menjalankan fungsinya yaitu sesuai dengan konsep The Seven Star Pharmacist meliputi sikap apoteker sebagai pemberi pelayanan care giver, pembuat
keputusan decision maker, communicator, manager, pembelajaran jangka panjang long life learner, guru teacher, pemimpin leader dan researcher
ISFI, 2007. Upaya tersebut dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan bagi calon apoteker melalui Praktik Kerja Profesi PKP. Sebagai tenaga kesehatan
profesional, maka calon apoteker perlu memahami dan mengenal peranan apoteker di rumah sakit, khususnya pada instalasi farmasi. Hal ini penting sebagai
bekal bagi lulusan Program Pendidikan Profesi Apoteker apabila bekerja di rumah sakit.
Berdasarkan pertimbangan ini, Fakultas Farmasi USU Medan bekerjasama dengan Pemberi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan
Sadikin dalam mengadakan Praktik Kerja Profesi.
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktik kerja profesi di rumah sakit adalah memahami peran apoteker di instalasi farmasi rumah sakit dalam pengelolaan produk dan
pelayanan farmasi klinis dalam menunjang pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT
2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan
pencegahan kecacatan lebih lanjut Depkes RI
b
2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
, 2009.
Berdasarkan UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 4 dan 5, dinyatakan bahwa rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, untuk menjalankan tugas tersebut
rumah sakit mempunyai fungsi: a.
Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis. c.
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit 2.1.3.1 Klasifikasi Rumah Sakit Secara Umum
Menurut Siregar dan Amalia 2004 rumah sakit diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut:
1. Berdasarkan kepemilikan a. Rumah sakit pemerintah
b. Rumah sakit swasta 2. Berdasarkan jenis pelayanan, terdiri atas:
a. Rumah sakit umum
b. Rumah sakit khusus
3. Berdasarkan afiliasi pendidikan, terdiri atas 2 jenis, yaitu:
a. Rumah sakit pendidikan
b. Rumah sakit non pendidikan
2.1.3.2 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah
Rumah sakit umum pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi rumah sakit umum kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan pada
unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan Siregar dan Amalia, 2004; Depkes RI
b
1. Rumah sakit umum kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik spesialistik luas dan sub spesialistik luas , 2009.
2. Rumah sakit umum kelas B mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik terbatas 3.
Rumah sakit umum kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar
Universitas Sumatera Utara
4. Rumah sakit umum kelas D mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik dasar.
2.2 Komite Medik dan KomitePanitia Farmasi dan Terapi PFT 2.2.1 Komite Medik
Komite medik adalah wadah non struktural yang keanggotaannya dipilih dari ketua staf medis fungsional SMF atau yang mewakili SMF yang ada di
rumah sakit. Komite medis berada dibawah dan bertanggung jawab kepada direktur utama Depkes RI, 2004.
2.2.2 KomitePanitia Farmasi dan Terapi PFT
Berdasarkan Kepmenkes No 1197MenkesSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, panitia farmasi dan terapi adalah organisasi
yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi
yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya. Fungsi dan ruang lingkup panitia farmasi dan terapi adalah:
a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan
obat untuk dimasukkan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga
harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat yang sama.
b. Panitia farmasi dan terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak
produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis. c.
Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang termasuk dalam kategori khusus.
Universitas Sumatera Utara
d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional
e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan
mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus
penggunaan obat secara rasional. f.
Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat. g.
Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis dan perawat.
2.3 Formularium Rumah Sakit
Formularium adalah himpunan obat yang diterimadisetujui oleh panitia farmasi dan terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap
batas waktu yang ditentukan. Sistem yang dipakai adalah suatu sistem di mana prosesnya tetap berjalan terus, dalam arti kata bahwa sementara formularium itu
digunakan oleh staf medis, di lain pihak panitia farmasi dan terapi mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan terhadap produk obat yang ada di pasaran,
dengan lebih mempertimbangkan kesejahteraan pasien Depkes RI, 2004. Pedoman penggunaan yang digunakan akan memberikan petunjuk kepada
dokter, apoteker, perawat, serta petugas administrasi di rumah sakit dalam menerapkan sistem formularium, meliputi Depkes RI, 2004:
a. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu dengan
panitia farmasi dan terapi dalam menentukan kerangka mengenai tujuan,
Universitas Sumatera Utara
organisasi, fungsi dan ruang lingkup. Staf medis harus mendukung system formularium yang diusulkan oleh panitia farmasi dan terapi
b. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan kebutuhan
tiap-tiap institusi c.
