Wacana Lisan Landasan Teoretis

„kamu‟, njenengan „kamu‟; dan pronomina persona ketiga yakni dheweke „dia. Pada penunjukan pronomina meliputi siki „sekarang‟, wingi „kemarin‟, biyen „dulu‟, mengko „nanti‟, ngesuk „besok‟, ngesuke „lusa‟, ngemben „nanti yang akan datang‟, kae „itu‟, ngeneh „ke sini‟, kana „situ‟, kene „sini‟, ngonoh „ke sana‟; dan penunjukan adverbia mencakup kuwe „itu‟, kiye „ini‟, mau „tadi‟ dan dalam bentuk pembanding diwujudkan dalam kata kaya „seperti‟.

2.2.4 Wacana Lisan

Alwi 2003:419 menjelaskan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan membentuk kesatuan. Bahasa bukan hanya dipandang sebagai alat komunikasi yang diperinci dalam bentuk bunyi, frasa maupun kalimat secara terpisah. Manusia memakai bahasa dalam wujud kalimat yang saling berkaitan. Kalimat pertama menyebabkan timbulnya kalimat kedua, kalimat kedua menimbulkan kalimat ketiga dan seterusnya. Wacana adalah satuan lingual bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir nyata dan disampaikan secara lisan maupun tulis Tarigan 2009:26. Tarigan membagi jenis wacana berdasarkan medianya menjadi dua yaitu wacana tulis dan wacana lisan. Wacana tulis atau written discourse adalah wacana yang disampaikan secara tertulis melalui media tulis.Wacana lisan atau spoken discourse adalah wacana yang disampaikan secara lisan melalui media lisan. Wacana lisan dapat dipahami dengan cara mendengarkan atau menyimak tuturan lisan tersebut. Orang yang mendengarkan dan menyimak wacana lisan tersebut disebut penyimak. Sependapat dengan Tarigan, Sumarlam 2003:16 juga membagi wacana berdasarkan medianya menjadi dua yaitu wacana tulis dan wacana lisan. Wacana tulis adalah wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis atau disampaikan melalui media tulis. Berbeda dengan wacana lisan, wacana lisan adalah wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau media lisan. 31

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan secara berurutan pendekatan penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik pemaparan hasil analisis data.

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana. Pendekatan analisis wacana yaitu pendekatan yang mengkaji wacana baik secara internal maupun eksternal yang bertujuan untuk mengungkapkan kaidah bahasa yang mengkonstruksi wacana, pemproduksian wacana, pemahaman wacana, dan pelambangan suatu hal dalam wacana Baryadi 2003:15. Dari segi internal, wacana dikaji berdasarkan jenis, struktur, dan hubungan dalam bagian-bagian wacana, sedangkan dari segi eksternal, wacana dikaji dari segi keterkaitan wacana dengan penutur, hal yang dibicarakan, dan mitra tutur. Selain menggunakan pendekatan analisis wacana, penelitian ini juga menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Moleong 2007:6 mendeskripsikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif baik berupa kata-kata tertulis maupun lisan mengenai sesuatu atau orang-orang yang diamati. Sugiyono 2012:22 juga menyebutkan bahwa penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, di mana data yang terkumpul berupa kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka melainkan pada makna.