Pelanggaran Prinsip Kooperatif dalam Wacana Humor di Internet

(1)

PELANGGARAN PRINSIP KOOPERATIF DALAM

WACANA HUMOR DI INTERNET

SKRIPSI OLEH

MARINTAN SIHOMBING NIM 050701009

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat hasil karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Oktober 2009


(3)

PELANGGARAN PRINSIP KOOPERATIF DALAM WACANA HUMOR DI INTERNET

Marintan Sihombing Fakultas Sastra USU

Abstrak

Penelitian ini menganalisis pelanggaran prinsip kooperatif dalam wacana humor di internet. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana proses terjadinya pelanggaran prinsip kooperatif dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran prinsip kooperatif wacana humor di internet. Teori yang digunakan adalah implikatur percakapan, pertuturan atau tindak bahasa, konteks situasi. Pengumpulan data digunakan dengan metode simak, yaitu penyimakan terhadap penggunaan bahasa (Sudaryanto,1993:133), dan teknik yang digunakan adalah teknik catat (Sudaryanto,1993:135). Pengkajian data menggunakan metode padan dengan metode pragmatis. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terjadinya pelanggaran prinsip kooperatif dalam wacana humor di internet karena pelanggaran prinsip kerja sama dan empat maksim percakapan serta implikatur berdasarkan pada maksud penutur ketika berbicara yakni implikatur representatif, implikatur komisif, implikatur direktif, implikatur ekspresif, implikatur deklaratif dan pemahaman mitra tutur terhadap konsep implikatur. faktor yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran wacana humor di internet adalah sekedar berhumor atau melucu, kesalahan informasi,menyimpang dari makna yang sebenarnya atau tidak logis, pelecehan status sosial, permainan kata-kata atau teka-teki, menipu lawan tutur, dan berbohong.


(4)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sastra pada Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “Pelanggaran Prinsip Kooperatif dalam Wacana Humor di Internet”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Syaifuddin, M.A. Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum. sebagai Ketua Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Mascahaya M.Hum. sebagai Sekertaris Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Dwi widayati, M.Hum. Sebagai pembimbing I, yang telah memberikan dorongan, perhatian, dan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini

5. Bapak Drs. Parlaungan Ritonga, M.Hum. sebagai pembimbing II, yang telah memberikan perhatiannya kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.


(5)

6. Bapak Drs. D. Syarial Isa, S.U. sebagai dosen wali yang senantiasa memberikan dorongan dan perhatiannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, khususnya staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan berbagai materi perkuliahan.

8. Kedua orang tua tercinta, bapak Marolop Sihombing dan ibu Jernih Br. Nababan yang telah memberikan dorongan, doa, materi, dan tenaga selama masa perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. Penulis persembahkan skripsi ini untuk bapak dan ibu tercinta.

9. Kepada Abang dan Kakak saya yang selama ini telah banyak memberikan dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat yang sangat membantu, Lilis, Hervina, Rapi, Eni, Zakaria, Daniel (Sastra Indonesia ’05), dan Johanes Pandiangan (Pertanian ’05)

11.Adik-adik stambuk 07 (Andi, Jansudin, Vera, Nurlela, Flora, Pestaria), stambuk 08

(Febri, Paidun, Forester, Ayu, Ida, Sri, Tina) atas dorongan dan semangat yang diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun.


(6)

Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai pelanggaran prinsip kerja sama (kooperatif) dalam wacana humor di internet.

Medan, Oktober 2009 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.1.1 Latar Belakang ... 1

1.1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.2 Pembatasan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat ... 6

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep ... 7

2.1.1 Pelanggaran ... 7

2.1.2 Prinsip Kooperatif ... 7

2.1.3 Wacana Humor ... 8

2.1.4 Internet ... 9

2.2 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Implikatur Percakapan ... 10

2.1.2 Pertuturan atau Tindak Bahasa ... 13

2.2.3 Konteks Situasi ... 15

2.3 Tinjauan Pustaka ... 16

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 18

3.1.1 Lokasi Penelitian ... 18

3.1.2 Waktu Penelitian ... 18

3.2 Populasi Dan Sampel ... 18


(8)

3.2.2 Sampel ... 18

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 19

3.4 Metode dan Teknik Pengkajian Data ... 20

BAB IV PELANGGARAN PRINSIP KOOPERATIF DALAM WACANA HUMOR DI INTERNET 4.1 Proses Pelanggaran Prinsip Kooperatif dalam Wacana Humor di Internet... 22

4.1.1 Proses Pelanggaran Prinsip Kooperatif Dan Empat Maksim Percakapan ... 22

4.1.2 implikatur berdasarkan pada maksud penutur ketika berbicara ... 30

4.1.2.1 komisif ... 30

4.1.2.2 Direktif ... 32

4.1.2.3 Ekspresif ... 32

4.1.2.4 Deklaratif ... 33

4.1.2.5 Representatif ... 34

4.2 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Pelanggaran Prinsip Kooperatif dalam Wacana Humor di Internet ... 36

4.2.1 Sekedar Berhumor atau Melucu... 36

4.2.2 Kesalahan Informasi ... 36

4.2.3 Menyimpang dari Makna yang Sebenarnya atau Tidak Logis ... 37

4.2.4 Pelecehan Status Sosial ... 37

4.2.5 Permainan Kata-Kata atau Teka-Teki ... 38

4.2.6 Menipu Lawan Tutur ... 38

4.2.7 Berbohong ... 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 40

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

PELANGGARAN PRINSIP KOOPERATIF DALAM WACANA HUMOR DI INTERNET

Marintan Sihombing Fakultas Sastra USU

Abstrak

Penelitian ini menganalisis pelanggaran prinsip kooperatif dalam wacana humor di internet. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana proses terjadinya pelanggaran prinsip kooperatif dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran prinsip kooperatif wacana humor di internet. Teori yang digunakan adalah implikatur percakapan, pertuturan atau tindak bahasa, konteks situasi. Pengumpulan data digunakan dengan metode simak, yaitu penyimakan terhadap penggunaan bahasa (Sudaryanto,1993:133), dan teknik yang digunakan adalah teknik catat (Sudaryanto,1993:135). Pengkajian data menggunakan metode padan dengan metode pragmatis. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terjadinya pelanggaran prinsip kooperatif dalam wacana humor di internet karena pelanggaran prinsip kerja sama dan empat maksim percakapan serta implikatur berdasarkan pada maksud penutur ketika berbicara yakni implikatur representatif, implikatur komisif, implikatur direktif, implikatur ekspresif, implikatur deklaratif dan pemahaman mitra tutur terhadap konsep implikatur. faktor yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran wacana humor di internet adalah sekedar berhumor atau melucu, kesalahan informasi,menyimpang dari makna yang sebenarnya atau tidak logis, pelecehan status sosial, permainan kata-kata atau teka-teki, menipu lawan tutur, dan berbohong.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit bagi manusia untuk berinteraksi dan berkomunikasi secara normal, karena setiap orang dalam setiap aspek kehidupannya senantiasa berhubungan dengan bahasa. Salah satu bentuk komunikasi yang merupakan hasil karya manusia yang menggunakan bahasa adalah bahasa humor. Humor adalah segala bentuk rangsangan, baik verbal atau nonverbal, yang potensial memancing senyum dan tawa penikmatnya. Senyum dan tawa merupakan indikasi yang paling jelas bagi terjadinya penikmatan humor Apte (dalam Wijana 1985:14).

Humor memiliki peran sentral dalam kehidupan manusia, yakni sebagai sarana hiburan dan pendidikan. Di tengah kesulitan ekonomi yang berdampak negatif bagi jiwa umat manusia, humor juga salah satu pilihan hiburan yang dapat dinikmati oleh semua orang untuk mengantisipasi dampak negatif kesulitan ekonomi yang sedang terjadi pada seluruh belahan dunia. Di samping itu secara teoritis humor dapat dipandang sebagai model percakapan yang mempunyai arti sosial selain terkait dengan cara berpikir sosial. Dalam kultur sosial Indonesia humor, lelucon, lawak dagelan, dan lain-lain hidup dan terus berkembang. Dalam kehidupan sehari-hari orang senang dengan hal-hal yang lucu. Lelucon menjadi alat komunikasi antar orang yang membangun keakraban. Ada orang yang menangkap kata-kata yang diucapkan lawan bicara sebagai suatu yang bermakna


(11)

lucu, tetapi ada pula orang yang tidak mampu menilai ucapan itu sebagai sesuatu hal yang mempunyai arti yang menggelikan. Tingkat intelektualitas orang amat terkait dengan kemampuan mereka memahami makna humor.

Wacana humor dapat dengan mudah dijumpai dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Wacana humor dalam bentuk tulisan biasanya memakai media buku, surat kabar, majalah, ataupun dalam bentuk wacana yang terdapat dalam situs-situs internet. (Tarigan 1993:23) mengatakan, “Wacana tidak perlu hanya merujuk pada sesuatu yang sifatnya bacaan tetapi juga mempunyai acuan yang lebih luas, mencakup komunikasi pikiran dengan kata-kata ataupun ekspresi ide-ide atau gagasan”. Wacana merupakan tuturan dalam bentuk lisan maupun tulisan yang membentuk suatu kesatuan makna yang utuh. Kesatuan semantik itu dibangun oleh unsur-unsur bahasa melalui kesatuan bentuk atau kohesi, dan kesatuan isi atau koherensi ( Halliday 1973:59 ).

Dalam hal wacana humor di internet, pelanggaran prinsip kooperatif atau prinsip kerja sama Grice (1975 ) yang terdiri atas maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan, acapkali terjadi demi mencapai tujuan humor itu sendiri, yaitu membuat pembaca merasa senang bahkan tertawa oleh perasaan lucu yang timbul dari wacana humor tersebut. Sedangkan pelanggaran prinsip kooperatif dalam wacana humor di internet terjadi karena adanya penghilangan implikatur percakapan.

Dalam suatu percakapan, implikatur adalah suatu hal yang sangat penting diperhatikan agar percakapan tersebut dapat berlangsung dengan lancar. Dengan adanya kesepakatan bersama antarpenutur yaitu berupa kontrak tidak tertulis (non-literal), ihwal yang dibicarakan itu harus saling berhubungan atau berkaitan. Hal


(12)

yang memungkinkan berlangsungnya percakapan ditentukan oleh suatu hukum atau kaidah pragmatik umum yang menurut M.Paul Grice (dalam Soemarmo,1988:170) disebut kaidah penggunaan bahasa yang terdiri atas prinsip kooperatif beserta empat maksim percakapan.

Percakapan dalam wacana humor di internet “dengan terpaksa” harus melanggar prinsip kooperatif agar tercipta ketidaknyambungan (disconnected) yang pada akhirnya melahirkan humor atau kelucuan akibat lelucon yang terjadi dalam percakapan tersebut. Artinya, kelucuan bukan timbul dari tingkah laku ataupun gerak-gerik pelaku tetapi dari putusnya rangkaian wacana percakapan akibat pelanggaran prinsip kooperatif.

Salah satu pegangan atau kaidah percakapan adalah bahwa pendengarnya menganggap pembicaranya selalu mengikuti dasar-dasar atau empat maksim di atas. Di dalam percakapan wacana humor di internet, kebanyakan apa yang diucapkan mengandung implikatur. Jadi ketika kalimat demi kalimat yang dituliskan dalam wacana humor di internet tersebut sudah tidak cocok dengan kaidah penggunaan bahasa, pada saat itulah pembaca merasa lucu karena ada makna lain yang tersirat di balik ucapan itu.

Pada setiap wacana percakapan pembaca harus menganggap bahwa prinsip kooperatifnya selalu diikuti/dipenuhi, maka tugas pembaca wacana humor tersebut adalah menetapkan dan mengolah ucapan itu untuk menentukan apakah terdapat makna lain di baliknya yaitu humor.

Pelanggaran terhadap empat maksim percakapan di atas akan menimbulkan kesan yang janggal. Kejanggalan itu dapat terjadi jika informasi yang diberikan berlebihan, tidak benar, tidak relevan, atau berbelit-belit.


(13)

Kejanggalan inilah yang biasanya dimanfaatkan dalam wacana humor untuk dapat menimbulkan efek lucu.

Contoh :

Suwarno iseng-iseng bertanya kepada Suroto temannya yang sehari-hari bekerja di sawah. Suwarno tidak tamat sekolah SD.

Suwarno : “ Hei To,coba jawab, ada apa di tengah-tengah SAWAH…?” Soroto : “ yang pasti ada padi “

Suwarno : “Salah…hayo ada apa, coba dipikir dengan bener?”

Suroto : “ Ada tanah, air, rumput, kodok, belalang, siput, banyak deh “. Suwarno : “tetap salah”.

Suroto : “Jadi apa loh …? Kamu jangan sok tau gitu deh. Khan aku yang tiap hari di sawah”.

Suwarno : “ Wee makanya sekolah harus tamat…sebab yang ada di tengah SAWAH adalah huruf “W”.

Suroto : “Sialan kamu No”. !!!

Dari contoh ini terdapat perbedaan makna yang diharapkan. Suroto menebak bahwa yang ditanyakan oleh Suwarno adalah tentang sawah dan juga semua makhluk yang terdapat di sawah, akan tetapi Suwarno menanyakan tentang huruf yang terdapat dalam kata sawah. Jadi, ketidaksesuaian makna yang dimaksud diharapkan menimbulkan kelucuan. Perbedaan makna inilah yang akhirnya menimbulkan tawa penonton, pendengar, atau pembaca.

Humor di internet umummya berupa tulisan-tulisan saja tanpa ada tambahan gambar yang menambah kelucuan dari humor tersebut, seperti pada contoh humor di atas. Penulisan dan penekanan gaya bahasa lebih diutamakan agar kelucuan yang hanya berbentuk tulisan ini dapat dimengerti dan diterima dengan baik oleh para pembacanya.

Peneliti memilih masalah humor di internet karena pada saat ini internet sangat berkembang dengan pesat. Saat ini internet tidak lagi hanya terbatas pada


(14)

penghibur, contohnya melalui humor-humor yang terdapat di internet tersebut. Oleh karena itu peneliti sangat tertarik meneliti judul ini untuk mengetahui maksud isi pesan dari humor dan untuk mengetahui bagaimana pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat pada humor di internet dapat terjadi, serta dapat mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhinya .

1.1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas antara lain:

1. Bagaimanakah proses pelanggaran prinsip kooperatif dalam wacana humor di internet dapat terjadi?

2. Apakah faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran prinsip kooperatif dalam wacana humor di internet?

1.2Pembatasan Masalah

Batasan masalah merupakan uraian terhadap suatu masalah yang akan diteliti oleh seorang peneliti, sehingga penelitian yang dilakukan dapat efektif dan efisien. Penelitian ini adalah penelitian dalam bidang pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang menyelidiki pertuturan, konteksnya dan maknanya (Kridalaksana, 2008:198). Batasan masalah dalam penelitian ini adalah yang berhubungan dengan pelanggaran prinsip kooperatif, yakni pelanggaran-pelanggaran prinsip kooperatif dalam wacana humor berbahasa Indonesia di internet dengan melanggar prinsip kerja sama (prinsip kooperatif) dan empat maksim percakapan.


(15)

1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Penelitian

Suatu penelitian sudah pasti memiliki tujuan, sebab tanpa tujuan penelitian yang dilakukan akan sia-sia. Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menjelaskan bagaimana proses terjadinya pelanggaran prinsip kooperatif dalam wacana humor di internet.

2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran prinsip kooperatif dalam wacana humor di internet.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat baik untuk diri peneliti sendiri maupun orang lain, adapun manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Memberikan pengalaman tersendiri bagi peneliti dengan mengetahui pelanggaran prinsip kooperatif yang terdapat dalam humor di internet. 2. Menambah sumber bacaan, memperkaya ilmu pengetahuan dan dapat

digunakan sebagai bahan perbandingan kepada peneliti-peneliti lainnya yang ingin menganalisis pelanggaran prinsip kooperatif dalam humor di internet.

3. Memberikan sumbangan pikiran untuk pengajaran pragmatik Indonesia, khususnya bidang percakapan wacana humor di internet.


(16)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang

ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

konsep yaitu konsep prinsip kooperatif dan wacana humor.

2.1.1 Pelanggaran

Pelanggaran adalah perbuatan (perkara) melanggar (Alwi,dkk 2003:634). Pelanggaran bisa terjadi karena seseorang melanggar kaidah-kaidah atau aturan yang berlaku, sama halnya dalam pelanggaran prinsip kooperatif dalam wacana humor di internet dapat terjadi karena melanggar prinsip kooperatif dan empat maksim percakapan.

2.1.2 Prinsip Kooperatif

Kata prinsip diartikan sebagai asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya) dasar. Kooperatif adalah bersifat kerja sama; bersedia membantu. Jadi prinsip kooperatif adalah kerja sama yang taat dalam asas (Alwi,dkk 2003:896).

Dalam kajian pragmatik ada suatu prinsip kerja sama yang harus dipatuhi penutur dan lawan tutur agar proses komunikasi berjalan dengan lancar. Grice mengemukakan bahwa di dalam rangka melaksanakan prinsip kerja sama itu


(17)

setiap penutur harus mematuhi empat maksim percakapan (conversational maxim) yaitu :

1. maksim kuantitas (maxim of cuantity) 2. maksim kualitas (maxim of quality) 3. maksim relevansi ( maxim of relevance) 4. maksim pelaksanaan (maxim of manner).

2.1.3 Wacana Humor

Wacana adalah kesatuan tutur yang merupakan suatu kesatuan; satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato atau kotbah (Alwi,dkk 2003:1265). Wacana merupakan penggunaan bahasa dalam komunikasi baik lisan maupun tulisan (Yule 1996:143). Wacana yang dimaksudkan adalah satu kesatuan semantik dan bukan kesatuan gramatikal. Kesatuannya dilihat dari kesatuan maknanya bukan dari bentuknya (morfem, klausa, kata atau kalimat).

Analisis wacana percakapan merupakan suatu kajian pragmatik. Dalam Kamus Linguistik Kridalaksana (2008 :198) disebutkan bahwa pragmatik adalah syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Pragmatik merupakan ilmu yang menyelidiki pertuturan, konteksnya, dan maknanya.

Defenisi di atas memberikan gambaran bahwa pragmatik sebagai bidang linguistik, berusaha mengungkapkan kaidah-kaidah yang ada dalam pertuturan, serta hubungan antara tuturan dengan konteksnya. Makna dari sebuah ujaran tidak


(18)

hanya diterangkan oleh kata-kata yang mendukung ujaran itu, tetapi juga ditentukan oleh situasi.

Humor berasal dari bahasa latin ‘humour’ secara etimologi ‘cairan’ atau ‘kelembaban’. Humor adalah sesuatu yang lucu; keadaan yang menggelikan hati, kejenakaan,kelucuan (Alwi,dkk 2003 : 412). Di dalam sejumlah ensiklopedia, kamus, dan tesaurus pada umumnya terdapat penjelasan tentang istilah yang berkaitan dengan humor, yaitu comedian,comic,wit,dll. Humor itu berupa sesuatu yang lucu dan menggelikan yang dapat membuat orang tersenyum, tertawa, meringis bahkan menangis. Menurut (Wijana 1995 :4) tersenyum dan tertawa merupakan indikator yang paling jelas bagi terjadinya penikmatan humor.

2.1.4 Internet

Internet berasal dari kata interconection networkings yang mempunyai arti hubungan komputer dengan berbagai tipe yang membentuk sistem jaringan yang mencakup seluruh dunia (jaringan komputer global) dengan melalui jalur telekomunikasi seperti telepon, radio link, satelit dan lainnya. Pemakai internet dapat berkomunikasi dan berbagi informasi di mana pun mereka berada melalui komunikasi di dunia maya (cyberspace), dengan syarat komputer harus terkoneksi melalui modem yang terhubung dengan saluran telepo


(19)

2.2Landasan Teori

2.2.1 Implikatur Percakapan

Grice (dalam Yule 1996:69) mengatakan, implikatur adalah suatu hal yang sangat penting diperhatikan agar percakapan dapat berlangsung dengan lancar. Percakapan dapat berlangsung berkat adanya kesepakatan bersama. Kesepakatan bersama itu antara lain berupa kontrak tidak tetulis bahwa ihwal yang dibicarakan itu harus saling berhubungan atau berkaitan. Hubungan atau keterikatan itu sendiri tidak terdapat pada masing-masing kalimat secara lepas, maksudnya makna keterikatan itu tidak terungkap secara literal pada kalimat itu sendiri yang disebut dengan implikatur percakapan.

Istilah implikatur dipakai untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur, yang berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur Grice (dalam Yule, 1996 :173).

Secara umum dapat dikatakan bahwa semantik berhubungan dengan makna yang didefinisikan semata-mata sebagai ciri-ciri ungkapan-ungkapan dalam suatu bahasa tertentu, terpisah dari situasi, penutur dan petuturnya dan pragmatik berhubungan dengan makna yang didefinisikan dengan hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa (Leech, 1983:8). Biasanya, kalau kita mengatakan sesuatu, terutama dalam percakapan, apa yang kita katakan mempunyai makna lebih dari makna literal kalimat itu. (Soemarmo 1988:170) memberikan contoh seperti berikut :

A : Kamu masih di sini.


(20)

Jika diamati kedua kalimat percakapan tersebut, makna kalimat A terasa agak aneh. Mengapa A menyatakan sesuatu yang kebenarannya amat terang ? (maksudnya jelas bahwa A melihat B berada di tempat itu, tentu hal ini tidak perlu dipertanyakan). Begitu juga halnya dengan si B menyebutkan tentang bis yang tidak dipertanyakan oleh si A. Dalam hal ini tentu ada kaidah yang memungkinkan kita menentukan makna apa yang ada di balik apa yang diucapkan dalam percakapan itu.

Agar pesan (message) dapat sampai dengan baik kepada peserta penutur, komunikasi yang terjadi itu perlu mempertimbangkan kaidah-kaidah yang harus ditaati oleh pembicara agar percakapan dapat berjalan dengan lancar. Kaidah-kaidah ini dalam kajian pragmatik, dikenal sebagai prinsip kerja sama.

Grice (dalam Leech 1993:119) mengungkapkan bahwa di dalam prinsip kerja sama, seorang pembicara harus mematuhi empat maksim. Maksim adalah prinsip yang harus ditaati oleh peserta pertuturan dalam berinteraksi, baik secara tekstual maupun interpersonal dalam upaya melancarkan jalannya proses komunikasi.

Kaidah percakapan yang dikemukakan oleh Grice sebagai berikut : a. Cooperative principle (prinsip kooperatif).

Di dalam percakapan, sumbangkanlah apa yang diperlukan, pada saat terjadinya percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu.

b. Empat maxim of conversation ( empat maksim percakapan ) : 1. Maksim kualitas (maxim of quality) ; dalam percakapan,


(21)

2. Maksim kuantitas (maxim of quantity) ; berilah keterangan secukupnya dan jangan mengatakan sesuatu yang tidak diperlukan.

3. Maksim relevan (maxim of relevance) ; katakanlah hanya apa yang berguna atau relevan.

4. Maksim cara berbicara (maxim of manner) ; jangan mengatakan sesuatu yang tidak jelas, jangan mengatakan sesuatu yang ambigu, berbicaralah dengan singkat dan secara khusus.

Salah satu pegangan atau kaidah percakapan ialah bahwa pendengarnya menganggap bahwa pembicaranya mengikuti dasar-dasar atau maksim di atas. Jika terdapat tanda-tanda bahwa satu maksim dilanggar, maka kita harus memutuskan bahwa ada sesuatu di balik apa yang dikatakan. (Yule 1996:70) menyimpulkan bahwa, penuturlah yang menyampaikan makna lewat implikatur, dan pendengarlah yang mengenali makna-makna yang disampaikan lewat infensi itu.

