleh karena itu, peran aktif dari masyarakat sangat menentukan kelangsungan kegiatan objek wisata perdesaan.


(31)

Penggolongan jenis objek wisata akan terlihat dari ciri-ciri khas yang ditonjolkan oleh tiap-tiap objek wisata. Dalam UU No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa objek dan daya tarik wisata terdiri dari :

a. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna.

b. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan sejarah, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.

Sujali (1989) mengemukakan bahwa bahan dasar yang perlu dimiliki oleh industri pariwisata dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :

a. Objek wisata alam (natural resources): Bentuk dari objek ini berupa pemandangan alam seperti pegunungan, pantai, flora dan fauna atau bentuk yang lain. Contohnya adalah pantai Parangtritis, Purwahamba Indah, gunung Merbabu dan lain-lain.

b. Objek wisata budaya atau manusia (human resources): objek ini lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan/kehidupan manusia seperti museum, candi, kesenian, upacara keagamaan, upacara adat, upacara pemakaman atau bentuk yang lain. Contohnya adalah candi Borobudur, Keraton Yogyakarta, upacara sedekah bumi.

c. Objek wisata buatan manusia (man made resources): objek ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia sehingga bentuknya tergantung pada kreativitas


(32)

dibangun seperti Taman Mini Indonesia Indah, Monumen Yogya Kembali, Taman Ria Safari.

2.2. Pengembangan Objek Wisata Perdesaan

Basis pengembangan pariwisata adalah potensi sumber daya keragaman budaya, seni, dan alam (pesona alam). Pengembangan sumber daya tersebut dikelola melalui pendekatan peningkatan nilai tambah sumber daya secara terpadu antara pengembangan produk pariwisata dan pengembangan pemasaran pariwisata melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat lokal dalam rangka pengembangan pariwisata. Tujuan program ini adalah mengembangkan dan memperluas diversifikasi produk dan kualitas pariwisata nasional yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat, kesenian, dan kebudayaan, dan sumber daya alam (pesona alam) lokal dengan tetap memperhatikan kelestarian seni dan budaya tradisional serta kelestarian lingkungan hidup setempat, mengembangkan dan memperluas pasar pariwisata terutama pasar luar negeri.

Berdasarkan hal diatas maka pembangunan kepariwisataan memiliki 3 fungsi atau tri-fungsi, yaitu :

1. Menggalakkan kegiatan ekonomi.

2. Memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan 3. Memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, serta menanamkan jiwa semangat, dan


(33)

Tercapainya tri-fungsi tersebut diatas maka harus ditempuh 3 macam upaya atau tri-fungsinya, yaitu :

1. Pengembangan objek dan daya tarik wisata.

2. Meningkatkan dan mengembangkan promosi dan pemasaran, dan 3. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan kepariwisataan.

Indonesia memiliki peluang yang besar dalam pengembangan pariwisata. Hal ini dapat dirinci sebagai berikut :

1. Meskipun pernah terjadi krisis minyak dan resesi ekonomi yang berkepanjangan ternyata wisatawan terus meningkat jumlahnya tidak banyak berpengaruh,

2. Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, anggaran untuk berlibur cenderung meningkat,

3. Tersedianya waktu berlibur yang cukup panjang di negara-negara sumber wisatawan,

4. Kemajuan teknologi dibidang transportasi dan komunikasi mendorong orang untuk bepergian jauh,

5. Meningkatnya kunjungan wisatawan ke Asia Pasifik memberikan peluang bagi Indonesia untuk dikunjungi,

6. Diversifikasi produk wisata akan memperluas lingkup pilihan untuk berlibur ke Indonesia,

7. Tingkat sadar wisata masyarakat semakin meningkat. Hal ini akan dapat memberikan dukungan yang lebih nyata bagi pengembangan pariwisata,


(34)

8. Aksesibilitas ke Indonesia semakin bertambah luas akan mendorong arus kunjungan wisatawan mancanegara,

9. Semakin mantapnya pengaturan dan kelembagaan di bidang pariwisata akan mendukung pelaksanaan hal-hal yang berkaitan kerjasama lintas sektoral baik disektor pemerintah maupun swasta. (Wagito, 2001).

Pengembangan wisata perdesaan pada dasarnya dilakukan dengan berbasis pada potensi yang dimiliki masyarakat perdesaan. Pola pengembangan objek wisata perdesaan ini diharapkan akan mampu mendorong tumbuhnya berbagai sektor ekonomi kerakyatan seperti industri kerajinan rakyat, industri jasa-perdagangan, agro-industri maupun industri rumah tangga. Aktivitas semacam ini diharapkan menjadi faktor daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke desa.

Melihat kenyataan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia masih bergelut dengan sektor pertanian, dan kaya akan berbagai tradisi adat budaya, maka arah pengembangan objek wisata perdesaan seharusnya lebih diarahkan pada pengembangan ekowisata, agro-wisata ataupun agro-industri.

Pengembangan ekowisata bertumpu pada upaya pelestarian sumber daya alam atau budaya sebagai objek wisata yang dapat dijadikan sebagai sumber ekonomi berkelanjutan. Unsur penting yang menjadi daya tarik dari sebuah daerah tujuan ekowisata adalah (1) kondisi alam, (2) kondisi flora dan fauna, (3) kondisi fenomena alam dan (4) kondisi adat dan budaya. Selain itu, kegiatan petualangan, pendidikan dan penelitian juga menjadi daya tarik dalam pengembangan ekowisata ini. Pengembangan ekowisata ini, dapat dilakukan misalnya dengan penggalian nilai-nilai


(35)

budaya dalam masyarakat. Desa-desa yang memiliki potensi keindahan alam, budaya seperti kerajinan dan perdesaan ziarah, sebenarnya dapat diangkat sebagai objek wisata perdesaan percontohan yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan ekonomi daerah (Suyatna, 2005).

Pengembangan agro-wisata berkaitan dengan upaya untuk mengangkat hasil-hasil pertanian, seperti buah-buahan dan sayuran sebagai daya tarik bagi wisatawan agar berkinjung di daerahnya. Pengembangan agro-wisata dengan komoditi buah-buahan dan bunga di beberapa desa di Kabupaten Simalungun, merupakan salah satu contoh yang dapat ditiru oleh desa-desa lainnya.

Sementara pengembangan agro-industri terkait dengan upaya meningkatkan hasil pertanian, perikanan, peternakan maupun perkebunan menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Upaya mengembangkan beberapa industri rumah tangga seperti belut goreng, kerupuk udang, bakso ikan (perikanan), selai pisang (perkebunan), susu cream dari kambing atau sapi perah (peternakan) dapat menjadi suatu contoh kongkret dari model pengembangan objek wisata perdesaan ini. Upaya pengembangan objek wisata perdesaan ini, memerlukan sinergi dan kerjasama dari berbagai stake holder, yakni dari masyarakat, birokrat, dan pengusaha.

