C. Akibat Hukum Pengangkatan Anak Di Pengadilan Negeri Tanjung Balai
Menurut Stb 1917 Nomor 129 tentang Adopsi, bahwa akibat hukum dari perbuatan adopsi sebagai berikut :
a. Sesuai dengan Pasal 11 bahwa anak adopsi secara hukum mempunyai nama
keturunan dari orang yang mengadopsi. b. Sesuai dengan Pasal 12 ayat 1 bahwa anak adopsi dijadikan sebagai anak
yang dilahirkan dari orang yang mengadopsi. Konsekuensinya, anak adopsi, menjadi ahli waris dari orang yang mengadopsi.
Terhadap Pasal 12 tersebut J. Satrio berkomentar, konsekuensi lebih lanjut adalah bahwa karena dianggap dilahirkan dari perkawinan orang yang
mengadopsi, maka dalam keluarga adoptan, adoptandus berkedudukan sebagai anak sah, dengan konsekuensi lebih lanjut.
58
a. Kekuasaan orang tua terhadap pribadi anak, yaitu orang tua wajib memelihara
dan mendidik sekalian anak mereka yang belum dewasa dan sepanjang perkawinan bapak dan ibu tiap-tiap anak sampai ia menjadi dewasa, tetap di
bawah kekuasaan orang tua sepanjang kekuasaan orang tua belum dicabut; Bila anak adopsi dianggap dilahirkan dari perkawinan orang tua angkat
sehingga berkedudukan sebagai anak sah, maka akibat hukumnya menurut Pasal 298-306, Pasal 307-319, Pasal 320-329 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
meliputi:
58
J.Satrio, Hukum Keluarga Tentang Kedudukan Anak Dalam Undang-Undang, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, h. 236
Universitas Sumatera Utara
b. Kekuasaan orang tua terhadap harta kekayaan anak, yaitu terhadap anak yang
belum dewasa maka orang tua harus mengurus harta kekayaan anak itu; c.
Hak dan kewajiban anak terhadap orang tua, yaitu tiap-tiap anak dalam umur berapa pun wajib menaruh kehormatan dan keseganan terhadap bapak dan
ibunya serta berhak atas pemeliharaan dan pendidikan. Adanya adopsi, maka terputus segala hubungan keperdataan antara anak
adopsi dengan orang tua kandungnya. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 menyebutkan:
1 Pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang terbaik
bagi anak dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. bagi anak dan dilakukan
berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.;
2 Pengangkatan anak tidak memutuskan hubungan darah antara yang diangkat
dan orang tua kandungnya; 3
Calon orang tua angkat harus seagama dengan agama yang dianut oleh calon orang tua angkat;
4 Pengangkatan anak oleh warga negara asing hanya dapat dilakukan sebagai
upaya terakhir; 5
Dalam hal asal usul anak didik diketahui, maka agama anak disesuaikan dengan agama mayoritas penduduk setempat;
6 Orang tua angkat wajib memberitahukan;
Universitas Sumatera Utara
7 Pemberitahuan asal usul dan orang tua kandungnya dilakukan dengan
memperhatikan kesiapan anak yang bersangkutan. Dari bunyi pasal di atas bahwa pengangkatan anak yang dilakukan dengan
adat maupun dengan Penetapan Pengadilan tidak diperbolehkan memisahkan hubungan darah antara si anak angkat dengan orang tua kandungnya yang
bertujuan antara lain untuk mencegah kemungkinan terjadinya perkawinan sedarah. Oleh karena itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
terhadap anak angkat maka orang tua angkat harus mempunyai data yang jelas mengenai asal usul keluarga anak angkat dan pada saat yang tepat wajib
memberitahukannya kepada anak angkatnya. Dilakukannya adopsi putuslah segala hubungan perdata yang berasal dari
keturunan karena kelahiran antara anak dengan orang tua kandungnya. Anak angkat menjadi ahli waris dari orang tua angkatnya. Secara legal, adopsi atau
pengangkatan anak dikuatkan berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai. Adopsi secara legal mempunyai akibat hukum yang luas, antara lain
menyangkut perwalian dan pewarisan. Sejak putusan ditetapkan pengadilan, maka orang tua angkat menjadi wali bagi anak angkat, dan sejak saat itu segala
hak dan kewajiban orang tua kandung beralih kepada orang tua angkat. Kecuali bagi anak angkat perempuan yang beragama Islam, bila dia akan menikah maka
yang akan menjadi wali nikah hanyalah orang tua kandung atau saudara sedarah. Bagi orang Indonesia asli ketentuan yang mengatur hubungan di antara orang tua
dan anak sebagian besar terdapat dalam Hukum Perdata yang tidak tertulis yang
Universitas Sumatera Utara
dikenal dengan Hukum Adat atau kebiasaan di suatu tempat yang kemudian dipatuhi oleh masyarakatnya sebagai suatu aturan yang harus dipenuhi.