Selanjutnya, Mikhail Bakhtin dalam bukunya yang berjudul “The Dialogic Imagination” (Wijana 1985 :30 ) menyatakan wacana humor adalah suatu bentuk representasi yang lebih menonjolkan aspek distorsi dan plesetan makna. Maksudnya adalah,wacana humor merupakan wujud atau bentuk percakapan yang hanya bersifat imajinasi (bukan realita) dan banyak menyiratkan pergeseran dari makna yang sebenarnya untuk menghasilkan sesuatu apa yang dikatakan lelucon.

Pelanggaran terhadap maksim percakapan akan menimbulkan kesan yang janggal. Kejanggalan itu dapat terjadi jika informasi yang diberikan berlebihan,


(22)

tidak benar, tidak relevan, atau berbelit-belit. Kejanggalan inilah yang biasanya dimanfaatkan di dalam humor.

2.2.2 Pertuturan atau Tindak Bahasa

Dalam kamus linguistik (Kridalaksana 2008:191) disebutkan bahwa pertuturan adalah :

“(1) perbuatan berbahasa yang dimungkinkan oleh dan diwujudkan sesuai dengan kaidah-kaidah pemakaian unsur-unsur bahasa; (2) Perbuatan menghasilkan bunyi bahasa secara berurutan sehingga menghasilkan ujaran bermakna; (3) Seluruh komponen linguistik dan nonlinguistik yang meliputui suatu perbuatan bahasa yang utuh, yang menyangkut partisipan, bentuk penyampaian amanat, topik, dan konteks amanat itu; (4) Pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar.”

Austin (dalam Siregar 19938) berpendapat bahwa mengucapkan sesuatu adalah melakukan sesuatu. Bahasa dapat digunakan untuk membuat sesuatu kejadian. Oleh karena itu, kebanyakan ucapan memiliki daya ilokusi. Austin juga memberikan perbedaan antara perbuatan lokusi, ilokusi, dan perlokusi sebagai berikut :

a. Lokusi dari suatu ucapan ialah makna dasar dengan referensi dari ucapan itu.

b. Ilokusi dari suatu ucapan ialah daya yang ditimbulkan oleh pemakainya sebagai suatu perintah, ejekan, keluhan, pujian dan sebagainya.


(23)

c. Perlokusi dari suatu ucapan adalah hasil dari apa yang diucapkan pada pendengarnya.

Untuk memahami tindak lokusi,ilokusi, perlokusi kita ikuti contoh yang dikemukakan (Siregar 1997: 39) :

“misalnya ada ujaran, “bajumu cantik sekali” dari sudut lokusi kalimat ini menyatakan ‘penggambaran keadaan baju pendengar dalam keadaan cantik sekali, dipandang dari sudut ilokusinya ucapan itu merupakan pujian bila memang benar baju pendengar cantik sekali, tetapi bila sebaliknya (bajunya jelek) maka ucapan itu menjadi ejekan atau pernyataan yang ironis. Perlokusi dari ucapan tersebut membuat pendengarnya gembira( untuk pujian yang mungkin diikuti dengan “ucapan terima kasih”) atau membuat pendengarnya sedih ( untuk ejekan yang mungkin diikuti ucapan “ya begitulah”).

Ucapan-ucapan dalam pertuturan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Ucapan yang mengandung kata yang menggambarkan daya ilokusinya disebut ucapan atau pertuturan langsung. Pengetahuan untuk menentukan makna disebut kaidah pertuturan.

Searle (dalam Ismari 1995: 7) mengklasifikasikan tindak tutur berdasarkan pada maksud penutur ketika berbicara ke dalam 5 kelompok besar, yaitu :

a. Representatif : Tindak tutur ini mempunyai fungsi memberi tahu orang-orang mengenai sesuatu. Tindak tutur ini mencakup mempertahankan,, meminta, mengatakan, menyatakan dan melaporkan.


(24)

b. Komisif : Tindak tutur ini menyatakan bahwa penutur akan melakukan sesuatu misalnya, janji dan ancaman.

c. Direktif : Tindak tutur ini berfungsi untuk membuat penutur melakukan sesuatu seperti saran, permintaan, dan perintah.

d. Ekspresif : Tindak tutur ini berfungsi mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan hubungan, misalnya permintaan maaf, penyesalan dan ungkapan terimakasih.

e. Deklaratif : Tindak tutur ini menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan misalnya ketika kita mengundurkan diri dengan mengatakan ‘Anda dipecat’, atau menikahi seseorang dengan mengatakan ‘Saya bersedia’.

2.2.3Konteks situasi

Konteks situasi merupakan interaksi linguistik dalam suatu ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yakni penutur dan lawan tutur dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer dan Leonie, 2004 :47).

Suatu konteks harus memenuhi delapan komponen yang diakronimkan sebagai S-P-E-A-K-I-N-G Hymes (dalam Chaer dan Leonie, 2004 : 48).

Komponen tersebut adalah :

1. S (setting dan scene), setting berkenaan dengan tempat dan waktu tuturan berlangsung, sedangkan scene adalah situasi tempat dan waktu.

2. P (participant), pihak-pihak yang terlibat dalam tuturan. 3. E (ends), merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan.


(25)

4. A (act squence), mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran.

5. K (keys), mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan disampaikan dengan senang hati, serius, mengejek, bergurau.

6. I (instrumentalities), mengacu pada jalur bahasa yang digunakan.

7. N (norm of interaction and interpretation), mengacu pada tingkah laku yang khas dan sikap yang berkaitan dengan peristiwa tutur.

8. G (genre), mengacu pada jenis penyampaian.

2.3Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini, adapun sumber tersebut adalah sebagai berikut :

Wijana (2001) meneliti implikatur dalam wacana pojok. Dia menyimpulkan tentang fakta bahwa sebuah tuturan khususnya tuturan yang yang diutarakan untuk maksud mengkritik, mengecam, memberikan cara-cara dengan sopan, seperti halnya wacana pojok dikreasikan sedemikian rupa dengan tuturan-tuturan yang berimplikatur. Dalam hal ini kajian pragmatik harus memberikan kepastian konteks agar semakin sempit atau terbatas kemungkinan implikatur yang dapat ditimbulkan oleh sebuah tuturan.

Dewana (2001), dalam skipsinya Pasangan Bersesuaian dalam Wacana Persidangan (Analisis Implikatur Percakapan). Dia menyimpulkan tentang penerapan prinsip kerja sama serta empat maksim percakapan pasangan bersesuaian dalam wacana persidangan dan pola-pola pasangan bersesuaian yang terdapat pada analisis implikatur percakapan dalam wacana persidangan adalah


(26)

pola panggilan-jawaban, pola permintaan pemersilahan-penerimaan, pola permintaan informasi-pemberian, pola penerimaan, pola penawaran-penolakan.

Anina (2006) meneliti tentang implikatur percakapan dalam wacana humor berbahasa indonesia. Dia menyimpulkan bahwa wacana humor berbahasa indonesia memiliki karakteristik wujud lingual implikatur percakapan seperti kalimat deklaratif, interogatif, imperatif selain itu implikasi pragmatis implikatur percakapan dalam wacana humor berbahasa indonesia memiliki fungsi menghibur, menyindir, memerintah dan mengejek.

Dari uraian di atas, penelitian terhadap pelanggaran prinsip kooperatif dengan menggunakan teori Grice yaitu prinsip kooperatif dan empat maksim prinsip kerja sama masih sedikit. Oleh karena itu pada kesempatan ini akan diteliti bagaimana pelanggaran-pelanggaran prinsip kooperatif dalam wacana humor di internet dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran prinsip kooperatif dalam wacana humor di internet tersebut.


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi adalah letak atau tempat.Yang menjadi lokasi penelitian penulis adalah warung internet RC-Net yang terdapat di Padang Bulan, Medan dengan situs internet

3.1.2 Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian terhadap pelanggaran-pelanggaran prinsip kooperatif yang terdapat dalam humor di internet terhitung sejak tanggal 25 April 2009 sampai dengan 25 Mei 2009.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah sekelompok orang, benda atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel; suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian (Alwi,dkk 2003:889). Yang menjadi populasi penelitian ini adalah wacana humor Indonesia yang terdapat dalam situs internet.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yang lebih besar, bagian kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih besar; percontoh. Karena jumlah populasi di atas terlalu


(28)

besar maka sampel yang digunakan penulis dalam penelitian ini seluruhnya berjumlah 20 wacana humor dalam bentuk percakapan yang terdapat dalam situs internet yang dipilih secara acak.

3.3Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tulisan yaitu humor yang terdapat pada situs internet. Oleh karena itu, metode yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah metode simak. Disebut metode simak karena metode tersebut berupa penyimakan, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto 1993:133). Dalam hal ini peneliti menyimak percakapan-percakapan humor yang terdapat dalam situs-situs internet.

Untuk mengembangkan metode simak digunakanlah teknik sadap sebagai teknik dasar. Dikatakan teknik sadap karena peneliti secara langsung membaca percakapan-percakapan humor yang terdapat dalam situs internet untuk mempelajari atau memeriksa penggunaan bahasa di dalamnya. Selanjutnya, digunakan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Dalam teknik catat, peneliti mencatat data dari percakapan humor di internet. Data tersebut adalah data yang sudah dipilih.

3.4 Metode dan Teknik Pengkajian Data

Metode yang digunakan dalam pengkajian data adalah metode padan yaitu metode padan pragmatis. Metode padan merupakan penentuan satuan lingual dengan menyesuaikan, mencocokkan, atau memadankan identitas satuan lingual


(29)

dengan unsur penentunya (Sudariyanto,1993: 26). Metode padan pragmatis digunakan karena analisis ini menggunakan kajian pragmatik.

Penggunaan metode ini dengan teknik pilah unsur penentu yang berada di luar bahasa untuk menentukan identitas satuan lingual yaitu mitra wicara. Unsur penentu yang akan menganalisis proses terjadinya pelanggaran prinsip kooperatif dan faktor-faktor yang menyebabkan pelanggaran prinsip kooperatif dalam wacana humor di internet itu terjadi. Setiap data dideskripsikan maksudnya dan diklasifikasikan berdasarkan empat maksim percakapan Grice (dalam Yule 1996:63).

Contoh:

A: Karet apa yang tidak pernah dipakai di muka umum? B: Karet kondom.

A: Salah! Coba lagi! B: Karet kolor.

A: Ngawur! Coba lagi! B: Nyerah deh. Apaan sih? A: Karet tengsin

B: ???

A: Habis malu-maluin sih ...

Dialog di atas merupakan percakapan antara si A dan si B. Si B sebagai peserta percakapan yang kooperatif sudah memberikan kontribusi percakapan yang didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Akan tetapi, terjadi hal yang sebaliknya karena si A menganggap kontribusi yang diutarakan oleh si B tidak sesuai yang diharapkan atas tuturan yang diajarkan oleh si A. Agaknya maksud


(30)

tuturan yang diajukan oleh si A untuk melucu karena bila dicermati hubungan implikasionalnya dapat diterangkan. Fenomena percakapan antara si A dan si B mengisyaratkan bahwa kontribusi peserta tindak ucap relevansinya selalu terletak pada ujarannya tetapi memungkinkan pada apa yang diimplikasikan ujaran itu. Pada wacana percakapan humor di atas terdapat adanya pelanggaran prinsip kooperatif dimana percakapan tersebut tidak relevan dengan apa yang diharapkan.

Dari sudut lokusinya percakapan di atas menyatakan tentang suatu teka-teki yang diungkapkan kepada Si B. Dari sudut ilokusinya percakapan itu adalah sebuah perintah agar Si B menjawab teka-teki dari Si A. Perlokusinya percakapan itu yaitu Si A menjawab pertanyaan dari Si B.

Dari percakapan di atas juga timbul daya dorong (force) yang seolah-olah memaksa orang lain melakukan tindakan tertentu sebagaimana diinginkan oleh si pengujar. Peristiwa ini disebut dengan percakapan yang mempunyai daya ilokusi yang dinyatakan oleh Searle tindak tutur direktif.


(31)

BAB IV

PELANGGARAN PRINSIP KOOPERATIF DALAM WACANA HUMOR DI INTERNET

4.1 Proses Pelanggaran Prinsip Kooperatif dalam wacana humor di internet 4.1.1 Proses Pelanggaran Prinsip Kooperatif dan Empat MaksimPercakapan

Dalam percakapan setiap partisipan yang terlibat di dalamnya harus memperhatikan norma-norma atau kaidah pertuturan agar percakapn tersebut dapat berlangsung dengan lancar Grice (dalam Siregar 1997:28-29) menyatakan bahwa kaidah pertuturan menyangkut :

1. Prinsip kooperatif (prinsip kerja sama) 2. Maksim-maksim percakapan yang meliputi :

a. maksim kualitas b. maksim kuantitas c. maksim relevansi, dan d. maksim cara.

Prinsip kerja sama dalam percakapan dibutuhkan untuk lebih mudah menjelaskan hubungan antara makna dan daya (Leech, 1983:120). Dalam hal wacana humor di internet, pelanggaran prinsip kooperatif dengan terpaksa dilanggar agar tercipta ketidaknyambungan (disconected) yang pada akhirnya melahirkan kelucuan akibat lelucon yang terjadi dalam percakapan tersebut. Artinya, kelucuan bukan timbul dari tingkah laku ataupun gerak-gerik pelaku tetapi dari putusnya rangkaian wacana percakapan atau adanya penghilangan implikatur percakapan akibat pelanggaran prinsip kooperatif.


(32)

Pelanggaran terhadap prinsip kooperatif dan empat maksim percakapan akan menimbulkan kesan yang janggal. Kejanggalan itu dapat terjadi karena informasi yang diberikan berlebihan, tidak benar, tidak relevan, berbelit-belit atau cara penyampaian informasinya tidak tepat. Kejanggalan inilah yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran prinsip kooperatif dalam wacana humor di internet.

Hal itu dapat terlihat dalam contoh :

Wacana percakapan humor di internet tanggal 27 April 2009 ( data nomor 3 ) A. Guru : “Kalian pada ngobrol aja…apa kalian tidak ada yang mau

mendengarkan pelajaran ??”. B. Murid : “Tidak buu”

A. Guru : ( sang guru pun makin kesal) “Dasar kalian murid-murid bodoh… Kenapa kalian bisa masuk ke sekolah ini…???”

B. Murid : “Karena kami ingin pintar bu..”

Pada wacana humor (data 3) di atas, jelas sudah melanggar prinsip kerja sama , guru tidak hanya melanggar maksim kuantitas, tetapi juga melanggar maksim cara dan maksim relevansi. Guru tidak hanya memberikan sumbangan informasi yang tidak memadai (melanggar maksim kuantitas), tetapi juga menyampaikan informasi (melanggar maksim cara) yaitu menyatakan sesuatu yang tidak jelas dan mempunyai makna yang ambigu. Dalam hal ini murid tidak mengerti tentang tuturan yang disampaikan oleh guru dan guru berbicara tidak relevan dengan menyampaikan pesan-pesan yang tidak dimengerti oleh murid.

Wacana percakapan humor di Internet tanggal 7 Mei 2009 (data nomor 7)

A. Miun : “ Eh mas ngomong-ngomong dulu sekolahnya apa kok bisa kerja di BEJ?”


(33)

A. Miun : “Jurusan apa mas?”

B. Ladi : “ Biologi dong…apalagi yang bisa ngantar gue sukses ke BEJ kalau bukan biologi…”.

Pada dialog percakapan antara Miun dan Ladi konstribusi yang diberikan pada awal penutur (Miun) mengajukan tuturannya, lawan tutur (Ladi) menjawabnya dengan ringkas dan konstribusi yang diutarakan oleh lawan tutur dibutuhkan oleh penutur pada tahap itu. Tetapi, pada akhir dialog lawan tutur (Ladi) menyimpangkan konstribusinya dari nilai kebenaran. Ini jelas melanggar maksim kuantitas dan relevansi yang menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan konstribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya dan menyatakan sesuatu yang benar.. Dalam hal ini lawan tutur (Ladi) merasa yakin tuturan yang diujarkannya benar dan penutur (Miun) ternyata mengerti tentang maksud lawan tutur tersebut bahwa konstribusi yang diutarakan oleh lawan tutur tidak mengandung kebenaran. Hal inilah yang membuat wacana humor tersebut menjadi lucu.

Wacana percakapan percakapan humor di internet tanggal 9 Mei 2009 (Data nomor 8)

A. Penjual Asbak : “Mau beli asbak Pak…? 10.000 dapet tiga” B. Pengunjung : “nggak… saya tidak merokok…”

A. Penjual Asbak : “ Saya menawarkan asbak Pak… bukan rokok…”

Wacana humor (Data 8) jelas melanggar prinsip kerja sama. Humor tersebut melanggar maksim kuantitas , ketika (A) menginginkan (B) menjawab pertanyaan dengan jelas, tetapi (B) menjawab tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh A dan tidak mengandung kejelasan, sehingga (A) kembali menawarkan,(B)mmembuat sebuah pernyataan yang kurang informatif,


(34)

asbak, saya tidak merokok”.. hal ini jelas tidak memperlihatkan adanya prinsip kerja sama (PK).

Wacana percakapan humor di internet tanggal 10 Mei 2009 (data nomor 9) A. Penjaga : “Bagaimana dengan si Afrika ini, Dokter ?”

B. Dokter : “Tersambar petir…”

A. Penjaga : “Lho?! Tapi kenapa dia tersenyum ?”

B. Dokter : “Ooh…sebab kilatnya dia sangka sinar blitz jadi dia pikir dia lagi difoto!”

Pada dialog percakapan antara seorang penjaga dan seorang dokter kontribusi yang diberikan pada awal penutur (penjaga) mengajukan tuturannya, lawan tutur (dokter) menjawabnya dengan ringkas, juga tidak menyimpangkan nilai kebenaran dan kontribusi yang diutarakan oleh lawan tutur (dokter) dibutuhkan oleh penutur pada saat itu. Tetapi, pada akhir dialog lawan tutur (dokter) menyimpangkan kontribusinya dari nilai kebenaran. Ini jelas melanggar maksim kuantitas yang menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya. Agaknya di luar maksud lawan tutur (dokter) melucu tetapi, hubungan implikasionalnya dapat diterangkan.

Wacana percakapan humor di internet tanggal 11 Mei 2009 (data nomor 10) A. Suami : “Sumpah, nggak pernah ma, lalu apa kamu nggak pernah?”

B. Isteri : “ Sebenarnya pernah sih, tapi kamu jangan marah ya. Inget nggak waktu kamu dulu pulang dengan loyo karena lamaran kerjamu ke perusahaan itu ditolak dan besoknya tiba-tiba kamu dipanggil masuk kerja? Saya datangi bosmu di kantor dan saya memuaskan dia.”

A. Suami : (…sambil menelan air liur) “Eh, masa cuma itu, ada nggak yang lain?”

B. Isteri : “Masih ada juga sih, waktu dulu kamu mengajukan kenaikan gaji dan ditolak namun kemudian dinaikkan dua kali lipat, malam itu saya datangi rumah bosmu dan saya kenyangkan dia semalam suntuk.”


(35)

Pada dialog percakapan di atas yaitu antara seorang istri dan suaminya terlihat bersifat kooperatif karena tidak ada jawaban yang mengindahkan sebagai reaksi terhadap jawaban yang salah. Akan tetapi, peserta pertuturan (isteri) dalam dialog tidak kooperatif karena memberikan kontribusi yang berlebih-lebihan. Maka, dialog ini jelas melanggar maksim kuantitas karena kontribusi (isteri) yang berupa “saya memuaskan dia” dan “saya kenyangkan dia semalam suntuk” belum dibutuhkan penutur pada saat itu. Dialog tersebut juga melanggar maksim pelaksanaan (cara) yaitu tuturan-tuturan yang diungkapkan oleh penutur (isteri) terlalu panjang dan bertele-tele.

Wacana percakapan humor di internet tanggal 12 Mei 2009 (data nomor 11) A. Andi : “Tokek-tokek di dinding…”

B. Guru : “Kurang besar…!”

A. Andi : “Buaya-buaya di dinding…”

B. Guru : “Andi…, yang ibu maksudkan suaramu yang kurang besar, bukan binatangnya.”

Pada percakapan antara penutur (Guru) dan lawan tutur (Andi) dalam dialog di atas jelas melanggar prinsip kerja sama. Tuturan yang diberikan oleh penutur (Guru) tidak relevan dengan apa yang dikontribusikan oleh lawan tutur sehingga tuturan tersebut menjadi kabur dan sulit dimengerti oleh lawan tutur dan informasi yang diberikan oleh penutur (Guru) tidak informatif seperti yang dibutuhkan oleh lawan tutur. Hal ini jelas melanggar prinsip kerja sama yaitu maksim cara dan maksim kuantitas yaitu berbicara harus informatif sesuai dengan yang dibutuhkan dan harus jelas.


(36)

Wacana percakapan humor di internet pada tanggal 13 Mei 2009 (data nomor 12) A. Pembeli : (kebetulan orang Jakarta) “Bang beli paku dong.”

B. Penjual : (orang Ambon) “Wah kalo paku seng ada.”

A. Pembeli : “Iya bang, kebetulan saya memang mau beli paku seng.” B. Penjual : “ Eh sudah to, beta su bilang paku seng ada.”

Tuturan-tuturan yang terdapat dalam humor tersebut jelas mengaburkan kedua mitra tutur, penutur dan lawan tutur sama-sama tidak mengerti terhadap maksud tuturan yang mereka ungkapkan hal itu terjadi karena adanya perbedaan latar belakang sosial. Maka tuturan tersebut jelas melanggar prinsip keja sama terutama maksim relevansi dan maksim pelaksanaan (cara). Peserta percakapan tidak memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan dan maksud pembicaraan tersebut menjadi kabur.

Wacana percakapan humor di internet tanggal 28 April 2009 (data nomor 3) A. Dokter : “Apa keluhan anda ???”

B. Pasien : “Kulit saya terasa gatal Dok”. (sambil menunjukkan tangan dan tubuhnya).

Percakapan di atas terdapat satu mekanisme pemahaman yang lain di luar makna harafiah, yang membantu keduanya saling mengerti. Tidak ada ujaran dokter yang menyuruh pasien menunjukkan tangan dan tubuhnya, tetapi pasien yang dipengaruhi oleh situasi percakapan dapat mengerti dan mengetahui, bahwa setelah selesai mengatakan keluhannya, pasien menunjukkan tangan dan tubuhnya. Ujaran dokter tersebut juga mendapat makna setelah pasien dipengaruhi oleh situasi percakapan atau anjuran-anjuran dalam rumah sakit. Tercapainya implikatur seperti ini dimungkinkan karena adanya pengetahuan latar belakang yang sama.


(37)

Wacana percakapan humor di internet tanggal 27 April 2009 (data nomor 4)

A. Guru : “Kalau begitu siapa yang merasa bodoh berdiri….biar nanti saya ajar….”

B. Budi : (Murid-murid pun hening karena tidak ada yang merasa dirinya bodoh,tapi tiba-tiba Budi berdiri).

Percakapan di atas menimbulkan daya dorong (force) yang seolah-olah memaksa orang lain melakukan tindakan tertentu, sebagaimana diinginkan oleh si pengujar. Ujaran (A), memgandung makna implikatur, yakni meminta agar (B) berdiri. Ini dikatakan percakapan yang memiliki daya ilokusi.

Wacana percakapan humor di internet tanggal 1 Mei 2009 (Data no. 5) A. Penguji 1 : “Lebih cepat tapi tidak tepat bagaimana ?”