Pariwisata dikatakan sebagai katalisator dalam pembangunan, karena dampak yang diberikannya terhadap kehidupan perekonomian di negara yang dikunjungi wisatawan. Kedatangan wisatawan mancanegara (foreign tourists) pada suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) telah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi


(36)

Menurut Yoeti (2008), dilihat dari kacamata ekonomi makro, jelas pariwisata memberikan dampak positif, karena sebagai suatu industri :

1. Dapat menciptakan kesempatan berusaha. Dengan datangnya wisatawan, perlu pelayanan untuk menyediakan kebutuhan (need), keinginan (want) dan harapan

(expectation) wisatawan yang terdiri berbagai kebangsaan dan tingkah lakunya.

2. Dapat meningkatkan kesempatan kerja (employments). Bayangkan saja, bila sebuah hotel dibangun dengan kamar sebanyak 400 kamar, paling sedikit diperlukan karyawan 600 orang dengan ratio 1: 1,5.

3. Dapat meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan masyarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari pengeluaran wisatawan yang relatif cukup besar itu.

4. Dapat meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retribusi daerah. Seperti kita ketahui tiap wisatawan berbelanja selalu dikenakan pajak sebesar 10 persen sesuai Peraturan Pemerintah yang berlaku.

5. Dapat meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domestic Bruto (GDB). 6. Dapat mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor

ekonomi lainnya.

2.3. Tingkat Kesejahteraan Masayarakat

Menurut Todaro (2000), ada tiga komponen yang dapat diukur dari hakekat pembangunan. Ketiga komponen itu adalah kecukupan (sustenance), jati diri


(37)

yang harus dicapai oleh setiap orang dan masyarakat dalam proses pembangunan. Ketiganya berkaitan secara langsung dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yang mendasar, yang terwujud dalam berbagai macam manifestasi (bentuk) di hampir semua masyarakat dan budaya sepanjang zaman.

Selain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan juga berupaya menumbuhkan aspirasi dan tuntutan masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Salah satu akibat dari pembangunan yang hanya menerapkan paradigma pertumbuhan semata, adalah munculnya kesenjangan antara kaya dan miskin, serta pengangguran yang merajalela.

Tantangan utama pembangunan adalah untuk memperbaiki kehidupan. Kualitas kehidupan yang lebih baik memang mensyaratkan adanya pendapatan yang tinggi. Namun kiranya pendapatan bukanlah satu-satunya ukuran kesejahteran. Banyak hal lain yang tidak kalah pentingnya yang harus diperjuangkan, mulai dari pendidikan, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, pemberantasan kemiskinan, perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan individual dan penyegaran kehidupan budaya.

Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari berbagai komponen yang dapat menggambarkan apakah masyarakat tersebut sudah berada pada kehidupan yang sejahtera atau belum. Komponen yang dapat dilihat antara lain keadaan perumahan di mana mereka tinggal, tingkat pendidikan, dan kesehatan. Badan Pusat Statistik (2000) menyatakan bahwa komponen kesejahteraan yang dapat dipakai


(38)

dan gizi masyarakat, tingkat pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi masyarakat, keadaan perumahan dan lingkungan, dan keadaan sosial budaya.

Di samping komponen yang dikemukakan di atas, ada komponen lain yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat misalnya luas kepemilikan lahan (Djohar, 1999). Hal ini dimungkinkan karena dilihat dari segi ekonomi, lahan/tanah merupakan earning asset yang dapat digunakan untuk menghasilkan pendapatan, sedangkan dilihat dari segi sosial, lahan/tanah dapat menentukan status sosial seseorang terutama di daerah perdesaan.

2.4. Pengembangan Wilayah

Menurut Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Tata Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Sirojuzilam dan Mahalli (2010) wilayah adalah sekelompok daerah yang letaknya berdekatan dan didiami sejumlah penduduk di atas territorial atau ruang tertentu. Secara ringkas konsep mengenai ruang atau wilayah ditandai dengan lokasi absolut dan distribusi areal dari gambaran tertentu di permukaan bumi.

Secara umum wilayah dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu :

a. Wilayah homogen, merupakan wilayah dimana kegiatan ekonomi berlaku dipelbagai pelosok ruang mempunyai sifat yang sama antara lain ditinjau dari segi pendapatan perkapita penduduk dan dari segi struktur ekonominya.


(39)

b. Wilayah nodal, merupakan wilayah sebagai suatu ruang ekonomi yang dikuasai oleh beberapa pelaku ekonomi.

c. Wilayah administrasi, merupakan wilayah yang didasarkan atas pembagian administrasi pemerintahan (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).

Dengan memahami konsep wilayah diharapkan para perencana dalam melakukan pendekatan lebih memperhatikan komponen-komponen penyusunan wilayah tersebut yang saling berinteraksi dan mengkombinasikan potensi dari masing-masing komponen sehingga tercipta suatu strategi pembangunan dan pengembangan wilayah yang baik dan terarah.

Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah, meningkatkan, memperbaiki atau memperluas. Konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses iteratif yang menggabungkan dasar-dasar pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).

Nasution (2009) pengembangan wilayah merupakan proses pemberdayaan masyarakat dengan segala potensinya dan meliputi seluruh aktivitas masyarakat di dalam suatu wilayah, baik aspek ekonomi, sosial dan budaya, maupun aspek-aspek lainnya. Sedangkan Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata banyak sarana atau prasarana, barang atau jasa yang


(40)

tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.

Dalam pengembangan wilayah sering menghadapi kenyataan bahwa dana yang tersedia adalah terbatas sedangkan usulan dari masing-masing sektor cukup banyak (Tarigan, 2006). Di sisi lain pembangunan yang berkesinambungan harus dapat memberi tekanan pada mekanisme ekonomi, sosial, politik, dan kelembagaan, baik dari sektor swsasta maupun pemerintah, demi terciptanya suatu perbaikan standar hidup masyarakat secara cepat (Mahalli, 2005).

