Out”. BMHP yang telah disimpan di gudang farmasi selanjutnya didistribusikan ke tempat yang membutuhkan melalui bagian distribusi, diantaranya
didistribusikan ke unit rawat jalan, rawat inap, dan depo-depo farmasi. Sistem pendistribusian ini berdasarkan permintaan di ruang perawatan
atau depo-depo farmasi yang membutuhkan. Jika terjadi kekosongan persediaan barang di ruangan atau depo farmasi maka akan dilakukan permintaan barang ke
gudang melalui bagian distribusi, selanjutnya di bagian distribusi akan direkap setiap kali permintaan barang. Kemudian hasil rekapan diserahkan ke bagian
gudang untuk dilakukan penyiapan permintaan barang. Barang yang telah disiapkan didistribusikan oleh bagian distribusi ke depo atau ruangan yang
melakukan permintaan BMHP. BMHP yang telah tersedia di depo atau ruangan didistribusikan ke pasien berdasarkan sistem distribusi setiap ruangan atau depo
itu sendiri.
4.5 Peran Apoteker di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Peran apoteker di IFRS RSUP Dr. Hasan Sadikin dibedakan menjadi apoteker yang terlibat langsung dalam pelayanan, non pelayanan struktural,
ataupun merangkap keduanya. Peran tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena saling melengkapi. Apoteker non pelayanan struktural tidak terlibat
langsung dalam hubungan dengan pasien, kinerjanya lebih banyak di ruangan kantor, membuat perencanaan dan manajemen. Sebaliknya, apoteker pelayanan
terlibat langsung dalam hubungan dengan pasien dan kinerjanya di lapangan depo-depo farmasi. Ada juga sebagian apoteker di IFRS RSUP Dr. Hasan
Sadikin yang merangkap keduanya, yaitu pelayanan dan non pelayanan bagian perbekalan farmasi dan penunjang, seperti SDM, Diklit, Evaluasi, bahkan
Universitas Sumatera Utara
beberapa apoteker memegang lebih dari satu depo farmasi sehingga tanggung jawabnya semakin besar dikarenakan jangkauan pelayanan yang diberikan terlalu
luas dan adanya keterbatasan Sumber Daya Manusia, khususnya jumlah apoteker di RSUP Dr. Hasan Sadikin.
Partisipasi aktif apoteker dalam berbagai kegiatan lain yang merupakan program rumah sakit yang berorientasi pada kepentingan pasien dan berkaitan
dengan obat juga sudah cukup baik. Diantaranya keterlibatan apoteker dalam SKFT, partisipasi dalam program pendidikan bagi apoteker, perawat dan dokter,
dan panitia sistem pemantauan dan pelaporan ROM. Salah satu tugas apoteker pelayanan yaitu mengevaluasi penggunaan obat pada pasien yang dapat dilihat
dalam Kartu Obat Pasien KOP. KOP hanya diberikan bagi pasien rawat inap, untuk mempermudah mengontrol terapi pada pasien baik oleh dokter, apoteker,
maupun perawat. Dalam KOP dapat dilihat obatalkes yang digunakan oleh pasien, jumlah obat yang diberikan pada pasien, dosis dan rute pemberian obat,
tanggal pemberian obat dan penghentian obat. Obat-obat injeksi diberikan pada pasien untuk sehari sesuai kebutuhan, sedangkan obat-obat oral diberikan setiap
tiga hari, untuk itu dokter menulis banyaknya obat oral yang harus diberikan pada pasien untuk tiga hari.
4.6 Sistem Distribusi Perbekalan Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin