Pengertian Izin Usaha Perkebunan Untuk Budidaya IUP-B

luasan tertantu, prosedur tetap di tangan menteri dan menyangkut pemberian haknya oleh instansi yang terkait. Dalam Pasal 10 UU Nomor 18 Tahun 2004 dinyatakan bahwa, penggunaan tanah untuk usaha perkebunan, luas maksimum dan luas minimumnya ditetapkan oleh Menteri, sedangkan pemberian hak atas tanah ditetapkan oleh instansi yang berwenang di bidang pertanahan ayat1 dalam menetapkan luas maksimum dan luas minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, menteri berpedoman pada jenis tanaman, ketersediaan tanah yang sesuai secara agroklimat, modal, kapasitas pabrik, tingkat kepadatan penduduk, pola pengembangan usaha, kondisi geografis, dan perkembangan teknologi ayat2. Dilarang memindahkan hak atas tanah usaha perkebunan yang mengakibatkan terjadinya satuan usaha yang kurang dari luas minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ayat3. Pemindahan hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 dinyatakan tidak sah dan tidak dapat didaftarkan ayat4. Sementara itu, usaha perkebunan yang telah diberikan dengan hak guna usaha ini, mempunyai jangka waktu yang telah ditentukan oleh Peraturan Perundang- Undangan. Hal ini sesuai ketentuan dalam Pasal 11 UU Nomor 18 Tahun 2004 dinyatakan bahwa, hak guna usaha untuk perkebunan diberikan dengan jangka waktu paling lama 35 tiga puluh lima tahun ayat1. Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, atas permohonan pemegang hak diberikan perpanjangan jangka waktu paling lama 25 dua puluh lima tahun oleh instansi yang berwenang di bidang pertanahan, jika pelaku usaha perkebunan yang bersangkutan menurut penilaian menteri, memenuhi seluruh kewajiban dan melaksanakan pengelolaan kebun sesuai dengan ketentuan teknis yang ditetapkan ayat 2. Setelah jangka waktu panjang sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 berakhir, atas permohonan bekas pemegang hak diberikan hak guna usaha baru, dengan jangka waktu sebagaimana yang ditentukan dalam ayat 1 dan persyaratan yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, ayat 3. Pada sisi lain, dalam perjalanan pengelolaan hak guna usaha dapat saja diberhentikan di tengah perjalanan, apabila penilaian yang dilakukan menteri menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan persyaratan yang di tentukan. Hal ini sesuai ketentuan Pasal 12 UU Nomor 18 Tahun 2004 dinyatakan bahwa, menteri dapat mengusulkan kepada instansi yang berwenang di bidang pertanahan untuk menghapuskan hak guna usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1, apabila menurut penilaian menteri hak guna usaha yang bersangkutan tidak dimanfaatkan sesuai rencana yang dipersyaratan dan diterlantarkan selama 3 tiga tahun berturut-turut sejak diberikan hak guna usaha yang bersangkutan.

2.3 Beberapa elemen Pokok Perizinan

Izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan Perundang- Undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur dan persyratan tertentu. Dari pengertian ini ada beberapa unsur dalam perizinan, yaitu sebagai berikut: 3 3 Ridwan, H.R., Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Rajagrafindo,2006, hlm. 210-217. 1 Wewenang Salah satu prinsip dalam Negara hukum adalah wetmatigheid van bestuur atau pemerintah berdasarkan peraturan perundang- undang. Dengan kata lain, setiap tindakan hukum pemerintah,baik dalam menjalankan fungsi pengaturan maupun fungsi pelayanan, harus didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Om positief recht ten kunnen vasstellen en handhaven is een bevoegdheid noodzakelijk. Zonder bevoegdheid kunnen geen juridisch concrete besluiten genomen worden, 4 untuk dapat malaksanakan dan menegakkan ketentuan hukum positif perlu wewenang. Tanpa wewenang tidak dapat dibuat keputusan yuridis yang bersifat konkret. 2 Izin Sebagai Bentuk Ketetapan Dalam Negara hukum modern tugas dan kewenangan pemerintah tidak hanya sekedar menjaga ketertiban dan keamanan rust en orde, tetapi juga mengupayakan kesejahteraan umum bestuurszorg.Tugas dan kewenangan pemerintah untuk menjaga ketertiban dan keamanan merupakan tugas klasik yang sampai kini masih tetap dipertahankan. Dalam rangka melaksanakan tugas ini kepada pemerintah diberikan wewenang dalam bidang pengaturan, yang dari fungsi pengaturan ini muncul beberapa instrument yuridis untuk menghadapi peristiwa individual dan konkret, yaitu dalam bentuk ketetapan, sesuai dengan 4 F.A.M. Stroink en J.G Steenbeek, Inleideng in het Staats-en Administratief Recht.Alpen aan den Rijn: Samson H.D. Tjeenk Wilink, 1985, hlm. 26.