Staf medis harus menerima kebijakan-kebijakan dan prosedur yang ditulis oleh panitia farmasi dan terapi untuk menguasai sistem formularium yang
dikembangkan oleh panitia farmasi dan terapi d.
Nama obat yang tercantum dalam formularium adalah nama generic e.
Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin harus tersedia di instalasi farmasi
f. Membuat prosedur yang mengatur pendistribusian obat generik yang efek
terapinya sama.
2.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS
Berdasarkan Kepmenkes No. 1197MENKESSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, struktur organisasi instalasi farmasi rumah
sakit mencakup penyelenggaraan pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu.
2.4.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Menurut Kepmenkes No. 1197MENKESSKX2004, fungsi pelayanan farmasi rumah sakit sebagai pengelola perbekalan farmasi dimulai dari pemilihan,
perencanaan, pengadaan, produksi, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi
kegiatan pelayanan.
Universitas Sumatera Utara
a. Pemilihan Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah
kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standardisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam panitia farmasi dan terapi untuk
menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian. b. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan
berdasarkan: 1
Daftar obat esensial nasional DOEN atau formularium, standar terapi rumah sakit dan ketentuan setempat yang berlaku
2. Data catatan medik
3. Anggaran yang tersedia
4. Penetapan prioritas
5. Siklus penyakit
6. Sisa stok
7. Data pemakaian periode lalu
8. Perencanaan pengembangan
Universitas Sumatera Utara
c. Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, melalui: 1.
Pembelian: a
Secara tender oleh panitia pembelian barang farmasi b
Secara langsung dari pabrikdistributorpedagang besar farmasirekanan 2.
Produksipembuatan sediaan farmasi: a
Produksi steril b
Produksi non steril 3.
Sumbangandropinghibah
d. Produksi Produksi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan
kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
e. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,
tender, konsinyasi atau sumbangan. f. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan
kestabilannya, mudah tidaknya meledakterbakar, dan tahantidaknya terhadap cahaya, disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan
perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
Universitas Sumatera Utara
g. Pendistribusian Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di
rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.
2.4.2 Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinik adalah pelayanan langsung yang diberikan apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat. Tujuan pelayanan farmasi klinis adalah meningkatkan keuntungan terapi obat dan mengoreksi
kekurangan yang terdeteksi dalam proses penggunaan obat sehingga meningkatkan dan memastikan kerasionalan, kemanfaatan, dan keamanan terapi
obat. Pelayanan farmasi klinis Depkes RI, 2004, meliputi: a.
Pengkajian pelayanan dan resep Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur
pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat medication error.
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan
informasi mengenai seluruh obatsediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam
medikpencatatan penggunaan obat pasien.
Universitas Sumatera Utara
c. Pelayanan lnformasi obat PIO PIO adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat
yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta
pasien dan pihak lain di luar rumah sakit. Tujuan PIO antara lain: 1.
Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah sakit
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan
obatperbekalan farmasi, terutama bagi komitesub komite farmasi dan terapi 3.
Menunjang penggunaan obat yang rasional Kegiatan yang dilakukan pada PIO meliputi:
1. Menjawab pertanyaan
2. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter
3. Menyediakan informasi bagi komitesub komite farmasi dan terapi
sehubungan dengan penyusunan formularium rumah sakit 4.
Bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap
5. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya 6.
Melakukan penelitian d. Konseling
Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan pasienkeluarga pasien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan
kesempatan kepada pasienkeluarga pasien mengeksplorasikan diri dan membantu
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran sehingga pasienkeluarga pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam penggunaan obat yang
benar termasuk swamedikasi. Tujuan umum konseling adalah meningkatkan keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi, meminimalkan resiko efek
samping, meningkatkan cost effectiveness dan menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi. Tujuan khusus dari konseling adalah:
1. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dan pasien
2. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
3. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat
4. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat dengan
penyakitnya 5.
Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan 6.
Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat 7.
Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapi 8.
Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan 9.
Membimbing dan membina pasien dalam penggunaan obat sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien
Kegiatan yang dilakukan dalam konseling meliputi: 1.
Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien 2.
Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui three prime questions
3. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien
untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat
Universitas Sumatera Utara
4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
penggunaan obat 5.
Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien 6.
Dokumentasi Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Kriteria pasien
a. Pasien kondisi khusus pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan ginjal,
ibu hamil dan menyusui b.