B. Penguji 2 : Lanjutkan! C. Penguju 3 : “Merdeka!!!!!”

Percakapan di atas juga merupakan wacana lisan yang memiliki struktur berpasangan. Penutur menyampaikan suatu pesan yang kemudian direspon oleh lawan tutur, tetapi diantara terjadinya percakapan tersebut tiba-tiba ujaran penguji mengakibatkan percakapan terputus. Ujaran penguji yang dikatakan sebuah rangkaian, mengakibatkan pertanyaan tidak diberikan jawaban, atau menangguhkan bagian jawaban suatu bagian seruan. Ujaran penguji itu dinyatakan sebagai rangkaian sisipan dalam percakapan.

Wacana percakapan humor tanggal 16 Mei 2009 (data nomor 16) A. Hakim : “Apa kesaksianmu???” (bertanya pada pencuri 1) B. Pencuri 2 : “ Tidak bersalah pak!!!”

A. Hakim : “DIAM!!!, aku tidak berbicara padamu…!!!”

C. Pencuri 3 : “Tapi pak, saya kan tidak, saya kan tidak bicara apa-apa…” A. Hakim : “!!!!?????#$!!!”


(38)

Percakapan di atas merupakan percakapan yang tidak memberikan jawaban. Penutur (A) menanyakan kepada lawan tutur. Akan tetapi pertanyaan dari penutur langsung diresponi oleh lawan tutur yang lain (B), dan pada percakapan ujaran penutur langsung diresponi oleh lawan tutur yang lain (C). Dalam hal ini proses percakapan menjadi terputus karena penutur (A) tidak jelas menanyakan pertanyaan itu ditujukan kepada siapa.

Wacana percakapan humor tanggal 17 Mei 2009 (data nomor 17) A. Budi : “Pi gue minjam uang yak?”

B. Pepi : “ emang napa?”

Pada percakapan humor di atas penutur menyampaikan suatu pesan dan permintaan, akan tetapi lawan tutur memberikan respon dengan tindak ujar yang bertanya kembali kepada penutur. Penutur tidak langsung memberikan jawaban kepada lawan tutur tersebut. Hal inilah yang menunjukkan makna implikasi diantara mitra tutur tersebut.

Wacana percakapan humor tanggal 18 Mei 2009 (data nomor 18) A. Polisi : “Mana sim?”

B. Kosim : “Cari burung pak”.

Pada percakapan di atas jelas terlihat bahwa pertalian antara pertanyaan dan jawaban tidak sesuai. Penutur memberikan jawaban yang berbeda dengan pertanyaan, hal inilah yang menimbulkan timbulnya makna implikasi. Lawan tutur dan penutur tidak saling mengetahui dan memiliki persepsi yang berbeda dengan konteks pembicaraan yang terjadi.


(39)

Wacana percakapan humor di internet tanggal 19 Mei 2009 (data nomor 19) A. Suster : “Dok gawat Dok….benar-benar gawat Dok….”

B. Dokter :” Gawat kenapa Suster..?”

A. Suster : “ Ini benar-benar gawat Dok….” B. Dokter : “Iya kenapa?”

A.Suster : “ Paimo Dok dia habis minum obat dari saya langsung berguling-guling Dok”.

Dalam percakapan tersebut terdapat rangkaian sisipan, yakni pernyataan penutur tidak langsung diberi jawaban, melainkan pernyataan tersebut diulangi kembali oleh penutur, atau penutur menangguhkan bagian jawaban suatu bagian pernyataan, sampai telah diberikannya jawaban lain.

4.1.2 Implikatur Berdasarkan pada Maksud Penutur ketika Berbicara

Searle (dalam Ismari, 1995:7) mengklasifikasikan ada lima bentuk tindak ilokusi berdasarkan pada maksud penutur ketika berbicara. Kelima bentuk tersebut meliputi :

1. komisif 2. direktif 3. ekspresif 4. deklaratif., dan 5. representatif.

4.1.2.1 Komisif

Tindak ilokusi ini melibatkan pembicara pada tindakan yang akan datang, misalnya : menjanjikan, bersumpah, menawarkan, memanjatkan (doa), mengancam.


(40)

Data yang menunjukkan adanya implikasi komisif dapat dilihat dalam contoh berikut ini :

Wacana humor di internet tanggal 11 Mei 2009( data nomor 13)

A. Ibu : “Pak ceker ayamnya berapa harganya kalau dua kilo?” B. Tukang ayam : “Dua kilo hanya 5000 bu..”

A. Ibu : “Boleh saya tawar nggak?”

B. Tukang ayam : “Oh boleh saja, ibu mau nawar berapa?” A. Ibu : “4000 boleh nggak?”

Pada data di atas tindak tutur komisif dapat dilihat pada tuturan B. Tuturan yang dinyatakan oleh B tersebut mendorong A untuk memberikan penawaramn lagi kepada B. dikaitkan dengan implikatur maka percakapan di atas mengandung implikatur komisif.

Data lain yang juga menunjukkan adanya implikasi komisif dapat dilihat dalam contoh berikut :

Wacana humor di internet tanggal 11Mei 2009 (data nomor 10)

A. Isteri : “Pa, apa benar kamu nggak pernah selingkuh atau tidur dengan wanita lain? Ceritakan saja, aku nggak marah kok kan bagaimanapun semua itu telah berlalu.”

B. Suami : “Sumpah, nggak pernah ma, lalu apa kamu nggak pernah?”

Pada tuturan di atas, tindak tutur komisif ditandai dengan tuturan A yang memiliki daya untuk menyatakan B untuk bersumpah. Sehingga tuturan di atas dapat diidentifikasikan juga sebagai tuturan yang mengandung makna implikatur komisif.


(41)

4.1.2.2 Direktif

Tindak tutur ini berfungsi intuk membuat penutur melakukan sesuatu seperti saran, permintaan dan perintah.

Data yang menunjukkan adanya implikasi direktif dapat dilihat dalam contoh di bawah ini :

Wacana humor di internet tanggal 14 Mei 2009 (data nomor 14) A. Pengacara : “mengapa kalian makan rumput?” tanyanya.

B. Orang 1 : “Kami tidak punya uang untuk membeli makanan,” jawabnya. A. Pengacara : “oh, kalau begitu kamu ikut aku.” Perintah si pengacara.

Pada percakapan di atas tuturan direktif ditandai dengan tuturan A yang memiliki daya untuk membuat B melakukan perintah dan permintaan. Sehingga tuturan di atas dapat diidentifikasikan sebagai tuturan yang mengandung makna implikatur direktif.

4.1.2.3 Ekspresif

Tindak tutur ini berfungsi untuk mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan hubungan, misalnya permintaan maaf, penyesalan dan ucapan terima kasih.

Wacana humor di internet tanggal 7 Mei 2009 (data nomor 7) A. Miun : “Mau kemana mas kok rapi banget?”

B. Ladi : “Kerja bung!”

A. Miun : “Kerja dimana mas?” B. Ladi : “Di Bursa Efek Jakarta”

A. Miun : “Ehmmm…” (baca koran aja ke balik kerja di BEJ dalam hati Miun)

B. Ladi : ”Sekarang saham dunia lagi anjlok payah deh…”, celoteh Ladi. A. Miun : “Eh mas ngomong-ngomong dulu sekolahnya apa kok bisa kerja

di BEJ?” B. Ladi : “STM…”

A. Miun : “Jurusan apa mas?”

B. Ladi : “Biologi dong… apalagi yang bisa ngantar gue sukses ke BEJ kalau bukan biologi..”


(42)

Pada percakapan humor di atas terlihat jelas bagaimana tindak tutur ekspresif terjadi, dimulai dengan pernyataan A yang menanyakan “mau kemana” kepada B dengan tuturan memuji, direspon B dengan memberi pernyataan bahwa Dia mau kerja. Kembali A menanyakan kepada B “kerja dimana”, direspon B dengan memberi pernyataan “kerja di Bursa Efek Jakarta. Tuturan B tersebut direspon A dengan respon atau tuturan mengejek. Tuturan A yang mengejek B memberikan dorongan kepada B untuk meyakinkan A dengan menyatakan keluhan kepada A.

Pada percakapan humor berikutnya tuturan dari A diresponi B dengan menanyakan B dengan rasa dan tuturan keheranan. B meresponi tuturan A dengan tuturan yang menyombongkan diri. A kembali menanyakan kepada B “jurusan apa”, B meresponi A dengan tuturan yang menyombongkan diri juga. A meresponi tuturan B dengan mengekspresikan dan sikapnya yang mengejek karena kontribusi yang dinyatakan oleh B tidak memadai dengan maksud tuturan dan konteks percakapan antara mitra tutur tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan tuturan antara A dan B dalam wacana tersebut mengandung implikatur ekspresif.

4.1.2.4 Deklaratif

Tindak tutur deklaratif menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan seperti, mengangkat, mengizinkan, membatalkan , memecat, dll. Data yang menunjukkan adanya implikasi deklaratif dapat dilihat dalam contoh di bawah ini :


(43)

B. Rochatie : “ ya mimpimu benar, kamu saya pecat dari pekerjaanmu.”

A. Pembantu : “Saya sudah menyelamatkan nyawa Ibu sekeluarga, kok saya malahan dipecat dari pekerjaan..?”

B. Rochatie : “ saya cari pembantu buat kerja, bukantidur melulu..”

Pada percakapan humor di atas sebelumnya terlihat B memberi informasi yang dibutuhkan oleh A yaitu pernyataan yang melarang A agar membatalkan kepergiannya. B meresponi pernyataan A dengan memutuskan untuk tidak melakukan perjalanan. A juga memberikan pernyatakan agar B lebih berhati-hati.

Pada percakapan humor selanjutnya B menyatakan pernyataan yang mengandung tindak tutur deklaratif dengan menyatakan, “ mimpimu benar, kamu saya pecat dai pekerjaanmu”. Tuturan atau pernyataan B tersebut jelas mengandung tindak tutur deklaratif karena pernyataannya tersebut jelas menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan. Pernyataan tersebut dapat dijadikan pernyataan yang mengandung implikatur deklaratif.

4.1.2.5 Representatif

Tindak tutur yang memiliki fungsi untuk memberi tahu orang-orang mengenai sesuatu. Tindak tutur ini mencakup mempertahankan, meminta, mengatakan, menyatakan, melaporkan, memberikan kesaksian, menyebutkan, menunjukkan, dll.

Data yang menunjukkan adanya implikasi representatif dapat dilihat dalam contoh di bawah ini :

Wacana humor di internet tanggal 28 April 2009 A. Dokter : “Apa keluhan anda?”.

B. Pasien : “Kulit saya terasa gatal Dok.” (sambil menunjuk tangan dan tubuhnya).


(44)

A. Dokter : “ Kulit anda terlihat bersih dan putih namun di dahi anda ada bercak hitam dua, biasanya kan karena sholat.”

B. Pasien : “Ah… nggak juga Dok.” A. Dokter : “Coba anda berbaring.”

B. Pasien : (membuka baju dan berbaring) A. Dokter : “Memeriksa dengan seksama.” B. Pasien : “Bagaimana Dok?”.

A. Dokter : “ Setelah saya periksa dengan seksama, dua bercak hitam di dahi anda itu adalah kulit anda yang sebenarnya, sedangkan yang lainnya dari ujung kaki sampe kulit kepala adalah panu”.

Percakapan humor di atas memperlihatkan dua orang yang sedang mendiskusikan dan juga pemeriksaan tentang bagaimana caranya menyembuhkan kulit lawan tutur (pasien). A mengatakan sebuah pernyataan kepada B dan B memberikan pernyataan dengan meresponi A dengan memberikan kontribusi tentang hal yang dimaksudkan oleh B dan menunjukkan penyakit yang di deritanya (dalam hal ini pernyataan B di identifikasi sebagai pernyataan yang memiliki tindak tutur representatif). Pada tuturan kedua, A meminta B untuk melakukan suatu tindakan, setelah itu A memberikan suatu pernyataan berupa laporan tentang penyakit yang di derita B (dalam hal ini pernyataan A di identifikasi sebagai pernyataan yang mengandung tindak tutur representatif). Dari bentuk percakapan humor di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa percakapan tersebut mengandung implikatur representatif.