2. 5. Penelitian Sebelumnya

Adapun penelitian yang telah dilakukan mengenai pengembangan objek wisata dan pengembagan wilayah sebelumnya antara lain :

1. Arifin (2005) “Pengaruh Kegiatan Pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat di Kawasan Bukit Cinta Rawa Pening Kabupaten Semarang” dengan pendekatan studi dilakukan dengan melakukan analisis kualitatif (melakukan analisis secara deskriptif, menggunakan metode komparatif dan pembobotan). Selain melakukan pendekatan secara kualitatif, pada studi ini juga menggunakan pendekatan kuantitatif (menggunakan teknik The Employment and population Multiplier

Model dan Average Propensity to Consume) menyimpulkan bahwa pada aspek

sosial, di kawasan wisata Bukit Cinta selama 10 tahun dari tahun 1994-2004 ternyata mengalami perubahan sosial seperti sistem kemasyarakatan (kegotongroyongan dan kekeluargaan serta kebersamaan yang mulai luntur dan berkurang), jenis pekerjaan masyarakat mempunyai variasi yang lebih banyak,


(41)

tingkat pendidikan masyarakat juga mengalami perkembangan, hal ini disebabkan karena akibat adanya aktivitas pariwisata di dalam kawasan, ada sebagian masyarakat yang mempunyai tambahan penghasilan sehingga mereka mempunyai kemampuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tingggi. Akibat adanya manfaat aktivitas pariwisata terhadap kehidupan eknomi ternyata dapat meningkatkan peran serta dan kepedulian masyarakat dalam menjaga kawasan wisata Bukit Cinta. Pada aspek ekonomi, adanya perkembangan aktivitas pariwisata di dalam kawasan mengakibatkan perubahan pada tingkat pendapatan masyarakat yang cukup signifikan Pada kesempatan kerja dan berusaha juga mengalami peningkatan, hal ini karena salah dampak dari kegiatan pariwisata adalah mampu menyediakan lapangan pekerjaan baru. Meskipun besarnya nilai tersebut belum sesuai dengan target yang seharusnya dicapai oleh masyarakat di dalam kawasan.

2. Subari (2007) dalam tesisnya “Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan Objek Wisata Candi Borobudur terhadap Ekonomi Masyarakat di Sekitarnya” dengan analisis kualitatif dan kuantitatif, menyimpulkan bahwa secara makro kegiatan pariwisata di lingkungan objek wisata candi Borobudur memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kecamatan Borobudur yaitu 12,77% dan pendapatan bagi Kabupaten Magelang rata-rata 15 milyar setahun, namun secara mikro belum diikuti oleh tingkat kesejahteraan masyarakatnya, angka kemiskinan di Kecamatan Borobudur mencapai 61,78%.


(42)

3. Bantuan Purba (2006) dalam tesisnya “Pengembangan Pariwisata Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Karo”, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengembangan pariwisata dengan peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat di Kabupaten Karo.

4. OK Henry (2008) dalam tesisnya “Dampak Lokasi Wisata Theme Park Terhadap Pendapatan Masyarakat dan Pengembangan Wilayah Kecamatan Pantai Cermin”, menyimpulkan bahwa pendapatan masyarakat masih belum memadai secara signifikan dengan indikasi bahwa lapangan pekerjaan, hiburan, dalam melaksanakan pekerjaan utamanya, perhatian dari pemerintah daerah, pengetahuan, pendidikan keluarga, kegiatan organisasi masyarakat, pemenuhan kebutuhan pangan, papan, menabung masih belum meningkat.


(43)

2.6. Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini, digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Pengembangan Objek Wisata Perdesaan

Pengembangan Wilayah

Penerimaan PAD Kesejahteraan Masyarakat


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di beberapa kecamatan wilayah Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara yang memiliki beragam jenis objek wisata perdesaan, seperti objek wisata alam, wisata budaya (peninggalan sejarah, legenda dan ziarah) dan minat khusus (wisata agro, rekreasi, panjat tebing, dan gua alam). Ragam dan jenis objek w isata perdesaan ini tersebar di 23 Kecamatan dan 35 Nagori (Desa).

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah program dan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan swasta dalam pengembangan objek wisata perdesaan di Kabupaten Simalungun. Selain itu, dibutuhkan juga data mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat dan sumbangan objek wisata perdesaan dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Simalungun.

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer bersumber dari masyarakat responden, yakni melalui wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi lembaga atau instansi yang berhubungan dengan penelitian.


(45)

3.3. Populasi dan Sampel

Penelitian ini mengkaji kontribusi pengembangan objek wisata perdesaan terhadap kesejahteraan masyarakat dan pengembangan wilayah di Kabupaten Simalungun, oleh karenanya yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di lokasi objek wisata perdesaan Kabupaten Simalungun yang memiliki keterkaitan dengan objek wisata perdesaan.

Sampel yang akan dipilih dengan menggunakan multi stage sampling method (metode sampling bertahap). Pada tahap awal dipilih 3 (tiga) kecamatan secara

purposive. Kriterianya adalah bahwa ketiga kecamatan memiliki objek wisata

perdesaan dan dikenal masyarakat luas. Berdasarkan kriteria ini diperoleh 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kecamatan Purba, dan Kecamatan Gunung Maligas.

Tahap kedua adalah menentukan masing-masing 1 (satu) nagori atau kelurahan yang menjadi sampel penelitian dari ketiga kecamatan tersebut secara

purposive. Kriterianya sama dengan penentuan kecamatan yaitu memiliki objek

wisata perdesaan dan dikenal masyarakat luas. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh Kelurahan Parapat (Kecamatan Girsang Sip.Bolon), Nagori Pematang Purba (Kecamatan Purba), dan Nagori Karang Anyer (Kecamatan Gunung Maligas), dengan alasan objek wisata tersebut memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap PAD Pariwisata Kabupaten Simalungun.


(46)

Sampel responden ditetapkan mengikuti pendapat Roscoe (Sugiyono, 2003), yang menyatakan berapapun jumlah populasinya, dalam penelitian sosial ukuran sampel yang layak digunakan adalah antara 30 sampai 500 orang.

Tabel 3.1. Lokasi Objek Wisata Perdesaan di Kabupaten Simalungun

No Kecamatan Objek Wisata Perdesaan

1 Purba Rumah Bolon

2 Haranggaol Kohan Road, Haranggaol, Liang Atas, Liang Nangka

dan Pantai Silumbak

3 Dolok Pardamean Simarjarunjung dan Tiga Ras

4 Sidamanik Tanjung Unta, Toba Sari, Sidamanik, Bah Butong dan

Sipolha

5 Girsang Sip.Bolon Danau Toba, Batu Gantung, Camping Ground, Air

Terjun Halimbingan, Huta Sibatu Loting Parherekan, Sibaganding/Batu Gorga, Sip.Bolon/Tanaman Nenas, Dolok Simarbalatuk, Batu Lubang, Dolok Sae-sae, Liang Majontik, Liang Bolon, dan Mual Bolon