Pasien dengan terapi jangka panjangpenyakit kronis TB, DM, epilepsi,dll c.
Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus penggunaan kortikosteroid dengan tappering downoff
d. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit digoksin,
fenitoin e.
Pasien yang menggunakan banyak obat polifarmasi f.
Pasien yang memiliki riwayat kepatuhan rendah 2.
Sarana dan prasarana a.
Ruangan atau tempat konseling b.
Alat bantu konseling kartu pasiencatatan konseling e. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan
terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien
Universitas Sumatera Utara
serta profesional kesehatan lainnya. Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit atas permintaan pasien yang biasa disebut dengan
pelayanan kefarmasian di rumah home pharmacy care. Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan
informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medis atau sumber lain.
f. Pemantauan terapi obat PTO PTO adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi
obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Tujuan pemantauan terapi obat adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan resiko ROTD.
Kegiatan yang dilakukan meliputi: 1.
Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi, ROTD 2.
Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat 3.
Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat Tahapan pemantauan terapi obat yaitu:
1. Pengumpulan data pasien
2. Identifikasi masalah terkait obat
3. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
4. Pemantauan
5. Tindak lanjut
g. Monitoring efek samping obat MESO MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respons terhadap obat yang
tidak dikehendaki ROTD yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa, dan terapi. Efek samping obat adalah
Universitas Sumatera Utara
reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi. Tujuan:
1. Menemukan efek samping obat ESO sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal, frekuensinya jarang 2.
Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan
3. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkanmempengaruhi
angka kejadian dan hebatnya efek samping obat 4.
Meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki 5.
Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki h. Evaluasi penggunaan obat EPO
EPO merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif. Tujuan:
1. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan
2. Membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu
3. Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat
4. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat
Kegiatan praktek EPO adalah mengevaluasi penggunaan obat secara kualitatif. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada EPO meliputi indikator
peresepan, indikator pelayanan, dan indikator fasilitas. i. Dispensing sediaan khusus
Dispensing sediaan khusus steril dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit dengan tekhnik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya
Universitas Sumatera Utara
kesalahan pemberian obat. Tujuan dilakukan dispensing sediaan khusus adalah untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk, melindungi petugas dari paparan
zat berbahaya, dan menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. Dispensing sediaan khusus terdiri atas pencampuran obat suntik, penyiapan nutrisi parenteral
dan penanganan sediaan sitotoksik.
2.4.3 Indikator Pelayanan Kefarmasian
Indikator diperlukan untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan, atau suatu alattolok ukur yang hasil menunjuk pada ukuran kepatuhan
terhadap standar yang telah ditetapkan, makin sesuai yang diukur dengan indikatornya, makin sesuai pula hasil suatu pekerjaan dengan standarnya.
Indikator yang digunakan dalam pengkajian penggunaan obat adalah sebagai berikut Depkes RI, 2004:
a. Indikator peresepan seperti tingkat penggunaan obat generik untuk kebutuhan
pasien rawat jalan dan rawat inap sesuai dengan Permenkes RI No HK.02.02MENKES068I2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat
Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah b.
Indikator pelayanan seperti waktu tunggu pelayanan untuk resep obat jadi dan obat racikan
c. Indikator fasilitas
d. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat
e. Kepuasan pelanggan
f. Penulisan resep sesuai formularium
Universitas Sumatera Utara
BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
3.1 Profil RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin RSHS adalah rumah sakit yang terletak di Kota Bandung, tepatnya di Jalan Pasteur Nomor 38 Bandung 40161.
Sebelumnya rumah sakit ini bernama RS Rancabadak. Pada tahun 2006 status rumah sakit berubah menjadi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
PPK-BLU.