(45)

4.2 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Pelanggaran Prinsip Kooperatif dalam Wacana Humor di Internet

Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pelanggaran prinsip kooperatif dalam wacana humor di internet yaitu :

a. sekedar berhumor atau melucu. b. kesalahan informasi.

c. menyimpang dari makna yang sebenarnya atau tidak logis. d. pelecehan status sosial.

e. permainan kata-kata atau teka-teki f. menipu lawan tutur.

g. Berbohong.

4.2.1 Sekedar Berhumor atau Melucu

Wacana percakapan humor di internet tanggal 10 Mei 2009 (data nomor 9) A. Penjaga : “Bagaimana dengan si Afrika ini, dokter?”

B. Dokter : “Tersambar petir”

A. Penjaga : “Loh, tapi kenapa dia tersenyum?”

B. Dokter : “Ooh… sebab kilatnya dia sangka sinar blitz jadi dia pikir dia lagi difoto!”

Pada percakapan humor tesebut jelas terlihat bahwa B hanya sekedar berhumor atau melucu untuk mencairkan suasana dan membuat A (penjaga) tertawa.

4.2.2 Kesalahan Informasi

Wacana percakapan humor di internet tanggal 9 Mei 2009 (data nomor 8) A. Penjual asbak : “ mau beli asbak pak..?? 10.000 dapat tiga”. B. Pengunjung : “nggak.. saya tidak merokok…”


(46)

Pada wacana humor di atas terlihat bahwa penutur (A) memberikan informasi yang kurang memadai kepada lawan tutur (B) sehingga terjadi kesalahan informasi.

4.2.3 Menyimpang dari Makna yang Sebenarnya atau Tidak Logis

Wacana percakapan humor di internet tanggal 10 Mei 2009 (data nomor 11) B. Andi : “Tokek-tokek di dinding…”

A. Guru : “Kurang besar…!

B. Andi : Bbuaya-buaya di dinding…”

A. Guru : “Andi…, yang ibu maksudkan suaramu yang kurang besar., bukan binatangnya”.

B. Andi : “Ooo..?????....”

Pada wacana percakapan humor di atas terdapat makna yang tidak logis yang diucapkan oleh B, hal itu terjadi karena kesalahan pemahaman antara A dan B sehingga menyimpang dari makna yang seharusnya diungkapkan oleh A. Akan tetapi dengan adanya penyimpangan makna tersebutlah yang menimbulkan kelucuan humor itu.

4.2.4 Pelecehan Status Sosial

Wacana percakapan humor di internet tanggal 14 Mei 2009 (data nomor 14) Mereka semua masuk ke mobil dengan susah payah (padahal limousin sudah termasuk mobil besar lho ....)

Dalam perjalanan, salah satu gelandangan berkata, "Pak, Anda orang yang sangat baik hati. Terima kasih telah bersedia membawa kami semua bersama Anda." Jawab si pengacara, "Jangan khawatir, rumput di rumah saya hampir setengah meter tingginya”.

Pada wacana humor di atas terdapat pelecehan status sosial antara A (pengacara) dan B (gelandangan), dimana A melecehkan status dari orang yang di suruhnya masuk ke dalam mobilnya yang hanya gelandangan. Akan tetapi cara penyampaian ucapan dari pengacara tersebutlah yang menimbulkan kelucuan.


(47)

4.2.5 Permainan Kata-Kata atau Teka-Teki

Wacana percakapan humor di internet tanggal 23 Mei 2009 (data nomor 2) A : Karet apa yang tidak pernah dipakai di muka umum?

B : Karet kondom. A : Salah! Coba lagi! B : Karet kolor.

A : Ngawur! Coba lagi! B : Nyerah deh. Apaan sih?

Pada wacana percakapan humor di atas terlihat adanya permainan kata-kata atau teka-teki. Permainan teka-teki tersebut sekaligus menambah pengetahuan tentang suatu hal, yang diungkapkan melalui teka-teki dalam bentuk humor.

4.2.6 Menipu lawan tutur

Wacana percakapan humor tanggal 20 Mei 2009 (data nomor 20) A. Udin : "Assalamu'alaikum, La"

B. Lela : "Wa'alaikumussalam. Ada apa bang?"

A. Udin : "Gini La, Pak Aji NYURUH KAMU NYIUM SAYA" B. Lela : "Hah?? Maksud abang Udin apaan sih? Masa baba gitu?" A. Udin : "Bener La. Masa iya saya boong, nih saya tanyain ya" A. Udin : (teriak ke arah Mushalla) "Pak Ajiii,, GA DIKASIH NIIIIH" C. Pak Haji : (teriak juga) : "KASIH LELAAAA..."

Pada wacana humor di atas terdapat tuturan yang menipu lawan tutur. Tuturan tersebut yang dimanfaatkan penutur untuk menipu lawan tutur. Kesalahan penafsiran dari lawan tutur tesebutlah yang menjadikan humor tersebut menjadi lucu.


(48)

4.2.7 Berbohong

Wacana percakapan humor di internet tanggal 7 Mei 2009 (data nomor 7)

A. Miun : "Eh mas ngomong-ngomong dulu sekolahnya apa kok bisa kerja di BEJ?"

B. Ladi : "STM..."

A. Miun : "Jurusan apa mas

B. Ladi : "BIOLOGI DONG... APALAGI YANG BISA NGANTAR GUE SUKSES KE BEJ KALAU BUKAN BIOLOGI..

A. Miun : ?????~~~!!!@#$&*()_

Pada wacana humor di atas jelas terlihat B (Ladi) berbohong kepada A (Miun). Humor tesebut menjadi lucu karena kebohongan dari lawan tutur yang mencoba mengelabuhi penutur yang jelas sudah mengetahui bahwa lawan tutur sudah berbohong.


(49)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian terhadap masalah penelitian ini maka ditarik beberapa kesimpulan :

1. Pelanggaran prinsip kooperatif dalam wacana humor di internet terjadi karena adanya pelanggaran prinsip kooperatif dan empat maksim percakapan yaitu : (1) maksim kuantitans,( 2) maksim kualitas, (3) maksim relevansi, (4) maksim cara dan implikatur berdasarkan pada maksud penutur ketika berbicara yaitu :

1. Implikatur Representatif 2. Implikatur Komisif 3. Implikatur direktif

4. Implikatur Ekspresif dan, 5. Implikatur Deklaratif.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran prinsip kooperatif dalam wacana humor di internet adalah :

a. sekedar berhumor atau melucu. b. kesalahan informasi.

c. menimpang dari makna yang sebenarnya atau tidak logis. d. pelecehan status sosial.


(50)

f. menipu lawan tutur. g. berbohong.

5.2 Saran

Dalam wacana humor di internet, kebanyakan ujaran yang dihasilkan mengandung implikatur. Jadi sebagai pembaca, kita harus memutuskan bahwa ada makna lain di balik ujaran tersebut. Dalam setiap percakapan kita harus menganggap bahwa prinsip kerja sama (prinsip kooperatif) dan empat maksim percakapan sebagai kaidah penggunaan bahasa harus diikuti, akan tetapi hal inilah yang menyimpang dari wacana humor di internet sehingga tercipta kelucuan dalam humor tersebut. Adapun yang merupakan saran dari analisis ini adalah sebagai tugas pembaca harus dapat menetapkan atau mengolah ucapan humor itu untuk menentukan makna dibaliknya dengan menggunakan kaidah yang ada.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan,dkk.2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Anina, Syaifatul. 2006. Implikatur Percakapan dalam Wacana Humor Berbahasa

Indonesia.Skripsi.Yogyakarta : UM.

Austin, J.L. 1962. How to Do Things with Words. New York : OxfordUniversity Press.

Brown, Gillian dan George Yule, 1966. Discourse Analysis. London : Combridge University Press.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik : Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka Cipta.

Cook,Guy.1989. Discourse. London : Oxford University Press.

Grice, H.P.1975. “Logic and Conversation” Syntax and Semantics, Speech Act,3. New York: Academic Press.

Halliday. 1973. Exploration in the Functions of Language. London :Edward Arnold.

Ismari. 1995. Tentang Percakapan. Surabaya :Airlangga University Press.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Leech, Geoffrey N. 1983. Principles of Pragmatics . Gramedia : London and New York.

Nasution, Dewana Indrianti. 2001. “Pasangan Bersesuaian dalam Wacana

Persidangan : Analisis Implikatur Percakapan.” (Skripsi). Medan :

Fakultas Sastra USU.

Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik : Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta :Airlangga.

Siregar, Asrul. 1997. “Pragmatik dalam Linguistik” (Diktat). Medan : Fakultas Sastra USU.

Soemarmo, 1988. Pragmatik dan Pengembangan Mutakhirnya. Universitas Katolik Atma Jaya : Jakarta.


(52)

Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa : Pengantar Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta :Duta Wacana University Press.

Tarigan, Henry Guntur.1993. Pengajaran Pragmatik. Bandung : Angkasa.

Wijana, I Dewa Putu. 1985. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta : Andi. --- 1995. Wacana Kartun dalam Bahasa Indonesia. Jakarta : Prisma. --- 2001.Implikatur dalam Wacana Pojok. Jakarta : Prisma.

Yule, George.1996. Pragmatics. New York : Oxford University Press. http :// Ketawa.com (diakses tanggal 10 Maret 2009)

http :// Tagally.com (diakses tanggal 20 April 2009) http :// Wikipedia.com (diakses tanggal 20 April 2009)


(53)

LAMPIRAN DATA

Wacana percakapan humor tanggal 20 Mei 2009 1.Apa yang ada di tengah sawah?.

Suwarno iseng-iseng bertanya kepada Suroto temannya yang sehari-hari bekerja di sawah. Suwarno tidak tamat sekolah SD.

Suwarno : “ Hei To,coba jawab, ada apa di tengah-tengah SAWAH…?” Soroto : “ yang pasti ada padi “

Suwarno : “Salah…hayo ada apa, coba dipikir dengan bener?”

Suroto : “ Ada tanah, air, rumput, kodok, belalang, siput, banyak deh “. Suwarno : “tetap salah”.

Suroto : “Jadi apa loh …? Kamu jangan sok tau gitu deh. Khan aku yang tiap hari di sawah”.

Suwarno : “ Wee makanya sekolah harus tamat…sebab yang ada di tengah SAWAH adalah huruf “W”.


(54)

Wacana percakapan humor tanggal 23 Mei 2009 2. Karet tengsin.

A : Karet apa yang tidak pernah dipakai di muka umum? B : Karet kondom

A : Salah! Coba lagi B : Karet kolor

A : Ngawur! Coba lagi B : Nyerah deh. Apaan sih? A : Karet Tengsin

B : ???


(55)

Wacana percakapan humor tanggal 27 Mei 2009 3. Guru kebingungan mengajar murid-muridnya.

Pada suatu hari seorang guru sedang mengajar kepada murid-muridnya, lalu murid-muridnya pun pada asik mengobrol dan sibuk dengan kegiatan sendiri. Sang guru pun marah karena dia merasa dicuekin oleh murid-muridnya lalu guru pun memulai aksi marah-marahnya.

Guru : "Kalian ini pada ngobrol aja... apa kalian tidak ada yang mau mendengarkan pelajaran ??"

Murid : "Tidak buuu...."(Sang guru pun makin kesal)

Guru : "Dasar kalian murid-murid bodoh... kenapa kalian bisa masuk ke sekolah ini...???"

Murid : "Karena kami ingin pintar buu.."

Guru : "Kalau begitu siapa yang merasa bodoh berdiri.... biar nanti saya ajar..." (Murid-muridpun hening karena tidak ada yang merasa dirinya bodoh, tapi tiba-tiba budi berdiri )

Guru : "Bagus Budi, kamu merasa diri kamu masih bodoh yah ??" Budi : "Tidak bu."

Guru : "Lalu kenapa kamu berdiri bud ?"

Budi : "Saya tidak tega saja bu ngeliat ibu berdiri sendirian..." Guru : "!!!!!!!!!"


