sawahnya, selain itu pula wawancara bisa dilakukan dengan cara mendalam dan detail. Wawancara dengan masyarakat Desa Banjarharjo
yaitu Bapak Sartono dilakukan pada tanggal 19 desember 2012 pada pukul 11.10. Pemilihan waktu tersebut dilakukan agar tidak mengganggu
kegiatan beliau yang kebetulan sedang berada dirumah. 3.
Metode Dokumentasi Selain menggunakan teknik observasi dan wawancara, penulis juga
menggunakan metode dokumentasi dalam penelitian ini. Pengambilan dokumentasi dilakukan selama masih dalam proses penelitian berlangsung
yaitu antara tanggal 26 desember 2012 sampai tanggal 20 januari 2013..
F. Validitas Data
Teknik triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara, dan berbagai waktu. Teknik triangulasi dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada dan sekaligus menguji kreadibilitas data dengan berbagai sumber, dengan
berbagai cara atau teknik dan berbagai waktu. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang lebih
diperoleh melalui beberapa sumber. Hal ini dapat dicapai dengan cara sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil pengamatan penulis dengan data hasil
wawancara dengan informan yaitu ketua Karang Taruna Puspa Budaya dan Kepala Desa Banjarharjo.
Hasil wawancara yang penulis peroleh dari wawancara dengan Ketua Karang Taruna Puspa Budaya yaitu Bapak Dedy pada tanggal 02
Desember 2012 pukul 17.00, dan juga wawancara dengan Bapak Kepala Desa Bapak Sutriono pada tanggal 08 Desember 2012 pukul 13.30,
penulis bandingkan dengan hasil observasi yang penulis laksanakan pada tanggal 03 sampai 12 Desember 2012. Tujuan dari membandingakan data
hasil observasi atau pengamatan ketika penelitian agar penulis mengetahui apakah kondisi di lapangan yang sesungguhnya sesuai
dengan apa yang dikatakan dari hasil wawancara oleh para informan penelitian.
Hasil di lapangan sebagian besar menunjukkan bahwa ketika penulis membandingkan hasil wawancara dengan Bapak Didik Suardi
dan Bapak Sutriono terkait dengan faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan pada Reog Banjarharjo. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Bapak Sutriono pada tanggal 08 Desember 2012 dan Bapak Joko pada tanggal 09 Desember 2012 terkait dengan faktor pendidikan yang
mempengaruhi perubahan fungsi dan makna Reog Banjarharjo. Triangulasi data selanjutnya adalah masih berkaitan tentang faktor
penyebab perubahan fungsi dan makna Reog Banjarharjo. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan terkait tentang proses penyebab perubahan
fungsi dan makna Reog Banjarharjo lebih banyak yang dipengaruhi oleh subyek penelitian. Data hasil pengamatan tersebut penulis bandingkan
dengan hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada Bapak Sutriono yang juga Kepala Desa Banjarharjo. Hasil dari perbandingan antara
pengamatan yang dilakukan penulis dengan hasil wawancara semuanya sama, bahwa proses penyebab perubahna makna dan fungsi Reog
banjarharjo diseebabkan karena sudah mulai hilangnya suatu kepercayaan masyarakat yang sudah turun temurun yang ada di Desa
Banjarharjo 2.
Membandingkan apa yang dikatakan informan di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi dengan penulis.
Pada waktu penulis melakukan wawancara dengan Ibu Dedy penulis mengajukan pertanyaan tentang asal-usul Reog Banjarharjo di
Desa Banjarharjo, akan tetapi Ibu Dedy menjawab bahwa asal-usul Reog Banjarharjo yang mengetahui hanya pemain Reog Banjarharjo dan Ketua
Karang Tarunanya. Tetapi penulis meragukan keabsahan data tersebut, sehingga ketika penulis melakukan wawancara dengan Bapak Didik
Suardi dan bersamaan dengan Ibu Dedy pada pukul 17.00. penulis menanyakan kembali pertanyaan tentang asal-usul Reog Banjarharjo
menemukan perbedaan jawaban, yang tadinya Ibu Dedy tidak bisa menjawab kemudian bisa menjawab pertanyaan tersebut.
3. Membandingkan data yang diperoleh dari informan utama dengan
berbagai pendapat dan perspektif informan lain.
Triangulasi data yang poin ketiga hasilnya merupakan hasil pembanding beberapa pandangan dari berbagai pihak terkait tentang
perubahan makna dan fungsi Reog Banjarharjo di dalam kehidupan masyarakat. Pendapat yang pertama dikemukakan oleh Bapak Didik
Suardi selaku Ketua Karang Taruan Puspa Budaya yaitu perubahan pada Reog Banjarharjo terjadi karena adanya faktor ekonomi pada para
pemain Reog Banjarharjo, sedangkan menurut Bapak Heriyanto selaku masyarakat Desa Banjarharjo mengemukakan bahwa perubahan makna
dan fungsi Reog Banjarharjo mengikuti zaman agar minat masyrakat tidak berkurang terhadap kesenian Reog Banjarharjo. Sedangkan
menurut Bapak Sutriono perubahan makna dan fungsi Reog Banjarharjo awalnya mendapat pro dan kontra apalagi untuk kalangan orang tua yang
mengetahui sejarah kesenian Reog Banjarharjo.
G. Metode Analisis Data