3.1.1 Sejarah Singkat RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
RSHS dibangun pada masa penjajahan Belanda sejak tahun 1920, namun baru diresmikan tanggal 15 Oktober 1923. Namanya saat itu adalah Het
Algemeene Bandoengche Ziekenhuis. Pada masa tersebut, rumah sakit ini telah memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 300 tempat tidur, dan kemudian pada 30
april 1927 namanya diubah menjadi Het Gemeente Ziekenhuis Juliana. Selama penjajahan Jepang, rumah sakit ini berubah menjadi rumah sakit
militer dengan nama Rigukun Byoin. Setelah merdeka pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah Jawa Barat, dan RS ini dikenal masyarakat sebagai
Rumah Sakit Rancabadak. Pada tahun 1948 RS ini mulai digunakan untuk umum. Setelah merdeka pada tahun 1954, Menteri Kesehatan menetapkan Rumah Sakit
ini menjadi RS Provinsi di bawah pengawasan Departemen Kesehatan. Pada tanggal 24 Juli 1956, ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Pusat dengan
kapasitas 600 tempat tidur. Pada tanggal 8 Oktober 1967, RS ini berubah nama menjadi Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin, sebagai bentuk penghormatanpenghargaan
Universitas Sumatera Utara
untuk mengenang jasa besar Dr. Hasan Sadikin yang wafat dalam masa jabatannya selaku Direktur Rumah Sakit Rancabadak yang juga salah satu pendiri
Fakultas Kedokteran Unpad. Pada tahun 1969, dibentuk panitia persiapan untuk merealisasikan RS sebagai Rumah Sakit Pendidikan yang realisasinya dilakukan
secara bertahap dan mulai diberlakukan pada tahun 1974. Pada tanggal 18 Oktober 2004 Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin ditetapkan
menjadi rumah sakit tipe A. Pada tahun 2006 Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin ditetapkan sebagai Institusi yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum PPK-BLU.
3.1.2 Status RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Status RSHS adalah: 1.
Rumah Sakit Pemerintah. Bertanggungjawab langsung kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik,
Departemen Kesehatan RI. 2.
Termasuk rumah sakit tipe A. 3.
Rumah Sakit Pendidikan. 4.
Rujukan Puncak untuk Provinsi Jawa Barat. 5.
Pusat Unggulan Nasional dalam Bidang Kedokteran Nuklir dan satu-satunya Pusat Pendidikan untuk Spesialis Kedokteran Nuklir.
3.1.3 Visi dan Misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Visi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin adalah menjadi rumah sakit
Indonesia kelas dunia yang unggul dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian. Misi dari RSHS adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna yang
prima dan terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
3.1.4 Tujuan dan Motto RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Tujuan dari RSHS adalah : 1.
Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang terintegrasi sesuai standar, berorientasi pada kepuasan pelanggan menuju persaingan di tingkat regional,
2. Terwujudnya RSHS sebagai Model Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia,
3. Terwujudnya rumah sakit berbasis penelitian research based hospital,
4. Meningkatnya cost recovery rumah sakit untuk menuju kemandirian
Motto dari RSHS adalah your health is our priority.
3.1.5 Susunan Organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Struktur organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung terdiri dari:
Direktur utama,
Direktorat medik dan keperawatan,
Direktorat sumber daya manusia dan pendidikan,
Direktorat keuangan,
Direktorat umum dan operasional, dan
Unit-unit non struktural. Struktur organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dapat dilihat pada
Lampiran 1.
3.2 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS
Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS adalah suatu bagian di rumah sakit yang melakukan pekerjaan kefarmasian, dipimpin oleh apoteker yang profesional,
kompeten, dan berwenang secara hukum dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian yang dilaksanakan antara lain adalah
penyediaan, penyiapan, dan pengelolaan semua aspek mengenai obat dan
Universitas Sumatera Utara
perbekalan kesehatan di rumah sakit. Pelayanan tersebut berintikan pelayanan produk yang lengkap dan pelayanan farmasi klinik untuk penderita baik penderita
rawat jalan atau penderita rawat inap. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No HK.02.02MENKES068I2010, Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS
adalah instalasi rumah sakit yang mempunyau tugas menyediakan, mengelola, mendistribusikan informasi dan evaluasi tentang obat.
3.2.1 Visi dan Misi IFRS
Visi menjadi IFRS yang prima dalam pelayanan farmasi rumah sakit
berdasarkan Pharmaceutical Care. Misi IFRS menyediakan pelayanan farmasi
rumah sakit menyeluruh dan terjangkau dengan mutu yang dapat
dipertanggungjawabkan bagi masyarakat. 3.2.2 Tugas IFRS
Tugas utama Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan,
peracikan, pelayanan langsung kepada penderita sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit, baik
untuk penderita rawat inap, rawat jalan, maupun semua unit di rumah sakit.
3.2.3 Struktur Organisasi IFRS
Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.2.4 Cakupan Kegiatan
1. Pelayanan farmasi produk
2. Pelayanan farmasi klinik
3. Partisipasi dalam program rumah sakit, terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
a. Bidang Pendidikan
b. Bidang Penelitian
c. Anggota dalam Kepanitiaan Tim Medis Rumah Sakit
3.3 Pelayanan Farmasi Produk Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Biaya belanja perbekalan farmasi di rumah sakit mencapai sekitar 40-50 dari biaya belanja keseluruhan rumah sakit, pengelolaan perbekalan farmasi yang
efektif dan efisien akan mendukung mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
3.3.1 Tugas Pokok Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Tugas Pokok Pengelolaan Perbekalan Farmasi, meliputi : a.
Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien b.
Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan c.
Meningkatkan kompetisi atau kemampuan tenaga farmasi d.
Mewujudkan system informasi manajemen berdaya guna dan tepat guna e.
Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
3.3.2 Tugas dan Tanggung Jawab Sub Instalasi Perbekalan
Sub intalasi bertugas dan tertanggungjawab atas: a.
Perencanaan, pengadaan dan pengendalian pengadaan Barang Medis Habis Pakai BMHP
b. Penerimaan, penyimpanan, pengendalian dan pengeluaran BMHP dari gudang
c. Penyusunan rencana, pelaksanaan dan pengendalian produksi sediaan farmasi
d. Mutu sediaan farmasi yang diproduksi
e. Evaluasi dan pelaporan semua kegitan dalam pengelolan BMHP
Universitas Sumatera Utara
3.3.3 Sumber Anggaran Perbekalan Farmasi RSHS
Sumber anggaran perbekalan farmasi RSHS, berasal dari anggaran rumah sakit, yaitu APBN dan PNBP. Anggaran rumah sakit diperuntukan untuk BMHP
dasar dan BMHP paket untuk seluruh status pasien, BMHP terapi untuk pasien Jamkesmas atau gakinda atau gakin RSHS.
3.3.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan Perbekalan Farmasi, mencakup : a.
Perencanaan Perencanaan bertujuan untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan
farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Adapun tahapan dari perencanaan:
1. Pemilihan
2. Kompilasi penggunaan
3. Perhitungan kebutuhan
4. Evaluasi perencanaan
b. Pengadaan
Pengadaan bertujuan untuk mengadakan perbekalan farmasi dengan harga layak, mutu baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan
lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebih. c.
Penerimaan Penerimaan bertujuan untuk menjamin perbekalan sesuai dengan kontrak
baik spesifikasi, mutu maupun waktu kedatangan. Di RSHS penerimaan dilakukan oleh panitia penerimaan BMHP.
Universitas Sumatera Utara
d. Penyimpanan
Metode penyimpananya dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut bentuk
sediaan dan alfabetis, dengan menerapkan prinsip FEFO first expire first out dan FIFO first in first out dan disertai sistem informasi
digital dan manual yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
e. Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap,
rawat darurat, rawat jalan dan pelayanan penunjang. Tujuannya tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis dan
jumlah. f.
Pengendalian Pengendalian bertujuan agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan
perbekalan farmasi di unit pelayanan. g.
Penghapusan Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan
farmasi yang tidak terpakai karena kadalursa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada
pihak terkait sesuai dengn prosedur yang berlaku. h.
Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan bertujuan untuk memonitor transaksi perbekalan farmasi yang
keluar dan masuk di lingkungan IFRS, pencatatan dapat dilakukan dalam bentuk digital dan manual. Pelaporan bertujuan untuk menyediakan data yang
Universitas Sumatera Utara
akurat sebagai bahan evaluasi, infomasi yang akurat, arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan data yang lengkap untuk membuat perencanaan.
i. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi bermanfaat sebagai masukan guna penyusunan perencanaan dan pengambilan keputusan.
3.4 Pelayanan Farmasi Klinik dan Pelayanan Informasi Obat PIO 3.4.1 Pelaksanaan Farmasi Klinik dan PIO di Pelayanan Rawat Jalan
Pelaksanaan farmasi klinik dan PIO di pelayanan rawat jalan meliputi:
a. Pengkajian kerasionalan order dokter
b. Penyuluhan obat
c. Leaflet
d. Konseling dan Informasi Obat
e. Persiapan pemberian obat sitostatika
3.4.2 Pelaksanaan Farmasi Klinik di Pelayanan Rawat Inap
a. Wawancara dengan keluarga Pasien
b. Pencatatan Terapi Pasien dan Pemantauan Penggunaan Obat
c. Pengkajian resep
d. Konsultasi, informasi dan edukasi KIE untuk dokter, perawat dan pasien
e. Visite bersama tim kesehatan
f. Visite mandiri
g. Pembuatan profil pengobatan penderita
h. Monitoring efek samping obat
i. Evaluasi pengunaan obat
j. Pemantauan dan pelaporan reaksi obat merugikan ROM.