6 Dolok Panribuan Batu Gajah, Manigom dan Botanical Garden Marihat

Huta

7 Jorlang Hataran Batu Siloan dan Kasinder

8 Silau Kahean Tinggi Raja

9 Siantar Museum, Perk. Marihat dan Pemandian Bah Tio

10 Gunung Maligas Karang Anyer

11 Gunung Malela Perk. Karet Bangun dan Pemandian Siluhu

12 Dolok Batu Nanggar Dolok Ilir, Dolok Merangir, Bah Bolon/Air Terjun,

Bah Bolon/Kolam Air Tawar, Bah Tobu/Brombus dan Dolok Hataran

13 Panombein Panei Marjandi

14 Bandar Kramat Kubah

15 Hatonduhan Air Terjun Bah Hapusuk

16 Tanah Jawa Air Terjun Turunan Bunhit dan Perkebunan

Balimbingan

17 Jawa Maraja BJ Bah Jambi dan Pemandian Air Sejuk

18 Raya Sempurna B. Bala, Pemandian Sampuran Tarak Ni

Onggang, dan Panjat Tebing Panatapan Dolok Simarsolpa dan Simarsumpit

19 Pematang Bandar Kerasan I dan Mariah Bandar

20 Bandar Huluan Pemandian Bahapal

21 Bosar Maligas Air Terjun Turgit Sandi

22 Tapian Dolok Pemandian Dolok Seribu

23 Huta Bayu Raja Perkebunan Dolok Sinumbah


(47)

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menetapkan anggota sampel penelitian sebanyak 90 orang masyarakat, dengan alasan: 1) telah melebihi ambang batas kriteria Roscoe, yakni batasan minimal 30 orang; 2) mengingat masyarakat yang akan diteliti adalah homogen, dilihat dari etnis, wilayah administratif, serta pekerjaan yang mereka tekuni berhubungan dengan objek wisata perdesaan. Dengan demikian penetapan anggota sampel responden sebanyak 90 orang dianggap telah representatif. Distribusi sampel responden berdasarkan desa ditetapkan masing-masing sebanyak 30 orang masyarakat pada desa yang menjadi sampel penelitian.

Tabel 3.2. Populasi dan Sampel Penelitian Terpilih

No Nagori/Desa Objek Wisata Jenis Wisata Jumlah Responden

1 Parapat Kec.

Girsang Sip. Bolon

Danau Toba Keindahan alam 30

2 Pematang Purba

Kec. Purba

Rumah Bolon Budaya 30

3 Karang Anyer Kec. Gunung Maligas

Karang anyer Rekreasi 30

Jumlah 90

3.4. Analisis Data

Untuk menguji perumusan masalah pertama dan kedua menggunakan analisis deskriptif, dengan melihat pengaruh pengembangan objek wisata perdesaan terhadap kesejahteraan masyarakat dan kontribusi objek wisata perdesaan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Simalungun.


(48)

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

1. Kontribusi objek wisata perdesaan merupakan sumbagsih objek wisata terhadap kesejahteraan masyarakat dan pengembangan wilayah (PAD) di Kabupaten Simalungun.

2. Kesejahteraan masyarakat diukur melalui indikator pendapatan masyarakat dan kesempatan kerja bagi masyarakat perdesaan di sekitar lokasi objek wisata perdesaan.

3. Pengembangan wilayah dalam penelitian ini dilihat dari pendapatan yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun dari retribusi dan pajak yang berhubungan dengan objek wisata perdesaan (sektor pariwisata) dalam mendukung Pendapatan Asli Daerah (PAD).

4. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari berbagai usaha Pemerintah daerah. Untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatan rutin maupun pembangunannya, yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil usaha milik daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.


(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis

Kabupaten Simalungun terletak antara 02° 36' sampai dengan 03° 18' Lintang Utara dan 98° 32' sampai dengan 99° 35' Bujur Timur. Keadaan iklim bertemperatur sedang, suhu tertinggi terdapat pada bulan Mei dengan rata-rata 25,40 C. Rata-rata suhu udara tertinggi per tahun adalah 29,70 C dan terendah 20,40

Secara administratif, wilayah Kabupaten Simalungun berbatasan dengan: C. Kelembaban udara rata-rata per bulan 86% dengan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan Nopember yaitu 89% dengan penguapan 3,03 mm/hari. Dalam satu tahun rata-rata terdapat 16 hari hujan dengan hari hujan tertinggi terdapat pada bulan September dan Oktober sebanyak 22 hari hujan, kemudian bulan Maret sebanyak 21 hari hujan. Curah hujan terbanyak terdapat pada bulan September sebesar 574 mm.

1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Serdang Bedagai dan Kabupaten Deli Serdang 2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Samosir

3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Asahan, Kabupaten Batubara dan Kota Pematangsiantar


(50)

Sebagian besar wilayah Kabupaten Simalungun terletak di daerah dataran tinggi yang berada 120 meter hingga 1.600 meter di atas permukaan laut dengan perbandingan luas daerah ketinggian sebagai berikut:

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Simalungun Berdasarkan Tingkat Ketinggian Diatas Permukaan Laut

No Tingkat Ketinggian (Meter diatas Permukaan Laut)

Luas Wilayah (Ha) Persentase (%) 1 2 3 4 5

< 25 26 - 400 401 - 1000 1001 - 1500 > 1500 10.900 218.200 108.090 98955 2.515 2,48 49,75 24,64 22,56 0,57

Total 438.600 100

Sumber: Simalungun Dalam Angka, Tahun 2010

Daerah ketinggian Kabupaten Simalungun yang terluas adalah yang berada antara 26 sampai dengan 400 meter di atas permukaan laut, yakni mencapai 49,75 persen. Disusul kemudian daerah ketinggian antara 401 sampai dengan 1.000 meter di atas permukaan laut mencapai 24,64 persen, dan ketinggian antara 1001 sampai dengan 1.500 meter di atas permukaan laut mencapai 22,56 persen Sedangkan daerah ketinggian > 1.500 meter di atas permukaan laut terdapat 0,57 persen.

Ketinggian daerah penelitian Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dengan luas wilayah 123 Km2 terletak pada ketinggian 751 – 1600 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Purba dengan luas wilayah 172 Km2 terletak pada ketinggian 751 – 1500 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Gunung Maligas dengan luas wilayah 58,52 Km2 terletak pada ketinggian 101 – 250 meter di atas permukaan laut.


