Pelayanan Farmasi Non Klinik

- terjadinya duplikasi obat atau interaksi obat - ketersediaan BMHP yang diresepkan - keterjangkauan atau kemampuan pasien membeli obat farmakoekonomi b. Pengkajian resep pasien rawat inap Setiap menerima orderpermintaan obat yang dituliskan dalam Kartu Obat Pasien KOP, dilakukan pengkajian terhadap: - kelengkapan dan kejelasan KOP yang meliputi kelengkapan data pasien, data dokter penulis resep, tanggal penulisan,asal klinik,nomor rekam medik, diagnosa, nama obat, kekuatan, bentuk sediaan, jumlah, dosis, cara pakai, lama pemakaian dan informasi tambahan lainnya. - kesesuaian obat yang diminta dengan standar atau formularium berdasarkan status pasien - terjadinya duplikasi obat atau interaksi obat - ketersediaan BMHP yang diresepkan - keterjangkauan atau kemampuan pasien membeli obat farmakoekonomi - kesesuaian dengan obat yang telah dikonsumsi sebelumnya Melalui kegiatan farmasi klinik terpadu diharapkan diperoleh kepatuhan penggunaan obat oleh pasien dan ketepatan pemberian obat rasional sehingga diharapkan dapat turut serta meningkatkan kualitas hidup pasien dan berperan dalam kemajuan terapi yang diberikan selama masa perawatan atau pengobatannya.

4.4 Pelayanan Farmasi Non Klinik

Pelayanan non klinikproduk yang dilaksanakan oleh IFRS yaitu pelayanan terhadap aspek yang menyangkut pengelolaan perbekalan farmasi alat Universitas Sumatera Utara kesehatan dan BMHP, mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pengendalian mutu dan keamanan selama penyimpanan hingga proses distribusi perbekalan farmasi. Pengadaan dan penyediaan perbekalan farmasi merupakan aspek pelayanan terpadu yang penting untuk diperhatikan karena di rumah sakit harus tersedia perbekalan farmasi bermutu tinggi dengan harga terjangkau. Pengadaan perbekalan farmasi di setiap depo berasal dari gudang Instalasi Farmasi dan Apotik Koperasi Pegawai Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin. Perencanaan BMHP Barang Medis Habis Pakai meliputi perencanaan terhadap jenis BMHP, jumlah pemakaian dan perkiraan persediaan BMHP, pola perencanaan ini dilakukan dengan periode per tiga bulan. IFRS RSUP Dr. Hasan Sadikin juga melakukan produksi sediaan farmasi melalui cara pengemasan kembali, pengenceran dan pencampuran. Pengadaan BMHP dilakukan oleh panitia pengadaan dimana IFRS sebagai salah satu anggotanya. Sistem penyimpanan BMHP di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang dilakukan di gudang dibagi menjadi dua jenis BMHP yang disimpan secara terpisah dengan maksud untuk mempermudah dalam mengidentifikasi BMHP yaitu BMHP rutin dan BMHP JamkesmaJamkesda. Semua BMHP disimpan di gudang secara terpisah menurut jenis dan sifatnya yaitu sistem penyimpanannya terbagi menjadi 5 ruang antara lain: ruang penyimpanan obat, ruang obat termolabil, ruang bahan baku, reagen dan bahan berbahaya, ruang alat kesehatan “disposible” dan alat kesehatan inventaris. Proses penyaluran BMHP atau perbekalan kesehatan dilakukan menggunakan metode FIFO “First In First Out” dan FEFO “First Expired First Universitas Sumatera Utara Out”. BMHP yang telah disimpan di gudang farmasi selanjutnya didistribusikan ke tempat yang membutuhkan melalui bagian distribusi, diantaranya didistribusikan ke unit rawat jalan, rawat inap, dan depo-depo farmasi. Sistem pendistribusian ini berdasarkan permintaan di ruang perawatan atau depo-depo farmasi yang membutuhkan. Jika terjadi kekosongan persediaan barang di ruangan atau depo farmasi maka akan dilakukan permintaan barang ke gudang melalui bagian distribusi, selanjutnya di bagian distribusi akan direkap setiap kali permintaan barang. Kemudian hasil rekapan diserahkan ke bagian gudang untuk dilakukan penyiapan permintaan barang. Barang yang telah disiapkan didistribusikan oleh bagian distribusi ke depo atau ruangan yang melakukan permintaan BMHP. BMHP yang telah tersedia di depo atau ruangan didistribusikan ke pasien berdasarkan sistem distribusi setiap ruangan atau depo itu sendiri.

4.5 Peran Apoteker di RSUP Dr. Hasan Sadikin