(56)

Wacana percakapan humor tanggal 28 April 2009 4. Terserang penyakit kulit

Suatu pagi terjadi dialog antara dokter spesialis kulit dengan seorang pasiennya : Dokter : “Apa keluhan anda?”.

Pasien : “Kulit saya terasa gatal dok.” (sambil menunjuk tangan dan tubuhnya).

Dokter : (sambil memeriksa kulit dengan wajah) “anda rajin sholat ya…” Pasien : apa hubungannya dok?”.

Dokter : “ kulit anda terlihat bersih dan putih namun di dahi anda ada bercak hitam dua, biasanya kan karena sholat.”

Pasien : “ah… nggak juga dok.” Dokter : “coba anda berbaring.”

Pasien : (membuka baju dan berbaring) Dokter : “memeriksa dengan seksama.” Pasien : “bagaimana dok?”.

Dokter : “ setelah saya periksa dengan seksama, dua bercak hitam di dahi anda itu adalah kulit anda yang sebenarnya, sedangkan yang lainnya dari ujung kaki sampe kulit kepala adalah panu”.


(57)

Wacana percakapan humor di internet tanggal 1 Mei 2009 5. Debat ujian sidang akhir

Pada suatu hari seorang mahasiswa sedang mengikuti ujian sidang akhir semester yang diuji oleh 3 penguji,pada saat penyampaian materi,mahasiwa tersebut ditegur oleh penguji 1 supaya jangan terlalu cepat menyampaikan materinya.

Kemudian mahasiswa tersebut berkata : "LEBIH CEPAT LEBIH BAIK!!!" Penguji 1 berka : "Lebih cepat tapi tidak tepat

bagaimana?"

Penguji 2 berkata : "LANJUTKAN...!!!!"

Akhirnya penguji 1 dan penguji 2 terlibat debat yang sangat sengit, penguji 3 pun berkata "MERDEKA!!!!"


(58)

Wacana percakapan humor di internet tanggal 5 Mei 2009 6. Strategi jualan sayuran

Tukang Sayur : "Sayur...,sayur...beli sayur bu ?" Bu RT : "iya"

Tukang sayur : “ sayur apa bu?” Bu RT : “kacang panjang”

Tukang Sayur : "Ada banyak bu, silahkan pilih." Bu RT : "Seikat berapa bang ?"

Tukang Sayur : "3000 perak bu."

Bu RT : "Kacang panjang banyak bekas dimakan ulat begini kok mahal banget ?"

Tukang Sayur : "Ooh, kalau mau cari yang murah, pilihnya di rak bawah ini semua masih mulus-mulus dijamin tidak ada bekas ulat."

Bu RT : "Lebih murah...?"

Tukang Sayur : "Ya bu, memang dijual murah lha ulatnya aja kagak doyan makan yang itu."

Bu RT : "???!!!...kalau gitu saya beli yang banyak bekas ulatnya deh." Tukang Sayur : ... (kena deh....laku lagi)


(59)

Wacana percakapan humor tanggal 7 Mei 2009

7. STM Jurusan Biologi

Pada suatu hari MIUN melihat seorang anak muda yang berpakaian necis sedang baca koran dengan cara terbalik di sebuah halte. Anak muda tersebut bernama LADI.

Miun : "Mau kemana mas kok rapi banget?" Ladi : "Kerja bung !"

Miun : "Kerja di mana mas?" Ladi : "Di Bursa Efek Jakarta"

Miun : "Ehmmm..." (baca koran aza ke balik kerja di BEJ dalam hati miun) Ladi : "Sekarang saham dunia lagi anjlok payah deh...", celoteh ladi

Miun : "Eh mas ngomong-ngomong dulu sekolahnya apa kok bisa kerja di BEJ?"

Ladi : "STM..."

Miun : "Jurusan apa mas

Ladi : "BIOLOGI DONG... APALAGI YANG BISA NGANTAR GUE SUKSES KE BEJ KALAU BUKAN BIOLOGI..


(60)

Wacana percakapan humor di internet tanggal 9 Mei 2009 8. Saya tidak merokok

Pada suatu sore di suatu pusat perjalanan souvenir di Yogyakarta… ada seorang penjual asbak yang sedang menawarkan barang dagangannya kepada pengunjung.

Penjual asbak : “ mau beli asbak pak..?? 10.000 dapat tiga”. Pengunjung : “nggak.. saya tidak merokok…”

Penjual asbak : “ saya menawarkan asbak pak…bukan rokok…” Pengunjung : @@#%%^((*^&&%$%&…!!!!???


(61)

Wacana humor di internet tanggal 10 Mei 2009 9. Penghuni kamar mayat

Alkisah ada tiga mayat di salah satu kamar mayat sebuah Rumah Sakit di New York. Ketiganya dari daerah yang berbeda. Yang satu warga negara Amerika, satunya Belanda, dan yang satu lagi afrika. Anehnya ketiganya dalam kondisi “tersenyum”. Dengan penasaran si penjaga kamar mayat bertanya pada dokter yang mengantar ketiga jenajah tersebut.

Penjaga : “dokter mengapa si Amerika ini meninggal dalam kondisi tersenyum?”

Dokter : “oh, dia kena serangan jantung ketika sedang berselingkuh”. Penjaga : “lalu kenapa dengan si Belanda?”

Dokter : “dia kena serangan jantung karena terkejut ketika mendapat lotere jutaan dollar”.

Penjaga : “bagaimana dengan si Afrika ini, dokter?” Dokter : “tersambar petir”

Penjaga : “Loh, tapi kenapa dia tersenyum?”

Dokter : “ooh… sebab kilatnya dia sangka sinar blitzjadi dia pikir dia lagi difoto!”


(62)

Wacana percakapan humor di internet tanggal 11 Mei 2009 10. Isteri legislatif

Ada seorang anggota legislatif, di negeri Antah Berantah, yang sangat makmur sedang santai menikmati sore di rumah mewah mereka yang baru. Kemudian terjadilah percakapan yang mengerikan ini.

Isteri : “ Pa, apa benar kamu nggak pernah selingkuh atau tidur dengan wanita lain? ceritakan saja, aku nggak marah kok. Kan bagaimanapun semua itu telah berlalu.”

Suami : “Sumpah, nggak pernah ma, lalu apa kamu nggak pernah?”

Isteri : “ sebenarnya pernah sih, tapi kamu jamgan marah ya. Inget nggak waktu kamu dulu pulang dengan loyo karena lamaran keerjamu ke perusahaan itu di tolak dan besoknya tiba-tiba kamu dipanggil masuk kerja? Saya datangi bosmu di kantor dan saya memuaskan dia.”

Suami : (…sambil menelan air liur) “Eh, masa Cuma itu, ada nggak yang lain?”

Isteri : “Masih ada juga sih, waktu dulu kamu mengajukan kenaikan gaji dan ditolak namun kemudian dinaikkan dua kali lipat, malam itu saya datangi rumah bosmu dean saya kenyangkan dia semalam suntuk.” Suami : (…gluk…)”trus cuma itu?”

Isteri : “sebenarnya sih terpaksa, tapi gimana lagi . masih ingat nggak waktu itu kamu mengikuti pemungutan suara untuk calon legislatif dan masih kurang 150 suara lagi untuk menang?”


(63)

Wacana percakapan humor di internet tanggal 12 Mei 2009 11. Menyanyikan lagu cicak-cicak di dinding

Guru :”Andi, dari tadi kamu tidak memerhatikan ibu. Sekarang coba kamu maju dan menyanyikan sebuah lagu. Karena agak takut, Andi menyanyi dengan pelan :cicak-cicak di dinding…..”

Guru : “kurang besar”

Andi : “tokek-tokek di dinding…” Guru : “kurang besar…!

Andi : “buaya-buaya di dinding…”

Guru : “Andi…, yang ibu maksudkan suaramu yang kurang besar., bukan binatangnya”.


(64)

Wacana percakapan humor di internet tanggal 13 Mei 2009 12. Paku seng tidak ada

Biasanya toko matrial dimiliki oleh orang-orang turunan Tionghoa. Tapi ada seorang perantau dari Ambon ke Jakarta mencoba mengadu nasib untuk buka toko matrial.

Menurut cerita ini adalah hari perdana dibika toko tersebut. Pembeli : (kebetulan orang Jakarta) “ bang beli paku dong”. Pemilik toko : “ wah kalo paku seng ada”.

Pembeli : “Iya bang, kebetulan saya memang mau beli paku seng”. Pemilik toko : “ eh sudah to, beta su bilang paku seng ada”.

Pembeli : “walah abang ini bercanda aja, saya kan mau beli paku seng”. Pemilik toko : “ beta minta maap sakali lai bang, paku seng ada”.

Pembeli : (ngomel-ngomel)????


(65)

Wacana percakapan humor di internet tanggal 14 Mei 2009 13. Membeli ceker ayam

Seorang ibu di pasar hendak membeli ayam, dia lalu pergi ke tukang ayam, terjadilah dialog antara Ibu dan tukang ayam.

Ibu : “Pak ceker ayamnya berapa harganya kalau 2 kilo?” Tukang Ayam : “2 kilo hanya 5000 bu..”

Ibu : “boleh saya tawar nggak?”

Tukang ayam : “Oh, boleh saja, ibu mau nawar berapa?” Ibu : “4000 boleh nggak?”

Tukang ayam : “3000 aja ya bu?”

Ibu : (Bingung) “Lhokok 3000?, tapi oke deh…” Akhirnya si tukang ayam menyerahkan plastik berisi kaki ayam Ibu : “Lho, kok kakinya kiri-kanan?

Tukang ayam : iya dong! Memangnya kenapa?”

Ibu : “saya maunya kaki yang kanandoang,,,soalnya kalau kaki yang kiri bekas nyebok!!”


(66)

Wacana humor di internet tanggal 14 Mei 2009 14.Pengacara yang Baik Hati

Sore itu, seorang pengacara sedang mengendarai limousinnya ketika ia melihat dua orang sedang makan rumput di tepi jalan. Ia memerintahkan sopirnya berhenti dan keluar dari mobil.

"Mengapa kalian makan rumput?" tanyanya.

"Kami tidak punya uang buat beli makanan," jawab yang seorang. "Oh, kalau begitu kamu ikut aku," perintah si pengacara.

"Tapi, pak, saya punya istri dan dua orang anak!"

"Bawa mereka juga!" jawab si pengacara, lalu menunjuk orang satunya, "kamu juga ikut aku."

"Tapi, Pak, anak saya enam!" kata orang kedua.

"Bawa mereka juga!" jawab sang pengacara sambil menuju ke limousinnya. Mereka semua masuk ke mobil dengan susah payah (padahal limousin sudah termasuk mobil besar lho ....)

Dalam perjalanan, salah satu gelandangan berkata, "Pak, Anda orang yang sangat baik hati. Terima kasih telah bersedia membawa kami semua bersama Anda." Jawab si pengacara, "Jangan khawatir, rumput di rumah saya hampir setengah meter tingginya."


(67)

Wacana percakapan humor di internet tanggal 15 Mei 2009 15. Dipecat Oleh Sang Majikan

Seorang pembantu rumah tangga keluarga Rochatie, suatu malam bermimpi kereta api yang ditumpangi majikannya masuk jurang di Banyumas.

Ke esokan hari dipanggil majikannya,ia di suruh menjaga rumah.Karena mereka mau ke Purwokerto,untuk liburan sekolah.

Dan si pembantu itu lalu menceritakan tentang mimpi buruknya semalam, dan juga perjalanan ke Purwokerto tertunda karena suami belum mendapat cuti.

Dan esoknya di televisi,KA Bengawan masuk kejurang,Rochatie lalu memanggil si pembantu dan bilang sbb :

Rochatie : "Ya mimpimu benar,kamu saya pecat dari pekerjaanmu."

Pembantu : "Saya sudah menyelamatkan nyawa Ibu sekeluarga, kok saya malahan dipecat dari pekerjaan..?"