(51)

Dilihat dari sudut kemiringan atau lereng tanah di Kabupaten Simalungun dapat dibedakan atas lahan datar (dengan tingkat kemiringan lahan mencapai dua persen); lahan landai (tingkat kemiringan lahan antara 2,1 hingga 15 persen); lahan miring (tingkat kemiringan lahan antara 15,1 hingga 40 persen); serta lahan curam (tingkat kemiringan di atas 40 persen). Klasifikasi luas wilayah berdasarkan tingkat kemiringan tanah di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut:

Tabel 4.2. Luas Wilayah Kabupaten Simalungun Berdasarkan Tingkat Kemiringan atau Lereng Tanah

No Tingkat Kemiringan Luas Wilayah (Ha) Persentase (%) 1 2 3 4 Datar Landai Miring Curam 117.558 179.613 100.984 59.805 26,80 40,95 23,02 13,63

Total 438.600 100

Sumber: Simalungun Dalam Angka, Tahun 2010

Wilayah dengan tingkat kemiringan tanah 2,1 – 15% (landai) di Kabupaten Simalungun adalah yang terluas, mencapai 40,95 persen, disusul kemudian lahan datar (tingkat kemiringan 2%) mencapai 26,80 persen dan lahan miring (tingkat kemiringan 15,1 - 40%) berkisar 23,02 persen. Sedangkan lahan curam (tingkat kemiringan 40,1%) mencapai 13,63 persen.

Tingkat kemiringan daerah penelitian Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dan Kecamatan Puba berada pada lahan landai sampai dengan curam. Sedangkan Kecamatan Gunung Maligas berada pada lahan datar sampai dengan landai.


(52)

4.1.2. Kondisi Demografis

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu dari Kabupaten atau Kota Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 4.386,6 Km2

Tabel 4.3. Luas Wilayah dan Jumlah Nagori/Kelurahan di Kabupaten Simalungun

atau 6,12% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 31 Kecamatan, 22 Kelurahan dan 345 desa atau nagori, yang dapat dilihat pada Tabel 4.3.

No Kecamatan Luas Wilayah

(Km2 Jumlah Nagori/Kelurahan ) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk

1 Silimakuta 77,50 6 11.908 15.37

2 Pematang Silimahuta 68,20 8 10.777 15.80

3 Purba 172,00 10 18.659 10.85

4 Haranggaol Horison 34,50 5 5.836 10.92 5 Dolok Pardamean 99,45 11 15.025 15.11

6 Sidamanik 83,56 13 30.625 36.65

7 Pematang Sidamanik 125,19 10 16.004 12.78 8 Girsang Sipangan Bolon 123,00 5 14.215 11.56

9 Tanah Jawa 213,95 20 49.382 23.08

10 Hatonduhan 275,80 9 20.411 7.40

11 Dolok Panribuan 154,30 14 19.494 12.63 12 Jorlang Hataran 92,25 10 18.523 20.08

13 Panei 72,30 13 25.267 34.95

14 Panombeian Panei 82,20 10 21.156 25.74

15 Raya 335,.60 18 31.489 9.38

16 Dolok Silau 288,45 10 13.767 4.77

17 Silau Kahean 220,50 16 16.685 7.57

18 Raya Kahaean 226,25 11 17.977 7.95

19 Tapian Dolok 116,90 10 34.961 29,91

20 Dolok Batu Nanggar 126,10 15 39.399 31.24

21 Siantar 79,11 17 62.239 78.80

22 Gunung Malela 108,97 16 33.839 31.05

23 Gunung Maligas 58,52 9 25.559 43.68

24 Hutabayu Raja 156,13 13 32.412 20.76 25 Jawa Maraja Bah Jambi 73,72 8 22.558 30.60 26 Pematang Bandar 95,00 12 34.441 36.25 27 Bandar Huluan 102,35 10 26.518 25.91

28 Bandar 109,18 15 67.274 61.62

29 Bandar Marsilam 97,72 9 26.149 26.76 30 Bosar Maligas 294,40 17 45.742 15.54

31 Ujung Padang 223,50 17 44.721 20.01

Jumlah 4.386,60 367 853.112 19.45


(53)

Berdasarkan pembagian desa atau kelurahan di Kabupaten Simalungun, daerah penelitian Kecamatan Purba memiliki desa atau kelurahan yang terbanyak yaitu sebanyak 10 desa atau kelurahan, disusul kemudian Kecamatan Gunung Maligas sebanyak 9 desa atau kelurahan dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon sebanyak 5 desa atau kelurahan.

Penduduk terbanyak daerah penelitian di Kabupaten Simalungun terdapat di Kecamatan Gunung Maligas yang berjumlah 25.559 jiwa. Disusul kemudian Kecamatan Purba yakni berjumlah 18.659 jiwa serta Kecamatan Girsang Sipangan Bolonyakni berjumlah 38.594 jiwa.

Kecamatan terluas adalah Kecamatan Purba yang luas wilayahnya mencapai 172 km²; disusul Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dengan luas wilayah 123 km² dan kemudian Kecamatan Gunung Maligas seluas 58,52 km².

Sedangkan dilihat berdasarkan tingkat kepadatan penduduk, Kecamatan Gunung Maligas merupakan wilayah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk terpadat yakni 43,68 jiwa per km², disusul kemudian Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dengan kepadatan penduduk mencapai 11,56 jiwa per km², dan Kecamatan Purba dengan kepadatan penduduk 10,85 jiwa per km².

Jumlah penduduk dalam periode 2005 - 2009 terus mengalami peningkatan walaupun pertumbuhannya mengalami penurunan. Tahun 2005 jumlah penduduk sekitar 826,101 jiwa, tahun 2009 meningkat menjadi 859.879 jiwa, dan dalam lima tahun ke depan jumlahnya diproyeksi mencapai 926.971 jiwa. Kepadatan


(54)

196 penduduk per km2 dan diperkirakan dalam lima tahun kedepan mencapai 211 penduduk per km2

Tabel 4.4. Jumlah dan Proyeksi Jumlah Penduduk di Kabupaten Simalungun

.

Tahun 2005 - 2015

Tahun Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk %

2005 826,101 188 -

2006 841,198 192 0.0183

2007 846,329 193 0.0061

2008 853,112 194 0.0080

2009 859,879 196 0.0079

2010 870,714 198 0.0126

2011 881,685 201 0.0126

2012 892,795 204 0.0126

2013 904,044 206 0.0126

2014 915,436 209 0.0126

2015 926,971 211 0.0126

Sumber: RPJM Kabupaten Simalungun, Tahun 2010

Komposisi penduduk Kabupaten Simalungun dari umur 0 - 14 sebesar 33,16%, usia 15-64 sebesar 62,11% dan diatas 65 tahun sebesar 4,71%. Dilihat dari persentase struktur umur tersebut, penduduk Kabupaten Simalungun merupakan penduduk produktif. Artinya proporsi penduduk yang produksi masih lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk yang tidak produktif (usia lanjut atau > 65 tahun). Dengan rendahnya jumlah penduduk umur diatas 65 tahun dapat diartikan juga bahwa angka harapan hidup di Kabupaten Smalungun masih rendah.


(55)

Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Simalungun Tahun 2009

No. Kelompok umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0 - 4 45,396 42,728 88,124

2 5 - 9 49,018 46,168 95,186

3 10 - 14 52,531 49,359 101,890

4 15 - 19 49,178 46,118 95,296

5 20 - 24 39,491 36,032 75,523

6 25 - 29 30,452 30,010 60,462

7 30 - 34 30,480 30,989 61,469

8 35 - 39 26,720 29,569 56,289

9 40 - 44 26,959 28,809 55,768

10 45 - 49 22,665 23,708 46,373

11 50 - 54 18,778 18,555 37,333

12 55 - 59 10,858 12,161 23,019

13 60 - 64 10,596 12,005 22,601

14 65 - 69 6,742 7,992 14,734

15 70 - 74 5,213 6,846 12,059

16 > 75 5,836 7,917 13,753

Jumlah 430,913 428,966 859,879

SumberSumber: Simalungun Dalama Angka, Tahun 2010

4.1.3. Ideologi

Ada empat pilar utama yang menjadi nilai dan konsensus dasar yang selama ini menopang tegaknya Republik Indonesia, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.

Pancasila sebagai dasar negara, falsafah dan pandangan hidup bangsa, sudah final. Pancasila adalah ideologi nasional bangsa dan dasar Negara Republik


(56)

bangsa serta perekat dan pemersatu bangsa. Pembukaan UUD 1945 yang memuat cita-cita, tujuan nasional dan dasar negara juga harus dipertahankan untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) juga sudah final, dan tidak dapat digantikan dengan bentuk negara yang lain. Di tengah-tengah keragaman bangsa kita yang majemuk, semboyan Bhinneka Tunggal Ika harus terus diaktualisasikan, sebagai keniscayaan kehidupan bangsa yang beragam suku, agama, bahasa dan budaya.

4.1.4. Perekonomian

Dalam lima tahun terakhir, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku secara nominal mengalami peningkatan dan masih didominasi sektor pertanian dan industri. Peningkatan tersebut sebesar 9,98% yaitu dari Rp. 6,25 trilliun rupiah pada tahun 2005 menjadi Rp. 6,88 trilliun rupiah pada tahun 2006. Pada tahun 2007 terjadi peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 11,13% menjadi Rp. 7,64 trilyun. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar sebesar 10,00% menjadi 8,41 trilyun. Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ini menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan sejak tahun 2008 sebesar 1,13% dibanding tahun 2007 dan mengalami perlambatan sebesar 0,71% dari tahun 2008.


(57)

Tabel 4.6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Simalungun Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 - 2009 (Milyar Rupiah) No Lapangan

Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 %

1 Pertanian

3,372.80 3,748.51 4,150.36 4,580.17 5,032.46 54.57

2 Pertambangan

dan Penggalian

25.61 33.10 35.13 38.44 40.85

0.44

3 Industri

1,261.22 1,290.60 1,392.05 1,482.75 1,591.72 17.26

4 Listrik, Gas

dan air Minum

44.02 49.51 54.39 61.64 69.98 0.76

5 Bangunan 112.35 116.00 135.02 150.00 168.05 1.82

6 Perdagangan

541.56 577.60 624.50 690.03 763.87 8.28

7 Pengangkutan

211.56 234.82 261.82 287.56 312.47 3.39

8 Bank dan

Lembaga Keuangan

108.94 113.46 133.94 153.30 164.75

1.79

9 Jasa-jasa 578.89 718.02 860.28 968.41 1,077.48 11.68

Simalungun 6,256.96 6,881.62 7,647.49 8,412.30 9,221.62 100.00

Pertumbuhan PDRB

- 9.98 11.13 10.00 9.62

Sumber: PDRB Kabupaten Simalungun, Tahun 2010

Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan untuk tahun 2006 sebesar 4,76% menjadi 4,58 trilyun, di tahun 2007 sebesar 5,31% menjadi 4,82 trilyun, ditahun 2008 sebesar 4,69% menjadi 5,04 trilyun dan ditahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 4,67% sebesar Rp. 5,28 trilyun dibanding tahun 2008 yang mencapai 5,054 trilyun.

Dari kondisi 5 tahun terakhir dapat dilihat bahwa dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 laju pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan, namun


(58)

ditahun 2008 laju pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan masing-masing sebesar 0,63% dan di tahun 2009 sebesar 0,02%.

Tabel 4.7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Simalungun Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005 - 2009 (Milyar Rupiah) No Lapangan

Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 %

1 Pertanian 2,546.63 2,662.72 2,785.88 2,912.06 3,056.58 57.83

2 Pertambangan

dan

Penggalian

15.34 17.38 17.99 18.71 19.56 0.37

3 Industri 739.71 745.70 757.17 769.11 784.56 14.84

4 Listrik, Gas

dan air Minum 18.79 20.42 22.14 24.06 26.19 0.50

5 Bangunan 76.49 78.40 81.12 85.19 90.11 1.70

6 Perdagangan 361.37 371.12 388.65 408.91 430.66 8.15

7 Pengangkutan 111.91 115.71 119.60 126.04 133.32 2.52

8 Bank dan

Lembaga Keuangan

75.88 77.71 86.78 95.40 100.37 1.90

9 Jasa-jasa 425.98 490.77 564.03 609.91 643.91 12.18

Simalungun 4,372.10 4,580.01 4,823.35 5,049.40 5,285.27 100.00

Pertumbuhan

PDRB - 4.76 5.31 4.69 4.67

Sumber: PDRB Kabupaten Simalungun, Tahun 2010

Perkembangan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Simalungun 5 tahun terakhir menunjuk bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Simalungun didorong oleh seluruh sektor kegiatan ekonomi walaupun terlihat sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa mengalami perlambatan pertumbuhan sejak tahun 2008.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita Kabupaten Simalungun atas dasar harga berlaku periode 2005 - 2009 mengalami peningkatann yang berfluktuasi dimana tahun 2005 tumbuh sebesar 11,19%, mengalami perlambatan


(59)

-2.000,00 4.000,00 6.000,00 8.000,00 10.000,00 12.000,00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan

menjadi 8,01% ditahun 2006, kemudian mengalami percepatan di tahun 2007 menjadi 10,46% dan selanjutnya berturut-turut mengalami perlambatan menjadi 9,13% ditahun 2008 dan 8,76% ditahun 2009.

Gambar 4.1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita Kabupaten Simalungun Tahun 2004 – 2009

Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita secara riel pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 mengalami percepatan, namun di tahun 2008 dan tahun 2009 mengalami laju pertumbuhan yang melambat menjadi 3,85%.

Tabel 4.8. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Simalungun Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005 – 2009

No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009

1 Pertanian 2.12 4.56 4.63 4.53 4.96

2 Pertambangan dan Penggalian 5.71 13.31 3.49 4.02 4.54

3 Industri 1.32 0.82 1.53 1.58 2.01

4 Listrik, Gas dan air Minum 0.73 8.64 8.43 8.67 8.86

5 Bangunan 4.13 2.50 3.46 5.02 5.77

6 Perdagangan 2.56 2.70 4.72 5.21 5.32

7 Pengangkutan 9.03 3.40 3.36 5.39 5.78

8 Bank dan Lembaga Keuangan 5.30 2.42 11.67 9.92 5.22

9 Jasa-jasa 11.27 15.21 14.93 8.14 5.57

Simalungun 4.76 5.31 4.69 4.6


(60)

4.2. Rencana Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Simalungun

Rencana pengembangan pariwisata di Kabupaten Simalungun mengacu kepada Undang-undang No.9 Tahun 1990 dan arahan pengembangan pariwisata RI yang dipadukan dengan Undang-Undang No.26 tahun 2007 tentang tata ruang.

Pada jenjang perencanaan untuk tingkat kabupaten/kota disusun Rencana Induk Pengembangan Pariwisata yang menjangkau perencanaan 5-10 tahun ke depan, atau rencana pengembangan suatu kawasan wisata. Rencana ini di samping sebagai penjabaran Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) Provinsi, juga dipadukan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota.

Pada tahap ini telah tergambar aspek-aspek yang bersifat mikro seperti investasi yang diperlukan termasuk aspek Sumber Daya Manusia (SDM) maupun pengelolaannya. Dalam tingkat perencanaan ini harus mampu direkomendasikan aspek rencana aksi untuk pengembangan produk wisata yang khas dan memiliki nilai kelokalan sehingga layak dijadikan sebagai andalan Daerah Tujuan Wisata (DTW).

Visi

Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Simalungun yaitu terwujudnya pengelolaan pariwisata, seni dan budaya secara profesional berpola industri pariwisata.

Misi

Misi merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik sesuai visi yang diterapkan.


(61)

Dengan adanya misi organisasi dan pihak terkait dapat mengenal dan mengetahui program, serta hasil yang akan dicapai pada masa yang akan datang.

Misi organisasi harus mengakomodasi masukan dari pihak yang berkepentingan dan memberi peluang untuk perubahan yang sesuai dengan tuntutan lingkungan.

Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Simalungun adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan jati diri dan kebanggaan masyarakat Kabupaten Simalungun sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

2. Menggali, melestarikan dan mengembangkan nilai budaya asli dan lingkungan yang asri dan nyaman.

3. Meningkatkan citra,produk dan pelayanan pariwisata Kabupaten Simalungun. 4. Mengoptimalkan sumberdaya pariwisata, dalam rangka peningkatan pendapatan

daerah dan masyarakat, perluasan lapangan kerja, serta pemanfaatan peluang ekonomi yang timbul dari pengembangan pariwisata.

5. Meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan daerah pada umumnya dan kepariwisataan pada khususnya.

6. Meningkatkan koordinasi dengan instansi dilingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun dan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Pusat dalam pengembangan kepariwisataan Kabupaten Simalungun.


(62)

7. Peningkatan aktifitas pemasaran dalam negeri dan luar negeri khususnya Negara – negara tertentu yang merupakan pasar utama dan pasar tradisional Kabupaten Simalungun.

Strategi

Strategi yang dilaksanakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Simalungun untuk mencapai tujuan dan sasaran jangka menengah pembangunan kebudayaan dan pariwisata dari tahun (2011 - 2015) adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan kualitas produk pariwisata sehingga mampu memenuhi keinginan, harapan, dan tuntutan wisatawan.

2. Meningkatkan kegiatan promosi pariwisata melalui jaringan media cetak, elektronik, dan pasar wisata di dalam dan luar negeri.

3. Meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat untuk dapat menjadi tuan rumah yang baik serta mampu menyediakan bagian pelayanan yang dibutuhkan wisatawan.

4. Meningkatkan peran kelembagaan yang dapat mendorong terwujudnya aktivitas pengembangan produk, pemasaran dan peran serta masyarakat baik kelembagaan hukum, maupun kelembagaan administrasi.

5. Melaksanakan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, melalui pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan, pemberdayaan masyarakat pariwisata melalui peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)


(63)

7. Perbaikan dan pengembangan sarana dan prasarana serta kuantitas dengan jaringan kerja baik vertikal maupun horizontal.

8. Penyempurnaan kebijakan pemerintah daerah yang berkaitan dengan kepariwisataan (Perda, SK, Instruksi)

Tujuan

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1-5 tahun dan harus konsisten dengan tugas dan fungsinya serta secara kolektif menggambarkan strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan kewenangan atau urusan yang ada.

Adapun yang menjadi tujuan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Simalungun dikaitkan dengan misi yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah dari sektor pariwisata melalui peningkatan aktivitas kepariwisataan.

2. Meningkatkan kelembagaan dan jaringan (network) bidang pariwisata

3. Pengembangan dan pemanfaatan nilai budaya dalam segenap aspek pembangunan daerah.

Sasaran

Sasaran adalah penjabaran dari tujuan yaitu sesuatu yang akan dicapai atau di hasilkan oleh Dinas Perkebunan dalam jangka waktu bulanan, triwulanan, semesteran


(64)

tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan baik bersifat spesifik, terinci, dapat diukur dan dapat dicapai.

Adapun sasaran yang ingin dicapai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Simalungun dalam 5 (lima) tahun kedepan (2011 - 2015) adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan industri pariwisata yang mampu bersaing sehingga kunjungan wisatawan dapat bertumbuh rata-rata 5 – 10% per tahun.

2. Peningkatan kerjasama baik secara horizontal maupun vertical

3. Meningkatnya kualitas atraksi wisata yang terdapat di daerah yang menjadi tujuan wisata utama.

4. Meningkatnya aktualisasi nilai budaya dalam kehidupan masyarakat.

Rencana strategi pengembangan pariwisata di atas sangat dimungkinkan karena adanya daya dukung kondisi alam di wilayah ini. Kecuali itu, kegiatan pariwisata akan dapat dikembangkan pada tiap kawasan baik pada kawasan lindung, kawasan budidaya pertanian maupun kawasan hutan.

Kondisi geografi Kabupaten Simalungun sangat potensial untuk wisata alam, misalnya kawasan hutan sebagai objek bagi ekowisata. Kabupaten Simalungun sudah lama dikenal sebagai sentra produksi komoditi sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman bunga juga akan dikelola dan dikembangkan menjadi objek wisata agrowisata akan diusahakan menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Pada kawasan lindung dapat dikembangkan kegiatan wisata alam untuk


(65)

menikmati pemandangan (panorama dan udara yang segar). Kawasan ini menyebar pada wilayah kecamatan di Kabupaten Simalungun.

Kegiatan budidaya pertanian baik sektor perkebunan rakyat, tanaman bunga dan buah-buahan juga menjadi daya dukung tersendiri bagi wilayah ini untuk menjadi tujuan wisata. Selain itu, dukungan kultur budaya masyarakat Simalungun dapat dijadikan komoditi yang layak untuk dikonsumsi wisatawan domestik maupun mancanegara. Keaneka ragaman potensi ini merupakan daya dukung bagi pengembangan sektor pariwisata Kabupaten Simalungun di masa mendatang.

Sektor pariwisata di Kabupaten Simalungun ditempatkan dalam prioritas setelah pertanian dan industri. Ke depan, direncanakan potensi dan objek-objek wisata Kabupaten Simalungun akan terus digali, dikembangkan dan diberdayakan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan yang berwawasan lingkungan, sehingga memberi keuntungan ganda bagi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) maupun peningkatan pendapatan masyarakat. Untuk mendukung rencana tersebut peningkatan pelayanan fasilitas umum dan penyediaan sarana, prasarana dan akomodasi akan menjadi prioritas dalam membangun perekonomian Kabupaten Simalungun.

4.3. Kontribusi Pengembangan Objek Wisata Pedesaan terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Pengembangan objek wisata di Kabupaten Simalungun memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat Kabupaten Simalungun. Hal ini dapat


(66)

Pada Tabel 4.9. terlihat bahwa jawaban responden mengenai adanya objek wisata perdesaan meningkatkan lapangan pekerjaan menunjukkan 60 responden (66,7%) menyatakan sangat meningkat, 26 responden (28,9%) menyatakan meningkat, 4 responden (4,44%) menyatakan netral. Sedangkan yang menjawab kurang meningkat dan tidak meningkat, tidak ada responden yang menjawab.

Adanya objek wisata perdesaan memberi peluang bagi keluarga untuk memperoleh pekerjaan menunjukkan 69 responden (76,7) menyatakan sangat meningkat, 16 responden (17,8%) menyatakan meningkat, 5 responden (5,6%) menyatakan netral. Sedangkan yang menjawab kurang meningkat dan tidak meningkat, tidak ada responden yang menjawab.

Adanya objek wisata perdesaan memberi peluang bagi keluarga untuk membuka usaha menunjukkan 52 responden (57,8%) menyatakan sangat meningkat, 19 responden (21,1%) menyatakan meningkat, 17 responden (18,9%) menyatakan netral, dan 2 responden (2,2%) menyatakan kurang meningkat. Sedangkan yang menjawab tidak meningkat, tidak ada responden yang menjawab.


(1)

30 4 4 4 4 5 21 4 4 4 4 5 21

31 4 4 5 2 5 20 5 5 5 5 5 25

32 5 4 2 2 3 16 5 5 5 5 5 25

33 4 5 5 5 5 24 5 5 5 5 5 25

34 4 4 2 2 4 16 4 4 5 2 4 19

35 5 5 3 2 4 19 5 5 3 2 4 19

36 4 5 3 2 5 19 5 5 3 2 5 20

37 5 5 4 4 5 23 5 5 4 4 5 23

38 4 4 4 4 5 21 5 5 4 4 5 23

39 5 4 5 4 5 23 5 5 5 3 5 23

40 4 5 5 4 4 22 5 5 5 3 5 23

41 4 5 5 4 4 22 5 5 5 5 5 25

42 5 4 2 5 5 21 5 5 5 5 5 25

43 4 5 4 3 4 20 5 5 5 3 5 23

44 4 4 5 5 5 23 5 5 5 5 5 25

45 4 4 3 3 5 19 5 5 3 3 5 21

46 5 4 5 2 2 18 5 5 5 3 5 23

47 5 5 5 3 5 23 5 5 5 3 5 23

48 5 4 4 3 4 20 5 5 5 3 5 23

49 4 4 5 3 3 19 5 5 5 3 5 23

50 4 4 5 3 4 20 5 5 5 3 5 23

51 5 5 5 3 3 21 5 5 5 3 5 23

52 5 5 3 4 5 22 5 5 3 4 5 22

53 4 5 5 3 4 21 5 5 5 3 4 22

54 5 4 3 2 4 18 5 5 3 2 4 19

55 5 5 5 3 5 23 5 5 5 3 5 23

56 5 4 5 3 4 21 5 5 5 3 4 22

57 4 4 4 4 5 21 4 5 4 4 5 22

58 4 4 4 3 4 19 4 5 5 3 5 22

59 5 5 5 3 5 23 4 5 5 3 5 22

60 4 4 5 3 5 21 5 5 5 3 5 23

61 4 4 5 2 4 19 5 5 5 2 4 21

62 5 4 4 4 4 21 4 5 5 5 5 24

63 3 4 3 3 5 18 4 5 5 5 5 24

64 5 5 5 3 5 23 4 5 5 3 5 22

65 4 5 4 4 4 21 4 5 4 4 4 21

66 3 5 4 4 4 20 5 5 4 4 4 22

67 3 5 3 3 3 17 5 5 5 5 5 25

68 5 5 4 2 5 21 4 5 4 2 5 20

69 5 5 5 5 5 25 4 5 5 5 5 24


(2)

71 5 5 5 3 5 23 5 5 5 3 5 23

72 5 5 5 3 5 23 4 5 5 4 5 23

73 5 5 5 2 2 19 5 5 5 3 5 23

74 5 5 4 2 2 18 5 5 4 4 5 23

75 5 5 5 3 5 23 5 5 5 3 5 23

76 3 4 5 5 3 20 3 4 5 5 3 20

77 4 5 4 4 2 19 5 5 4 3 2 19

78 4 3 5 2 5 19 3 3 5 2 5 18

79 5 3 4 2 2 16 5 3 4 5 2 19

80 4 3 4 2 5 18 5 3 3 4 5 20

81 4 5 3 3 2 17 5 5 3 3 3 19

82 5 3 2 2 3 15 5 3 4 4 3 19

83 3 4 4 3 2 16 4 4 5 3 2 18

84 3 5 2 3 4 17 3 5 3 3 3 17

85 5 3 4 4 4 20 4 3 4 2 5 18

86 5 5 2 5 2 19 5 5 5 5 2 22

87 4 4 3 3 5 19 3 4 3 3 5 18

88 5 4 4 5 3 21 5 4 4 5 3 21

89 5 2 3 4 2 16 5 5 3 4 2 19


(3)

Lampiran 3.

Foto Lokasi Objek Wisata Perdesaan di Parapat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon


(4)

Lampiran 4.

Foto Lokasi Objek Wisata Perdesaan di Karang Anyer Kecamatan Gunung Maligas


(5)

Lampiran 5.

Foto Lokasi Objek Wisata Perdesaan di Pamatang Purba Kecamatan Purba


(6)

LAMPIRAN 6.