Universitas Sumatera Utara
3.5 Sub Komite Farmasi dan Terapi SKFT
SKFT merupakan sub komite yang berperan sebagai Panitia Farmasi dan Terapi PFT atau Komite Farmasi dan Terapi di RSHS. Organisasi SKFT berada
di bawah Komite Medik KM. Komite Medik membawahi:
a. Sub Komite Standarisasi Pelayanan Medik
b. Sub Komite Pengawasan Mutu Pelayanan dan Audit Medik
c. Sub Komite Kredensial dan Litbang SDM
d. Sub Komite Farmasi dan Terapi
e. Sub Komite Rekam Medik
SKFT dibentuk pada tanggal 26 Juli 2006 berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama No.298D1.8-32KP.05.03.1.1VII2006. Susunan Organisasi
SKFT di RSHS terdiri dari ketua dan wakil ketua dokter, sekretaris apoteker dan anggota dokter-dokter dari berbagai SMF sesuai dengan panduan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197MenkesSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
3.5.1 Tugas SKFT
Tugas SKFT meliputi : 1.
Memantau pelaksanaan penggunaan obat rasional di RSHS 2.
Menyusun dan merevisi formularium RSHS 3.
Mengkoordinasikan efek samping obat di RSHS
3.6 Pengenalan Depo-Depo Farmasi
Depo farmasi adalah suatu tempat pelayanan farmasi yang dikelola oleh instalasi farmasi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dan perlengkapan
perbekalan kesehatan serta memberikan pelayanan farmasi lainnya. Kegiatan yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan di depo farmasi adalah pelayanan kefarmasian berupa pelayanan farmasi produk dan pelayanan farmasi klinis.
Depo farmasi bertujuan untuk memudahkan dokter, perawat, dan penderita atau keluarga penderita dalam mendapatkan produk farmasi yang disebut Barang
Medik Habis Pakai BMHP, dan pelayanan farmasi. Denah lokasi depo farmasi dapat dilihat pada Lampiran 3.
3.6.1 Depo Klinik Teratai
Depo klinik teratai merupakan depo farmasi yang memberikan pelayanan untuk pasien HIVAIDS yang terletak di klinik teratai RSUP Dr. Hasan Sadikin.
Klinik teratai didirikan pada bulan Desember 2004, salah satu pendorongnya adalah peningkatan jumlah kasus HIVAIDS. Pelayanan diberikan untuk semua
pasien RSHS yang terdeteksi HIVAIDS. Pasien yang datang ke depo klinik teratai berasal dari semua kalangan usia mulai dari bayi sampai dewasa. Jumlah
rata-rata pasien yang datang setiap harinya 40-50 orang. Sistem distribusi pada depo klinik teratai yaitu Individual Prescription IP
dimana pasien mendapat obat sesuai dengan regimen terapi yang sudah diresepkan dokter. Obat yang digunakan untuk terapi pasien sesuai dengan resep
yang ditulis dokter dan langsung disiapkan oleh depo saat itu juga.Sebelum pasien menggunakan terapi ARV harus dilakukan legalisasi terlebih dahulu di Klinik
Teratai karena obat yang digunakan tersebut merupakan obat sumbangan dan untuk mengontrol serta mengetahui dokter mana yang meresepkan obat ARV
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3.6.2 Depo Klinik DOTS
Depo Klinik DOTS Directly Observed Treatment Short Course Rumah Sakit Hasan Sadikin RSHS adalah bagian dari poliklinik DOTS yang dikelola
oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang bertanggungjawab dalam pemberian pelayanan kefarmasian bagi pasien Tuberkulosis TB. Poliklinik DOTS melayani
pasien rawat jalan dan kontrol pengobatan pasien umum, kontraktor, Askes dan JamkesmasGakindaGakin RSHS secara gratis untuk semua lapisan masyarakat.
Pelayanan produk yang diberikan adalah pemberian paket OAT sesuai dengan pengobatan yang dijalankan dan pelayanan klinis yang diberikan kepada
pasien dapat berupa informasi yang berkaitan dengan terapi. Sistem distribusi yang digunakan di klinik DOTS adalah individual
prescription IP, karena depo klinik DOTS menyediakan obat berdasarkan kebutuhan pasien menurut instruksi per waktu 1 bulan atau 2 minggu. Instruksi
ini dilihat dari kartu identitas pasien, rekam medik, ataupun resep jika paien dari depo lain. Baik pasien baru maupun pasien yang telah lama menjalani terapi
dengan program DOTS datang langsung ke klinik DOTS untuk mengambil obat OAT yang telah diresepkan oleh dokter. Cara penyerahan obat kepada pasien per
paket, diberikan berdasarkan waktu pada instruksi pada kartu identitas pasien, rekam medik, atau resep bila dari depo lain.