Pasal 12 1 UU Kesejahteraan Anak UU No. 4 tahun 1979 berbunyi “Pengangkatan anak menurut adat dan kebiasaan dilaksanakan dengan
mengutamakan kepentingan kesejahteraan anak”. Di dalam ayat 3 menyebutkan pengangkatan anak yang dilakukan diluar adat dan kebiasaan dilaksanakan
berdasar peraturan perundang-undangan. Berdasarkan konsep Islam, pengangkatan seorang anak tidak boleh
memutus nasab antara si anak dengan orang tua kandungnya. Hal ini kelak berkaitan dengan sistem waris dan perkawinan. Dalam perkawinan misalnya,
yang menjadi prioritas wali nasab bagi anak perempuan adalah ayah kandungnya sendiri. Dalam waris, anak angkat tidak termasuk ahli waris. Itu sebabnya,
konsep adopsi dalam Islam lebih dekat kepada pengertian pengasuhan alias hadhanah.
Adapun akibat hukum yang akan timbul dari pengangkatan anakadopsi dalam Surat Penetapan Pengangkatan Anak No.221 PDT.P2009PN-TB adalah
dalam hal: a. Perwalian
Dalam hal perwalian, sejak putusan diucapkan oleh Pengadilan Negeri Tanjung Balai maka orang tua angkat menjadi wali dari anak angkat tersebut.
Segala hak dan kewajiban orang tua kandung beralih pada orang tua angkat. Kecuali bagi anak angkat perempuan beragama Islam, bila dia akan menikah
Universitas Sumatera Utara
maka yang bisa menjadi wali nikahnya hanyalah orang tua kandungnya atau saudara sedarahnya.
Untuk pengangkatan anak yang dibuatkan akte kelahiran dengan merubah status anak di kemudian hari akan menimbulkan problema tersendiri bagi
kepentingan anak angkat, terutama untuk anak angkat yang berjenis kelamin perempuan dan beragama Islam. Dalam hal ini orang tua angkat tidak dibenarkan
menjadi wali nikah karena prosedur pengangkatan anak secara hukum belum ditempuh, yaitu dilakukan melalui penetapan pengadilan.
Berkenaan dengan itu dalam surat pernyataan yang dibuat oleh kedua orang tua kandung si anak yang menjadi pertimbangan bagi hakim dalam
memutuskan untuk mengabulkan permohonan si pemohon kaitannya dengan masalah perwalian, terdapat hal-hal yang kembali menjelaskan perubahan
masalah perwalian tersebut, yaitu:
59
1. Gugurnya hak asuh orang tua kandung sebagai ayah dan ibu kandung si anak;
2. Kepada Pihak Kedua diberi hak kuasa penuh untuk mengasuh, mendidik dan
memberi kehidupan sebagai seorang anak; 3.
Pihak Pertama tidak akan menuntut kepada Pihak Kedua atas hak kepemilikan anak di kemudian hari kelak.
b. Waris Khazanah hukum kita, baik hukum adat, hukum Islam maupun hukum
nasional, memiliki ketentuan mengenai hak waris. Ketiganya memiliki kekuatan yang sama, artinya seseorang bisa memilih hukum mana yang akan dipakai untuk
59
Surat Pernyataan Orang Tua Kandung, T. Safaruddin yang dibuat pada tanggal 21 Agustus 2009 di depan Lurah Pematang Pasir .
Universitas Sumatera Utara
menentukan pewarisan bagi anak angkat, akan tetapi dalam Surat Penetapan Pengangkatan Anak yang di keluarkan oleh Pengadilan Negeri Tanjung Balai
adalah dalam hal warisan seseorang anak angkat hanya mendapatkan warisan sebatas harta bersama atau harta gono-gini dari orang tua angkatnya. Sedangkan
untuk harta asalharta bawaan itu kembali ke keluarga si laki-laki dan perempuan.
60
Dilihat dari akibat hukum pengangkatan anak diatas, maka terlihat ada dua macam akibat hukum,yaitu:
Menurut Staatblaad 1917 No. 129 akibat dari pengangkatan anak tersebut maka terputuslah hubungan perdata antara orang tua kandung dan anak tersebut
karena status anak angkat sama dengan anak kandung dari orang tua angkatnya maka dengan demikian pembagian harta warisan berlaku sama dengan anak
kandung.
61
1. Akibat hukum yang mengakibatkan hubungan hukum antara anak dengan
orang tua biologis putus sama sekali dan timbul hubungan hukum yang baru dengan orang tua angkatnya. Adopsi yang demikian disebut Adopsi Plena
adopsi penuh, dalam adopsi seperti ini sang anak memperoleh pemeliharaan finansial serta mempunyai hak mewaris dari orang tua angkatnya;
2. Akibat hukum yang tidak mengakibatkan akibat yang demikian menyeluruh
dan mendalam, misalnya hanya dilakukan pemeliharaan saja. Di mana jika orang tua angkat sudah lanjut usia maka diharapkan nantinya anak yang
60
Hasil Wawancara dengan Bapak Agung Sutomo Thoba, Hakim Di Pengadilan Negeri Tanjung Balai Pada Tanggal 19 Juli 2011.
61
Inalis Veranica Ritonga, Pengangkatan Anak Antar Negara Di Indoensia, http:www.adln.lib.unair.ac.idgo.php?id=jiptunai-gdl-s2-2004-ritongaina-982PHPSE
, terakhir kali diakses pada tanggal 20 Juni 2011
Universitas Sumatera Utara
diangkat itu akan memelihara mereka. Adopsi semacam ini dinamakan Adopsi Minus Plenaadopsi terbatas. Adopsi semacam ini dapat ditemui
dalam hukum adat Indonesia, dimana dapat disaksikan adanya lembaga bapak ibu mengaku yang diatur dalam ordonansi perkawinan Indonesia
Nasrani Stb. 1933:74.
62
Adapun dampak dari pembuatan akte kelahiran dengan merubah status anak adalah terhadap hubungan orang tua dengan anak dan pihak ketiga, seperti
telah diuraikan diatas bahwa masih banyaknya masyarakat Indonesia yang melakukan proses pengangkatan anakadopsi tanpa melalui proses yang benar,
bahkan dengan memalsukan akte kelahiran anak tersebut. Adapun akibat hukum yang akan timbul dari pengangkatan anak tersebut antara lain adalah:
63
1. Untuk menghindari terganggunya hubungan keluarga berikut hak-haknya.
Dengan pengangkatan anak berarti kedua belah pihak anak angkat dan orang tua angkat telah membentuk keluarga baru yang mungkin akan mengganggu
hak dan kewajiban keluarga yang telah ditetapkan Islam; 2.
Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman antara yang halal dan haram. Dengan masuknya anak angkat ke dalam salah satu keluarga tertentu, dan
dijadikan sebagai anak kandung, maka ia menjadi mahram, dalam arti ia tidak boleh menikah dengan orang yang sebenarnya boleh dinikahi. Bahkan
sepertinya ada kebolehan baginya melihat aurat orang lain yang seharusnya haram dilihatnya;
62
Ibid
63
H. Ahmad Kamil, dan. H.M. Fauzan, Op.Cit., h. 118.
Universitas Sumatera Utara
3. Masuknya anak angkat ke dalam keluarga orang tua angkatnya bisa
menimbulkan permusuhan antara satu keturunan dalam keluarga itu. Seharusnya anak angkat tidak memperoleh warisan tetapi menjadi ahli waris
karena dalam akta kelahiran anak tersebut berstatus anak kandung, sehingga menutup bagian yang seharusnya dibagikan kepada ahli waris yang berhak
menerimanya.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN