Penyelesaian pengaduan dan sengketa

a Mendapatkan pelayanan perizinan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan pelayanan; b Mengetahui sistem, mekanisme, dan prosedur pelayanan; c Mendapat tanggapan atas keluhan yang diajukan secara layak; d Mendapatkan advokasi, perlindungan, dan pemenuhan pelayanan. Adapun kewajiban masyarakat adalah : a Mengawasi dan memberitahukan kepada instansi pemberi layanan perizinan untuk memperbaiki pelayananya apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku; b Melaporkan penyimpangan pelaksanaan pelayanan kepada Ombudsman apabila penyelenggara tidak memperbaiki pelayanan seperti dalam 1 diatas; c Mematuhi dan memenuhi persyaratan, sistem, dan mekanisme prosedur pelayanan perizinan; d Menjaga dan turut memelihara berbagai sarana dan prasarana pelayanan umum; e Berpartisipasi aktif dan mematuhi segala keputusan penyelenggara. e Fungsi pemberian izin Ketentuan tentang perizinan mempunyai fungsi 16 yaitu sebagai fungsi penertib dan sebagai fungsi pengatur. Sebagai fungsi penertib, dimasudkan agar izin atau setiap izin atau tempat-tempat usaha, bangunan dan bentuk kegiatan masyarakat lainnya tidak bertentangan satu sama lain, sehingga ketertiban dalam setiap segi kehidupan masyarakat dapat terwujud. Sebagai fungsi mengatur dimaksudkan agar perizinan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya, sehingga terdapat penyalahgunaan izin yang telah di berikan, dengan kata lain, fungsi pengaturan ini dapat di sebut juga sebagai fungsi yang dimiliki oleh pemerintah. Dalam hal izin mendirikan Bangunan, fungsi dari izin bangunan ini dapat dilihat dalam beberapa hal. 2.5 Penegakan Hukum Lingkungan Administrasi 1 Pengawasan Dari sisi hukum administrasi, pengawasan merupakan tugas utama dari pejabat yang berwenang.Ada prinsip umum yang menjadi pegangan dalam hukum ada prinsip umum yang menjadi pegangan dalam hukum administrasi, bahwa pejabat yang berwenang memberikan izin bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan terhadap izin yang diberikan. Sebagai contoh, pemberian izin 16 Ibid., hlm. 193. Peralihan penanaman dari sawit ke tebu oleh PT. Bangun Nusa Indah Lampung yang merupakan wewenang Bupati untuk memberikan izin tersebut. UUPPLH-2009 mengatur pembagian wewenang pengawasan antara menteri lingkungan hidup dengan Gubernur dan BupatiWalikota dalam Undang-Undang ini ditegaskan bahwa Menteri, Gubernur, dan BupatiWalikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha danatau kegiatan atas ketentuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan serta ketaatan izin lingkungan. 2 Sanksi Administrasi Sanksi administrasi memiliki fungsi yang sangat penting dalam penegakan hukum lingkungan administrasi.Sanksi administarsi memiliki fungsi instrumental, yaitu pencegahan dan penanggulangan perbuatan terlarang dan terutama ditujukan kepada perlindungan kepentingan yang dijaga oleh ketentuan hukum yang dilanggar. 17 Sanksi administrasi juga memiliki fungsi reparatoir, yaitu untuk memulihkan keadaan dengan demikian melalui fungsi instrumental dan fungsi reparatoir tersebut, sanksi administrasi sangat diperlukan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran-perusakan lingkungan. Karena itu, penerapan sanksi administrasi secara konsisten, terutama yang bersifat pemulihan keadaan sangat diperlukan untuk mendukung terwujudnya pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. 17 Siti Sundari Rangkuti, “Penegakan Hukum Lingkungan Administrasi Administrative EnvironmentalLaw Enfontcement ”, Bahan Penataran Nasional Hukum Lingkungan, Eks Kerjasama Hukum Indonesia-Belanda, Surabaya: FH Universitas Airlangga, 11-19 Desember 1996, hlm. 20. Beberapa jenis sanksi administrasi sebagai instrument penegakan hukum lingkungan administrasi adalah: a Paksaan pemerintahan bestuursdwang = executive coercion; b Uang paksaan dwangsom = coercive sum; c Penutupan tempat usaha sluiting van een inrichting; d Penghentian sementara kegiatan mesin perusahaan buiten gebruikstelling van een toestel; e Pencabutan izin. Sanksi Administrasiyang dilakukan oleh Bupati Tulang Bawang terhadap PT. Bangun Nusa Indah Lampung berupa Penarikan izin sebagai sanksi administrasi termasuk kategori keputusan penegakan hukum handhaving-beschikkingen dalam UUPPLH-2009 digunakan istilah pencabutan izin lingkungan sanksi ini merupakan upaya paling akhir dalam rangkaian proses penegakan hukum lingkungan administrasi, karena memiliki berbagai dampak non yuridis terhadap pekerja itulah sanksi inisulit diterapkan, Tetaplah apa yang dikatakan Chambliss dan Siedman, bahwa bekerjanya hukum ditentukan oleh kekuatan personal dan sosial di luar lembaga pembuat aturan, lembaga penerap sanksi dan pemegang peran hal ini juga selaras dengan teori sibernetika Talcot Parson, 18 bahwa apa yang biasa dilakukan hukum ditentukan oleh arus energi dari politik dan ekonomi. 18 Satjipto Raharjo,ILmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991, hlm. 135-136; Peter Beilharz, Teori-teori Sosial: Observasi Kritis terhadap Filosof Terkemuka, Yokyakarta: Pustaka Pelajar,2005, hlm.291-299. 3 Gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara Selain pengawasan dan sanksi administrasi, sejak berlakunya UU No. 5 Tahun 1986 jo. UU No. 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, penegakan hukum lingkungan administrasi dapat dilakukan melalui gugatan ke Pengadilan TataUsaha Negara.Gugatan tersebut dapat diajukan oleh orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh pejabat yang berwenang.Dengan demikian yang menjadi objek sengketa TUN adalah KTUN yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang. Pengertian KTUN sebagai objek sengketa TUN dirumuskan secara tegas dalam Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986, yaitu suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Menurut ketentuan Pasal 53 ayat 2 UU No. 5 Tahun 1986, ada dua alasan yang dapat digunakan untuk mengajukan gugatan TUN tersebut, yaitu a Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan Perundang- Undangan yang berlaku; b Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik. Dengan demikian, ketentuan ini sekaligus menjadi tolak ukur penilaian bagi yang akan mengajukan gugatan dan bagi hakim yang menangani suatu perkara. Jika dikaitkan dengan UUPPLH-2009, maka salah satu bentuk konkret dari KTUN adalah izin lingkungan hidup menurut Pasal 93 ayat 1 UUPPLH-2009, gugatan dapat diajukan oleh setiap orang terhadap KTUN apabila: a Badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan kepada usaha danatau kegiatan yang wajib amdal tetapi tidak dilengkapi dengan dokumen amdal; b Badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan kepada kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL; danatau c Badan atau pejabat tata usaha negara yang menerbitkan izin usaha dan atau kegiatan yang tidak dilengkapi dengan izin lingkungan. Dari ketentuan tersebut maka izin lingkungan dan izin usaha danatau kegiatan merupakan dua bentuk KTUN yang dapat dijadikan objek gugatan ke Pengadilan TUN apabila memenuhi kriteria objek gugatan ke Pengadilan TUN apabila memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat 1 UUPPLH- 2009. Kriteria tersebut menjadi tolak ukur penilaian bagi yang akan mengajukan gugatan atau bagi hakim yang menangani suatu perkara. Dari hasil penilaian tersebut jika orang atau badan hukum perdata beranggapan bahwa KTUN yang diterbitkan, memenuhi ketentuan Pasal 93 ayat 1 UUPPLH- 2009 dapat diajukan gugatan administratif gugatan harus diajukan secara tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar KTUN yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai ganti rugi danatau rehabilitasi. Sengketa PT. Bangun Nusa Indah Lampung dan Bupati Tulang Bawang Hanan A. Razak bermuladari niat perusahaannya mengganti komoditas tanaman perkebunan dari kelapa sawit menjadi tebu Pergantian komoditas itu dalam rangka mendukung pencapaian program swasembada gula nasional. Berdasarkan Surat Menteri Pertanian No.287TU.210M112007, Provinsi Lampung telah ditetapkan sebagai sentra pengembangan tebu nasional. Bahkan dalam rangka mendukung swasembada gula nasional itu, PT. Bangun Nusa Indah Lampung juga telah membangun pabrik gula di Kecamatan Terbanggi besar, Lampung Tengah. Untuk itu, hasil tebu yang ditanam di Wilayah Tulang Bawang nantinya disuplai ke pabrik yang pembangunannya baru 30 persen sehingga sebagai wujud perubahan jenis tanaman dari kelapa sawit menjadi tebu, PT. Bangun Nusa Indah Lampung telah memperoleh izin usaha perkebunan untuk budi daya IUP-B tanaman tebu dari Bupati Tulang Bawang No. B243II1HKPB2013 pada tanggal 12 Agustus 2013, untuk mendapatkan IUP- B itu perusahaannya telah memenuhi prosedur dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pertanian Permentan No.26PermentanOT.14022007 tanggal 28 Februari 2007 tentang Pedoman Izin Usaha Perkebunan. Menurut Direktur PT. Bangun Nusa Indah Lampung Agus Susanto, pada Pasal 27 ayat 1 dan 2 yang mengatur tentang masalah ini, tidak ada aturan yang mengharuskan mengenai kepemilikan Amdal hanya disyaratkan rekomendasi dari dinas yang membidangi perkebunan di ProvinsiKabupaten dan rekomendasi kesesuaian dengan rencana makro pembangunan perkebunan Provinsi Lampung terhadap hal tersebut perusahaannya telah memenuhi beberapa persyaratan yakni rekomendasi kesesuaian dengan rencana makro pembangunan perkebunan dari Dinas Perkebunan Provinsi Lampung No. 525.21464III.13E.22013 tanggal 9 Juli 2013, Lalu Keputusan Bupati Tulang Bawang No.B221.II.1HKTB2013 tanggal 26 Juli 2013 tentang Pembentukan Tim Teknis Perizinan Usaha Perkebunan Kabupaten Tulang bawang, Kemudian persetujuan perubahan jenis tanaman IUP-B PT BNIL dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Tulang Bawang No. B243II.1HKTB2013 tanggal 12 Agustus 2013. Masalah Amdal muncul pada IUP-B yang ditandatangani Bupati Tuba Hanan A. Rozak karena khawatir terjadi kerusakan lingkungan, pada IUP-B yang diterbitkan untuk PT Bangun Nusa Indah Lampung itu, Bupati Tulang Bawang memang tetap mengsyaratkan kepemilikan Amdal. Menurut Direktur PT. Bangun Nusa Indah Lampung Agus Susanto sebagai perusahaan taat aturan pihaknya langsung menindaklajuti klausul itu. Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Permen-LH No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha danatau Kegiatan yang Wajib Memiliki Amdal, PT Bangun Nusa Indah Lampung telah melaksanakan Amdal Pihak perusahaan lantas menunjuk konsultan yang diketuai oleh Dr. Henrie Bucharie yang merupakan konsultan tersertifikasi. Adapun tahapan pelaksanaannya berawal dari konsultan yang mengajukan kerangka acuan Amdal ke Pemkab Tulang Bawang, namun mengingat di Tulang Bawang belum ada tim penilai Komisi Amdal, maka Pemkab menyerahkan penilaian Amdal ke tim penilai Pemprov Lampung dengan surat pengantar pengajuan Amdal PT. Bangun Nusa Indah Lampung No.660660III.7TBII2014 tanggal 19 Februari 2014 tahapan ini kemudian berlanjut dengan terbitnya rekomendasi kesesuaian lahan PT. Bangun Nusa Indah Lampung Nomor 050.1153III.2VITB2014 tanggal 14 Juni 2014. Kemudian pembahasan kerangka acuan kegiatan pembangunan perkebunan tebu PT. Bangun Nusa Indah Lampung yang dilaksanakan pada 18 Maret 2014 dengan No. 32KOMDAL-BA11.-42014. Kerangka acuan itu akhirnya disetujui pada 23 September 2014. Tidak sampai di situ, kerangka acuan kemudian ditindaklanjuti dengan draf dokumen Amdal yang dibahas dalam sidang tim teknis komisi penilai Amdal Provinsi Lampung pada 16 Februari 2015. Hal ini tertuang pada berita acara No. 28KOMDAL-BAII.052015 yang menerangkan bahwa amdal dapat dilanjutkan ke sidang tim komisi penilai.Selanjutnya, pada 2 April 2015 dilaksanakan sidang komisi penilai Amdal Lampung yang dihadiri oleh komisi penilai Amdal provinsi, dinas-dinas terkait di Pemkab Tulang Bawang, staf ahli Universitas Lampung, Polda Lampung, unsur pimpinan Kecamatan dan tokoh-tokoh Kecamatan Banjarmargo dan Penawartama, serta tim penyusun Amdal dan pemrakarsa. Berdasarkan hasil sidang komisi penilai Amdal Lampung, dinyatakan rencana kegiatan pembangunan perkebunan tebu di Kecamatan Penawartama dan Banjarmargo oleh PT. Bangun Nusa Indah Lampung secara ekologi layak untuk dilanjutkan dan disetujui seluruh peserta sidang. Pada 15 April 2015, PT. Bangun Nusa Indah Lampung mengajukan pengesahan Amdal ke tim Komisi Amdal Provinsi Lampung dan saat menunggu pengesahan, terjadi pergantian Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah BPLHD Lampung dari Taufik Hidayat kepada Fitter Syahboedin, masalah ini sedikit terhambat hingga kasus ini mencuat Amdal belum kunjung diizinkan untuk itu, Agus Susanto salaku Direktur PT. Bangun Nusa Indah Lampung mengaku pihaknya telah melayangkan surat permohonan kedua agar izin Amdal bisa segera diterbitkan. Terkait masalah tersebut PT. Bangun Nusa Indah Lampung mengajukan gugatan Ke PTUN Bandar Lampung dan dalam putusannya majelis hakim menilai tindakan Bupati Tulang Bawang mencabut Keputusan No. 243 bertentangan dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 26 Tahun 2007 yang mengatur tentang pemberian izin usaha perkebunan. Selain itu, Majelis Hakim menilai Bupati Tulang Bawang menyalahi prosedur dalam pengambilan keputusan tentang pencabutan SK No.B243II.1HKTB2013.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini yang berdasarkan pada pokok permasalahan dilakukan dengan dua cara, yaitu pendekatan normatif dan pendekatan empiris: 1 Pendekatan normatif library research adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama atau mempergunakan data sekunder diantaranya ialah asas, kaidah, norma, dan aturan hukum yang terdapat dalam peraturan Perundang-Undangan dan peraturan lainnya. Pendekatan ini dikenal dengan nama pendekatan kepustakaan atau yang biasa disebut dengan studi kepustakaan atau studi dokumentasi, yakni dengan mempelajari buku- buku, peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, dan dokumen lain yang berkaitan denganTinjauan Yuridis Pencabutan Persetujuan Perubahan Jenis Tanaman Izin Usaha Perkebunan Untuk Budidaya IUP-B Terhadap PT. Bangun Nusa Indah Lampung. 2 Pendekatan empiris yaitu disebut juga dengan sosiologis field research adalah peneliti yang mempergunakan data primer yang merupakan hasil dari penelitian lapangan. Data yang diperoleh dari pendekatan ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari studi kepustakaan sebagai bahan utama penelitian ini. 3.2 Data dan Sumber Data Dalam penelitian hukum normatif empiris, data yang dipergunakan adalah data primer dan sekunder. 1 Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui penelitian di lapangan dengan cara wawancara kepada informan yaitu dengan Bapak Saut Sinurat S.H. selaku Kepala Bagiandi Kantor Hukum dan Perundang- Undangan Pemerintah daerah Kabupaten Tulang Bawang serta penelitian dilakukan di Wilayah Menggala, Kabupaten Tulang Bawang. 2 Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan pustakan. Data sekunder pada penelitian ini adalah SK pemberian izin dan SK Pencabutan izin, literatur-literatur tentang hukum perizinan, dan sumber lainnya yang berhubungan dengan bagaimana pencabutan persetujuan perubahan jenis tanaman untuk budidaya.

3.3 Metode Pengumpulan data dan Metode Pengolahan Data

Berdasarkan pendekatan masalah dan sumber data yang diperlukan, maka pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi pustaka dan studi lapangan.

3.3.1 Pengumpulan Data

1 Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder, dengan cara mempelajari konsep Hukum Perizinan dan cara penyelesaiannya dengan cara membaca, mengutip, mencatat, dan mengidentifikasi data yang sesuai dengan permasalahan. 2 Studi lapangan berguna untuk mengumpulkan data primer, sedangkan data primer diperoleh dengan cara wawancara terhadap informan.

3.3.2 Pengelolaan Data

Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya pengolahan data yang diperoleh digunakan untuk menganalisis permasalahan yang diteliti. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara : 1 Pemeriksaan data, yaitu melakukan pemeriksaan data yang terkumpul apakah data yang diperoleh sudah cukup lengkap, sudah cukup benar dan sesuai dengan permasalahan. 2 Klasifikasi data, yaitu dilakukan dengan cara mengelompokkan data sesuai dengan bidang pokok bahasan agar memudahkan dalam menganalisis. 3 Penyusunan data, yaitu dilakukan dengan cara menyusun dan menempatkan data pada tiap-tiap pokok bahasan dengan susunan yang sistematis sehingga memudahkan dalam pembahasannya.

3.4 Analisis Data

Bahan hukum data hasil pengolahan tersebut dianalisis dengan menggunakan metode analisis secara kualitatif, yaitu menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang tersusun secara teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih dan efektif. sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahman hasil analisis. Data dalam penelitian ini akan diuraikan ke dalam kalimat-kalimat yang tersusun secara sistematis, sehingga dapat ditarik kesimpulan dimulai dari bahan yang bersifat umum berdasarkan fakta yang bersifat khusus dari permasalahan yang diteliti.