(68)

Wacana percakapan humor di internet tanggal 16 Mei 2009

16. Hakim dan 3 Orang Pencuri

Ada 3 orang pencuri diadili di Pengadilan. Ketiganya disidang bersama-sama di hadapan Hakim.

Hakim : "Apa Kesaksianmu???"(bertanya pada pencuri 1) Pencuri 2 : "Tidak Bersalah Pak!!!"

Hakim : "DIAM!!!, Aku tidak berbicara padamu...!!!" Pencuri 3 : "Tapi Pak, saya kan tidak bicara apa-apa..." Hakim : "!!!!?????#$!!!"


(69)

Wacana percakapan humor tanggal 17 Mei 2009

17.Meminjam Uang Ke Pepi

Suatu hari Budi meminjam uang kepada temanya yang bernama Pepi. Budi : "Pi gue minjam uang gak?"

Pepi : "Emang napa?"

Budi : "Pi tadi pagi aku mengalami kecelakaan." Pepi : "Kecelakaan ? siapa yang lu tabrak?"

Budi : "Begini ceritanya tadi pagi pas gue nyebrang jalan ada truk fuso 12 ban yang nabrak gue."

Pepi : "Yah lu kan gak kenapa- napa dan.."

Budi : "Ntar dulu gue belum selesai pas tu truk nabrak gue ntu truk malah peyot dan kaburator nya pecah si supir mintak ganti sama gue"

Pepi : "Yah itu belum seberapa sama kereta api yang harus gue ganti sekarang" Budi : "Emang napa kereta api nya?"

Pepi : "Waktu gue lewatin rel kereta api gak sengaja tangan gue tersengol kereta api yang masih jalan."

Budi : "Trus?"

Pepi : "Itu kereta api terbalik balik gara gara tersikut gue, untung tu kereta api lagi kosong jadi gue hanya mengganti kereta nya aja dan duit gue habis untuk itu."

Budi : "Dasar pelit lu.." Pepi : "He he he...


(1)

Wacana percakapan humor di internet tanggal 16 Mei 2009

16. Hakim dan 3 Orang Pencuri

Ada 3 orang pencuri diadili di Pengadilan. Ketiganya disidang bersama-sama di hadapan Hakim.

Hakim : "Apa Kesaksianmu???"(bertanya pada pencuri 1) Pencuri 2 : "Tidak Bersalah Pak!!!"

Hakim : "DIAM!!!, Aku tidak berbicara padamu...!!!" Pencuri 3 : "Tapi Pak, saya kan tidak bicara apa-apa..." Hakim : "!!!!?????#$!!!"


(2)

Wacana percakapan humor tanggal 17 Mei 2009

17.Meminjam Uang Ke Pepi

Suatu hari Budi meminjam uang kepada temanya yang bernama Pepi. Budi : "Pi gue minjam uang gak?"

Pepi : "Emang napa?"

Budi : "Pi tadi pagi aku mengalami kecelakaan." Pepi : "Kecelakaan ? siapa yang lu tabrak?"

Budi : "Begini ceritanya tadi pagi pas gue nyebrang jalan ada truk fuso 12 ban yang nabrak gue."

Pepi : "Yah lu kan gak kenapa- napa dan.."

Budi : "Ntar dulu gue belum selesai pas tu truk nabrak gue ntu truk malah peyot dan kaburator nya pecah si supir mintak ganti sama gue"

Pepi : "Yah itu belum seberapa sama kereta api yang harus gue ganti sekarang" Budi : "Emang napa kereta api nya?"

Pepi : "Waktu gue lewatin rel kereta api gak sengaja tangan gue tersengol kereta api yang masih jalan."

Budi : "Trus?"

Pepi : "Itu kereta api terbalik balik gara gara tersikut gue, untung tu kereta api lagi kosong jadi gue hanya mengganti kereta nya aja dan duit gue habis untuk itu."

Budi : "Dasar pelit lu.." Pepi : "He he he...


(3)

Wacana percakapan humor di internet tanggal 18 Mei 2009 18. Kosim hobbi berburu burung

Saya punya tetangga namanya Kosim, dia punya hobbi berburu burung. Pada suatu hari Kosim berangkat untuk berburu. Berhubung agak jauh, Kosim berangkat dengan mengendarai sepeda motor ketika di tengah perjalanan Kosim bertemu dengan Pak polisi, kemudian polisi itu menyuruh Kosim berhenti.

Pak polisi bertanya, “mana Sim?” Kosim menjawab “cari burung pak!” Polisi bertanya lagi, “mana Sim?” Kosim : “cari burung pak…!!” Polisi : “mana Siiim…?”

Kosim : “cari burung paaak…!!!” Polisi :” kutilang kau !..”


(4)

Wacana percakapan humor di internet tanggal 19 Mei 2009 19. Gara-gara belum dikocok

Siang itu aku ada janji sama salah satu dokter di rumah sakit jiwa berhubungan dengan penelitian yang aku kerjakan. Sesampainya di rumah sakit aku langsung menemui dr. Bambang.

Aku : “permisi dok….”

Dokter : “mari masuk mas…langsung saja kita berkeliling melihat kondisi para

pasien”.

Aku : “ baik kalau begitu dok…” (aku jalan dan mengikuti dokter Bambang)

Kami berdua berjalan mengelilingi blok demi blok sambil sesekali aku lemparkan pertanyaan lalu tiba-tiba seorang perawat datang menghampiri kami berdua.

Suster : “dok gawat dok…..benar-benar gawat dok….” Dokter : “gawat kenapa suster…?”

Suster : “ini benar-benar gawat dok…” Dokter :”iya kenapa?”

Suster : “ Paimo dok dia habis minum obat dari saya langsung berguling-guling dok.”

Dokter :” Lha kok bisa..?.. kamu nggak salah kasih obat kan suster..??.? Suster : “ nggak dok..gak mungkin saya salah kasih obat”

Dokter : “kalau begitu mari kita lihat.”

Kami bertiga dengan wajah tegang menghampiri sel Paimo sampai di depan sel kami melihat Paimo berguling-gulingdokter bertanya,

Dokter : “ Paimo…Paimo… kamu kenapa Paimo…?” (sambil memegangi Paimo)

Paimo : “ anu dok saya habis minum obat dok.” Dokter : “obat yang biasanya kan Paimo?.”

Paimo : “ iya dok yang biasanya..kapsul..tablet..dan sirup dok..”

Dokter : “ lalu kenapa kamu bisa jadi berguling-guling seperti ini Paimo..??”

Paimo : “anu dok masalahnya satu dok…OBAT YANG SIRUP LUPA BELOM DI KOCOK dok….makanya saya KOCOKnya di perut dok….”


(5)

Wacana percakapan humor tanggal 20 Mei 2009

20.Udin dan Nurlela

Alkisah terdapat seorang pemuda tanggung berusia belasan tahun, bernama UDIN.. Udin sangat menyukai seorang gadis, LELA, yang merupakan anak dari seorang kyai ternama di lingkungan masyarakatnya. Kyai yang biasa dipanggil PAK HAJI itu mengajar di banyak pengajian, di antaranya pengajian ibu-ibu, pengajian bapak-bapak, juga pengajian untuk para pemuda-pemudi.

Udin yang sangat menyukai Lela, akhirnya memutuskan untuk mengikuti pengajian yang dipimpin oleh Pak Haji itu, karena Lela aktif di situ. Semakin lama Udin semakin rajin dan cepat menangkap apa yang diajari oleh Pak Haji, akhirnya Udin tumbuh menjadi pemuda yang pandai mengaji.

Suatu hari, Udin tidak tahan untuk menunjukkan rasa sukanya pada Lela, tapi dia tau, Lela tidak akan mau menerima cintanya, karena Lela gadis yang SANGAT PATUH dan TAAT pada orang tuanya..

Setelah berfikir lama, akhirnya Udin memutuskan satu cara..

Saat itu Pak Haji sedang menunaikan shalat sunnah di Mushalla samping rumahnya selepas pengajian. Semua murid sudah pulang, tinggal Udin seorang. Ketika Pak Haji sedang dzikir, Udin menyembunyikan sandal Pak Haji di bawah pohon samping Mushalla. Saat Pak Haji hendak pulang, beliau mencari sandalnya. Ketika dilihatnya si

Udin, Pak Haji bertanya :

Pak Haji : "Din, lu liat sendal gua kaga?" Udin : "Sendal yang mana Pak Aji??"

Pak Haji : "Sendal yang biasa gua pake.. yang kulit.."

Udin : "Oh, yang itu, perasaan tadi dibawa pulang dah ama si Lela."

Pak Haji : "Kok di bawa pulang? Ambilin dah Din, tolong. Masa iya gua pulang kaga pake sendal."

Udin : "Iya, Pak Aji, bentar ya"

Berangkatlah Udin ke rumah Pak Haji yang notabene di samping Mushalla itu. Sampai di depan, udin mengetuk pintu rumah Pak Haji, dan ternyata Lela yang membuka pintu rumahnya.

Udin : "Assalamu'alaikum, La"

Lela : "Wa'alaikumussalam. Ada apa bang?"

Udin : "Gini La, Pak Aji NYURUH KAMU NYIUM SAYA" Lela : "Hah?? Maksud abang Udin apaan sih? Masa baba gitu?" Udin : "Bener La. Masa iya saya boong, nih saya tanyain ya" Udin : (teriak ke arah Mushalla) : "Pak Ajiii,, GA DIKASIH NIIIIH"

Pak Haji : (teriak juga) : "KASIH LELAAAA..."

Lela yang kaget tidak percaya agak bengong sebentar, tapi karena dia anak yang sangat patuh pada orang tua, akhirnya mencium pipi kiri Udin. Udin yang


(6)

Pak Haji : (teriak lagi juga ke rumah) : "KASIH DUA-DUANYA NURLELAAAA..."

Akhirnya Lela nyerah, dia pun mencium pipi kanan Udin.. Dengan hati riang karna siasatnya berhasil, setelah berterima kasih ke Lela, Udin pun mengambil sandal kulit Pak Haji yang tadinya disembunyikan di bawah pohon samping Mushalla, kemudian memberikannya kepada Pak Haji yang sudah menunggu di teras Mushalla.

Udin : (sambil menyodorkan sandal kulit), "Ini Pak Aji, sendalnya. Bener kan ama si Lela.


Dokumen yang terkait

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA SEBAGAI PEMBENTUK WACANA HUMOR PADA TUTURAN DIALOG WAYANG KAMPUNG SEBELAH DI MNC TV Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Sebagai Pembentuk Wacana Humor Pada Tuturan Dialog Wayang Kampung Sebelah Di MNC TV Dan Implikasi Pembentuk

0 7 14

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA SEBAGAI PEMBENTUK WACANA HUMOR PADA TUTURAN DIALOG WAYANG KAMPUNG SEBELAH DI Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Sebagai Pembentuk Wacana Humor Pada Tuturan Dialog Wayang Kampung Sebelah Di MNC TV Dan Implikasi Pembentuk Teks A

0 5 12

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR WACANA HUMOR DALAM RUBRIK “MESEM” Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Dan Implikatur Wacana Humor Dalam Rubrik “Mesem” Surat Kabar Harian Warta Jateng.

0 1 12

PENDAHULUAN Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Dan Implikatur Wacana Humor Dalam Rubrik “Mesem” Surat Kabar Harian Warta Jateng.

0 0 4

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR WACANA HUMOR DALAM RUBRIK “MESEM” Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Dan Implikatur Wacana Humor Dalam Rubrik “Mesem” Surat Kabar Harian Warta Jateng.

0 0 14

Pelanggaran prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan dalam acara Tatap Mata di Trans 7 sebagai wahana menciptakan humor verbal lisan.

0 5 316

Kumpulan humor gusdur di internet KUMPULAN HUMOR GUS DUR DI INTERNET

0 1 58

PELANGGARAN PRINSIP PERCAKAPAN PADA TUTURAN HUMOR DALAM ACARA “INI TALKSHOW”: KAJIAN SOSIOPRAGMATIK -

0 0 33

Implikatur Percakapan dalam Presentasi P (2)

1 6 13

View of IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM DIALOG HUMOR

0 0 8