Banjarharjo menjadikan kesenian Reog Banjarharjo menjadi sebuah pekerjaan tambahan untuk mendapatkan uang ketimbang menjadi sebuah
kesenian tradisi yang harus dipertahankan dan dilestarikan. Seperti yang dikatakan Bapak Didik Suwardi berikut ini :
“Kalau dipikir-pikir ya mas, kalau saya tidak masalah tapi kalau yang lain seperti bapak ibul, bapak kartono itu kan petani. Saya juga merasa
kasihan juga jadi yah sudah tidak memakai kepercayaan itu. Coba aja dipikir kalau ada warga yang mampu bayar misal sepuluh ribu, dibagi
para pemainnya, trus para pemain juga sebelumnya latihan meninggalkan pekerjaannya. Kalau dibagi ya gak cukup buat makan.
Saya cuma membantu mereka
saja.” Didik Suwardi, 47 tahun, PDAM, 02 Desember 2012
c. Faktor Pendidikan
Faktor pendidikan juga ikut berpengaruh dalam perubahan makna dan fungsi yang terjadi pada kesenian Reog Banjarharjo. faktor pendidikan yang
mempengaruhi perubahan fungsi dan makna Reog Banjarharjo salah satunya adalah tinggat pendidikan yang rendah di dalam Karang Taruna Reog
Banjarharjo. Pendidikan yang rendah membuat para anggota Karang Taruna Reog Banjarharjo tidak melakukan berbagai upaya untuk memperkenalkan
kesenian Reog Banjarharjo kepada generasi muda. “wah, kalau syarat buat ikut reog kayane gak ada, saya juga kan
bergabung karena diajak sama Bapak Kartono. Gak usah diperkenalkan itu mas, sudah banyak yang tahu kalau Reog
Banjarharjo ya asale
dari desa ini” Wasno, 47 tahun, Penggiling Padi, 18 Januari 2012
Selain itu pendidikan yang rendah pada pelaku kesenian Reog Banjarharjo membuat para pelaku Reog Banjarharjo beranggapan bahwa
kesenian Reog Banjarharjo sudah tidak perlu dikenalkan kepada masyarakat
di Desa Banjarharjo, hal ini dikarenakan masyarakat Desa Banjarharjo pasti sudah mengetahui kesenian ini. Akan tetapi yang terjadi dilapangan malah
sebaliknya, masyarakat banyak yang hanya tahu kesenian Reog Banjarharjo adalah kesenian hiburan, bahkan ketika ditanya masalah Reog Banjarharjo
lebih mendetail, banyak masyarakat yang menjawab untuk langsung bertemu dengan pelaku Reog Banjarharjo yang lebih mengetahui. Selain itu faktor
pendidikan yang rendah membuat pelaku Reog Banjarharjo kurang sadar untuk melakukan regenerasi yang secara tidak langsung berdampak pada
penggunaan kesenian Reog Banjarharjo hanya untuk kalangan yang sudah tua. Imbasnya adalah kesenian Reog Banjarharjo digunakan oleh kalangan tua
hanya untuk sebuah pekerjaan sampingan.
d. Faktor Kepercayaan Masyarakat Setempat Agama
Selain ketiga faktor yaitu sosial-budaya, ekonomi, dan pendidikan, faktor kepercayaan masyarakat setempat agama juga ikut andil dalam
perubahan yang terjadi pada Reog Banjarharjo. Faktor ini dapat terlihat bahwa kesenian Reog Banjarharjo yang digunakan sebagai ruwatan rumah
tergantikan dengan pengajian yang lebih cenderung kepada agama Islam. Kepercayaan masyarakat mengenai hal-hal yang ghaib diaplikasikan
masyarakat dalam bentuk Reog Banjarharjo yaitu untuk mengusir mahluk halus tergantikan oleh pengajian yang digunakan sebagai untuk rasa syukur
terhadap Allah SWT.
D. Upaya-upaya yang dilakukan untuk melestarikan kesenian Reog