3.6.3 Depo Farmasi Pusat
Depo farmasi pusat merupakan depo farmasi yang melayani permintaan dan kebutuhan obat dan alat kesehatan selama 24 jam. DFP memiliki ruangan
yang lebih luas dan ketersediaan obat yang lebih lengkap daripada depo lain.
Universitas Sumatera Utara
Jangkauan pelayanan depo farmasi pusat terdiri dari beberapa ruangan terdekat di depo tersebut, meliputi : Rawat inap, Rawat jalan, Poliklinik spesialis
obgyn, saraf, bedah, Ruang SW, IGD. DFP menggunakan sistem distribusi IP Individual Prescription, yaitu
resep yang ditulis oleh dokter untuk tiap pasien. Dalam sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan didistribusikan oleh IFRS sesuai yang tertulis pada resep.
3.6.4 Depo ICU
ICU Intensive Care Unit adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien
yang terancam jiwa oleh kegagalan disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit, bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya reversible.
Syarat pasien masuk dalam ruang ICU adalah pasien yang memerlukan ventilator. Jangkauan pelayanan depo ICU meliputi :
1. GICU General Intensive Care Unit
2. CICU Cardiac Intensive Care Unit
3. PICU Pediatric Intensive Care Unit
4. NICU Neonatus Intensive Care Unit
5. Ruang tindakan angiografi
Sistem distribusi yang digunakan di depo ICU ada 2, yaitu : •
Individual Prescription IP •
Floor stock
3.6.5 Depo Farmasi COT
Depo Farmasi Central Operating Theatre COT adalah fasilitas pelayanan farmasi yang dikelola oleh Instalasi Farmasi untuk tindakan operasi.
Universitas Sumatera Utara
Prosedur untuk semua pasien yang memerlukan tindakan operasi di COT ini ada dua, yaitu:
1. Emergency
Pasien yang berasal dari Unit Gawat Darurat UGD atau ruangan yang tidak terjadwal dan harus secepatnya mendapatkan tindakan operasi.
2. Elektif
Pasien yang melakukan operasi secara terjadwal sudah ada kesepakatan untuk melakukan tindakan operasi pada dua hari atau satu hari sebelum hari operasi
dilakukan. Sistem distribusi obat yang diterapkan di depo farmasi COT adalah
Individual Prescreption IP. Obat dan alat kesehatan disiapkan dan diserahkan oleh petugas depo berdasarkan order yang ditulis dokter atau perawat pada rincian
pemakaian BMHP.
3.6.6 Depo Farmasi Kemuning
Depo farmasi kemuning merupakan salah satu fasilitas pelayanan di bidang farmasi yang ada di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jangkauan
pelayanan di depo farmasi kemuning adalah: Pasien rawat inap Jamkesmas dan Jamkesda. Pembayaran biaya pengobatan didasarkan atas daftar harga obat pada
formularium obat pada manlak pedoman pelaksanaan dibayar oleh pemerintah pusat untuk pasien Jamkesmas, sedangkan untuk pasien Jamkesda dibayar oleh
pemerintah daerah. Sistem distribusi obat yang diterapkan di depo farmasi kemuning adalah
Individual Prescreption IP. Untuk obat-obat tertentu harus menggunakan protokol terapi, seperti: obat-obat untuk hemodialisa, onkologi, thalasemia, obat-
Universitas Sumatera Utara
obat yang mahal dan obat-obat yang tidak masuk dalam formularium. Untuk pelayanan obat antibotik harus melalui uji kultur terlebih dahulu. Pelayanan resep
psikotropika dan narkotika harus dengan resep asli dari dokter yang bersangkutan.
3.6.7 Depo Farmasi Cytotoxic Handling
Depo Farmasi Cytotoxic Handling adalah salah satu depo di RSUP Dr. Hasan Sadikin yang memberikan pelayanan obat-obat kemoterapi bagi pasien
kanker yang menjalani proses kemoterapi di ruang rawat inap pasien kelas VIP RIK Parahyangan dan di ruang kemoterapi Asnawati Zuchradi RSHS.
Di Depo Farmasi Cytotoxic Handling terdapat ruang penyimpanan BMHP dasar, obat-obat kemoterapi, dan alat kesehatan. Selain itu terdapat ruang
pencampuran dan pelarutan obat-obat kemoterapi yang dilakukan di dalam ruangan bersekat kaca. Pencampuran dilakukan di dalam kotak kaca yang
berfungsi dengan prinsip Biological Safety Cabinet dan dilengkapi dengan exhaust penyedot udara agar uap obat kemoterapi tidak mencemari lingkungan.
Di antara ruang penyimpanan BMHP dan ruang pencampuran terdapat ruang antara yang digunakan untuk tempat cuci tangan.
Jangkauan pelayanan di Depo Farmasi Cytotoxic Handling yaitu ruangan kemoterapi Asnawati Zuchradi dengan kapasitas lima tempat tidur dan ruang
rawat inap pasien kelas VIP RIK Parahyangan. Sistem distribusi di Depo Farmasi Cytotoxic Handling yaitu Unit Dose Dispensing UDD.
3.6.8 Apotek Askes Rawat Jalan
Askes Asuransi Kesehatan merupakan apotek yang berada di RSUP Hasan Sadikin Bandung yang melayani pengobatan pasien Askes rawat jalan. Pasien
Universitas Sumatera Utara
Askes merupakan pasien yang mempunyai jaminan kesehatan. Peserta Askes terdiri dari PNS dan keluarganya, veteran, dan pensiunan.
Sistem distribusi obat di apotek Askes menggunakan sistem distribusi Individual Prescription IP, yaitu merupakan sistem distribusi yang disiapkan
untuk penggunaan obat yang digunakan sesuai dengan kebutuhan individu pasien yang diresepkan oleh dokter masing-masing poliklinik spesialis dan diambil oleh
pasien atau keluarga pasien.
3.6.9 Apotek Rawat Jalan
Depo farmasi rawat jalan merupakan salah satu depo yang memberikan fasilitas pelayanan farmasi untuk menyediakan obat yang dibutuhkan pasien rawat
jalan umum dan kontraktor di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jangkauan pelayanan depo farmasi rawat jalan meliputi seluruh pasien
rawat jalan umum dan kontraktor yang berasal dari semua poli. Sistem distribusi obat pada Depo farmasi rawat jalan adalah Individual Prescription IP.
3.6.10 Apotek Jamkesmas Rawat Jalan
Apotek jamkesmas rawat jalan adalah apotek yang melayani pasien dengan status Jamkesmas dan Jamkesda. Apotek ini menyediakan BMHP yang
dibutuhkan untuk pasien rawat jalan jamkesmas dan jamkesda.
Pasien Jamkesmas dapat menerima resep yang berisi obat Hemodialisa, Onkologi dan Thalasemia HOT, sedangkan pasien dengan status Jamkesda tidak
dapat obat HOT tersebut. Sistem distribusi obat pada Depo Rawat Jalan Gakin- Jamkesmas adalah: Individual Prescription IP.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung merupakan Rumah Sakit Umum RSU Pemerintah tipe kelas A yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik spesialistik luas dan sub spesialistik luas. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung ini mempunyai kapasitas tempat tidur lebih dari
1000 tempat tidur dengan jangka waktu perawatan atau lama tinggal pasien berbeda-beda tergantung dari kondisi penyakit pasien. Rumah Sakit Dr. Hasan
Sadikin Bandung mempunyai status akreditasi dan merupakan rumah sakit yang bekerja sama dengan lembaga pendidikan dalam memberikan kesempatan kepada
siswa ataupun mahasiswa kesehatan untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan. RSUP Dr. Hasan Sadikin memiliki bangunan yang luas dan terbagi dalam
gedung-gedung yang terpisah satu sama lain. Untuk memudahkan pelayanan, RSUP Dr. Hasan Sadikin menerapkan sistem distribusi obat desentralisasi dalam
bentuk depo-depo farmasi yang tersebar di ruang-ruang perawatan. Sedangkan pelaksanaan distribusi obat dilakukan dengan sistem kombinasi, mencakup sistem
distribusi obat resep individu individual prescription, persediaan di ruang floor stock dan unit dosis unit dose dispensing. Perbedaan pelaksanaan sistem
distribusi obat pada tiap depo farmasi dilakukan tergantung pada kebutuhan di ruangan, jumlah personil, kemudahan pemantauan distribusi obat dan fasilitas
yang tersedia.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit