BAB II FAKTA HUKUM DAN IDENTIFIKASI FAKTA HUKUM
A. Fakta Hukum
1. Gaji Tak Dibayarkan Karyawan Freelance PT. Hadena Indonesia
Kecewa TRIBUNPEKANBARU.COM
, PEKANBARU - Beberapa warga Kota Pekanbaru merasa kecewa, atas perjanjian kerja di perusahaan
tempat mereka melamar pekerjaan, yakni PT Hadena Indonesia di Jalan Arengka IISM Amin, Pekanbaru. Setelah beberapa bulan
bekerja hak gaji tidak dibayarkan perusahaan.
Seperti diketahui, sejak PT Hadena Indonesia Cabang Pekanbaru membuka lowongan kerja, sejak Agustus 2015 lalu hingga sekarang,
ratusan warga melamar ke perusahaan tersebut. Kerjanya disebutkan untuk pengeleman produk yang sudah disiapkan perusahaan tersebut.
Saya sudah mengelem produk tersebut, tapi gaji saya tak diberikan. Alasan perusahaan saya harus mencari warga lainnya 5 orang untuk
bergabung ke PT Hadena Indonesia. Sya sangat kecewa, kata Tuti, warga yang sudah mendaftar ke PT Hadena Indonesia tersebut kepada
Tribunpekanbaru.com, Jumat 1832016 di Pekanbaru.
Pengeleman produk tersebut dibayar satu kotak kepada warga yang melamar Rp 60 ribu. Hanya saja, warga yang melamar harus menyetor
uang dengan nilai Rp 305 ribu ke perusahaan. Uang itu terdiri dari Rp 10 ribu untuk pendaftaran, Rp 20 ribu untuk kartu member dan Rp
275 ribu untuk pembelian produk perusahaan tersebut.
Hal yang sama juga disebutkan karyawan lainnya, Sinta. Karena saya lihat tak benar lagi PT Hadena tersebut, saya minta uang saya
dikembalikan. Tapi mereka tak mau mengembalikannya, tegasnya pula seraya mengaku heran, karena belum ada perusahaan yang
dilamarnya, minta uang pendaftaran hingga ratusan ribu.
Ini modus mereka menipu. Saya tak yakin, karena setelah banyak uang warga dikumpulkan, lalu mereka kabur. Lagi pula produknya
perlu dipertanyakan, legal atau ilegal, sebut warga yang komplain lainnya.
Sementara itu, Kacab PT Hadena Indonesia Pekanbaru Helmi mengatakan, pihaknya tidak ada melakukan penipuan. Karena sistem
pekerjaan di perusahaannya bersifat freelence. Jumlahnya saat ini sekitar 500 orang.
2. Ilegal, Perusahaan Pengeleman Benang Ditutup
KEDIRI, KOMPAS.com - PT Hadena Indonesia Cabang Madya Kediri, Jawa Timur, yang menyediakan pekerjaan pengeleman benang
bungkus teh Rosela dan kantong teh Rosela, Selasa 20112012, operasionalnya dihentikan oleh Satuan Polisi Pamong Praja setempat.
Kepala Satpol PP Pemerintah Kota Kediri, Djati Utomo mengatakan, penutupan itu dilakukan karena perusahaan yang berkantor di kawasan
Ruko Brawijaya itu belum mengantongi izin usaha dari Kantor Pelayanan Perizinan maupun Dinas Sosial Tenaga Kerja Kediri. Selain
itu perusahaan tersebut dianggap meresahkan.
Kita beri deadline terakhir jam 12 siang sambil menyelesaikan pendaftar yang terlanjur masuk. Besok, sudah harus tutup total, kata
Djati Utomo ditemui usai mendatangi lokasi kantor PT HDN Kediri.
Perusahaan bidang industri dan perdagangan yang berpusat di Jakarta itu mulai membuka cabangnya di Kediri sejak 11 Nopember 2012
lalu. Bidang pekerjaan yang dijanjikan berupa pengeleman benang dengan penghasilan mulai dari Rp 70 ribu untuk beberapa helai
benang yang dapat dirangkai.
Untuk dapat bergabung, masyarakat harus mendaftar dengan biaya sebesar Rp 5 ribu dan juga memenuhi biaya keanggotaan sebesar Rp
250 ribu. Setelah menjadi anggota, mereka diberi waktu 3 hari untuk mengelem 200 helai benang pada tahap pertama. Untuk dapat
mengambil benang pada tahapan berikutnya, seorang member harus melengkapi persyaratan tertentu yang mana hal ini tidak dijelaskan
sejak awal mendaftar sehingga dianggap meresahkan.
Kepala cabang PT HDN Madya Kediri Muhammad Hasan mengatakan, pihaknya sudah pernah mengurus perizinan kepada KPP,
namun belum dapat diterbitkan karena pimpinan KPP masih berada di Bali. Meskipun demikian ia akan mematuhi langkah pemkot yang
menutup operasional usahanya hingga terbitnya perizinan. Kami akan mematuhinya, namun kami juga masih harus
menyelesaikan urusan pada 480 member yang sudah berjalan. Kalo kami tutup dikira kami bagaimana, kata Hasan.
Ia menampik tudingan perusahannya meresahkan masyarakat. Menurutnya, keresahan itu hanya datang dari pihak yang tidak
mengetahui mekanisme usahanya. Terkait penjelasan rekrutmen, pihaknya berjanji akan memperbaiki mekanismenya dengan
memberikan penjelasan secara utuh saat dilakukannya wawancara awal. Akan kami pertajam penjelasannya di awal rekrutmen, imbuh
Hasan.
3. Pemkot Solo Segera Cabut Izin Usaha PT. Hadena Indonesia Cabang
Solo Solopos.com, SOLO–Pemkot Solo segera mencabut izin usaha PT
Hadena Solo menyusul penetapan kepala cabangnya, Supar, sebagai tersangka oleh kepolisian. Saat ini, usaha berkedok pengeleman
benang teh celup tersebut masih beroperasi di sebuah ruko di Jebres.
Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, saat ditemui solopos.com seusai peresmian Museum Radya Pustaka, Selasa 1542014, mengatakan
semestinya izin usaha PT Hadena di Solo bisa segera dicabut. Hal itu karena PT Hadena terbukti melanggar aturan yang diperkuat dengan
penetapan kepala cabangnya sebagai tersangka. “Kalau sudah ada kata tersangka ya dicabut izinnya,” ujar Wali Kota.
Diketahui, sepak terjang PT Hadena banyak diprotes setelah menarik sejumlah dana dengan kedok jasa pengeleman benang teh celup.
Keluhan itu lantas diproses kepolisian setlah adanya aduan dari sejumlah konsumen usaha. Menurut Rudy, Pemkot tak akan segan
menutup operasional PT Hadena melihat banyaknya pihak yang telah dirugikan. Wali Kota pun tak ingin ada modus baru yang mengintai
jika perusahaan terus dibiarkan hidup. “Daripada masyarakat semakin sengsara ya ndang ditutup. Jangan sampai terus berkembang.”
Dari segi perizinan, Wali Kota mengakui ada penyalahgunaan yang dilakukan PT Hadena dalam praktik jasa pengeleman benang teh. Data
dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu BPMPT Solo, Hadena hanya mengantongi surat izin usaha perdagangan SIUP yang
berarti izin untuk menjual barang jadi. Sedangkan usaha pengeleman teh membutuhkan izin untuk industri IUI. “Izinnya gawe gaplek tapi
pelaksanaannya gawe tempe ya enggak entuk. Nanti kami segera terjunkan Satpol PP untuk memberi tindakan.”
Kepala Satpol PP, Sutarjo, siap menutup usaha PT Hadena jika terbukti ada penyalahgunaan perizinan. Saat ini, pihaknya terus
berkoordinasi dengan kepolisian maupun tim Pemkot untuk mengkaji
tindakan tersebut. “BPMPT dan Disperindag juga perlu diajak bicara. Kalau terbukti melanggar ya kami tutup, ranah pencabutan izin di
BPMPT.”
Sementara itu, Kepala BPMPT, Toto Amanto, belum dapat dikonfirmasi. Yang bersangkutan sedang mengikuti diklat di luar kota.
Sebelumnya, Toto mengatakan izin Hadena bisa dicabut apabila bukti ihwal penyalahgunaan perizinan telah terkumpul. Toto menegaskan
PT Hadena hanya mengantongi SIUP meliputi penjualan peralatan suku cadang, kecantikan, kosmetik, buku, makanan dan minuman
ringan. Tidak ada poin pengeleman benang teh dalam perizinan tersebut. “Masalah nariki duit [menarik uang dari] tenaga kerja itu
persoalan yang lain,” ucapnya.
4. Ratusan Orang Tertipu Bisnis Pengeleman Kantog Teh Rosela
SURYA Online, KEDIRI-Ratusan warga Kediri mengaku tertipu pekerjaan pengeleman benang dan kantong kemasan teh Rosela yang
dilakukan PT Hadena Indonesia Cabang Kediri. Mereka terkecoh dengan iming-iming iklan selebaran yang dinilai menyesatkan. Kasus
ini banyak menimpa seluruh lapisan masyarakat mulai kalangan pelajar sampai ibu rumah tangga. Rata-rata para konsumen mengaku
kecewa setelah bergabung menjadi anggota member.
Semula kami tertarik dengan iklan selebarannya yang menjanjikan penghasilan Rp 70.000 setelah mengelem satu kotak teh Rosela. Tapi
setelah bergabung saya malah kecewa, ungkap Mikael 17 pelajar salah satu SMKN di Kota Kediri, Jawa Timur kepada Surya Online,
Senin 19112012.
Diungkapkan Mikael, seminggu lalu dia bergabung dengan PT Hadena yang berkantor di kompleks Ruko Brawijaya, Kota Kediri
sesuai selebaran yang diterimanya yakni pengeleman kantong teh Rosela. Saat datang juga diminta wawancara layaknya melamar kerja.
Karena tertarik Mikael kemudian ikut bergabung menjadi anggota member dengan membayar Rp 250.000 serta mendapatkan kartu
frelance kualifikasi FK. Kekecewaan muncul karena uang Rp 70.000 sebagaimana yang dijanjikan di awal ternyata tidak diterimanya. Uang
bonus itu diganti dengan barang lagi. Ada puluhan teman saya yang bernasib sama, teman-teman semua kecewa dan merasa tertipu.
Korbannya sudah ratusan bahkan ribuan, ungkap pelajar kelas XII.
Penuturan sama juga dikemukakan Tomo 45 warga Mojoroto yang mengaku kecewa bonus yang dijanjikan di awal ternyata tidak sesuai
kenyataan. Semula kami berharap bonusnya kami terima, tapi
ternyata kami malah diberi barang lagi, tuturnya. Untuk menjadi anggota baru diharuskan membayar pendaftaran senilai Rp 5.000.
Kemudian di awal harus menyetor dana Rp 250.000 dengan imbalan mendapatkan parfum Royal Hardena seharga Rp 200.000.
Untuk mendapatkan penghasilan tambahan anggota member harus menyebarkan selebaran iklan kepada teman dan kenalannya. Jika
berhasil mengajak lima anggota baru barulah statusnya naik menjadi supervisor serta mendapatkan tambahan penghasilan. Rinciannya
penghasilan itu berasal dari hasil penyebaran brosur dimana setiap brosur yang direspons mendapatkan pemasukan Rp 5.000 per lembar
yang disebut komisi iklan. Penghasilan lainnya yang diterima dari anggota baru sebesar Rp 50.000 per satu anggota baru yang disebut
komisi sponsor. Serta penghasilan Rp 20.000 per kotak dari sisa komisi ngelem. Dari brosur yang disebarkan penghasilan yang
diperoleh anggota member bisa mencapai Rp 3 - Rp 10 juta sebulan.
5. Money Game Bertopeng Lowongan Pekerjaan
Kompasiana.com - Sejatinya, MLM sama saja dengan perusahaan perdagangan pada umumnya yang menjual produk. Hanya saja
menurut Neni, sekretaris Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia APLI, yang menjadi pembeda hanyalah pada sistem distribusi.
Rekrutmen anggota baru pada perusahaan MLM ditujukan untuk memperluas jaringan penjualan, bukan sebagai pendapatan
perusahaan.Jadi tidaklah tepat jika sistem MLM disalahkan terkait maraknya penipuan bermodus skema piramida Beberapa perusahaan
nakal memanfaatkan celah pada sistem MLM yang biasanya mengharuskan biaya keanggotaan. MLM nakal menjadikan uang
pendaftaran keanggotaan sebagai pendapatan utama dan memberikan komisi setiap orang yang bergabung atas rekomendasi anggota MLM.
Skema ini disebut skema piramida Pyramid Scheme atau Money Game yang diwariskan dari skema Ponzi. Selain itu izin perusahaan
yang menerapkan sistem MLM berbeda dengan surat izin perdagangan biasa. Jika perusahaan perdagangan biasa harus memiliki
Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP sedangkan pada perusahaan yang berbasis MLM harus memiliki Surat Izin Usaha Penjualan
Langsung SIUPL. Lebih lanjut, Neni menjelaskan perusahaan yang
menerapkan skema piramida tidak mungkin mendapatkan SIUPL. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan MLM harus mempresentasikan
sistem kerja perusahaan mereka sebelum mendapatkan SIUPL. Sedangkan, sistem piramida jelas-jelas dilarang oleh Peraturan
Menteri Perdagangan No 32 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung.
Pada pasal 21 ayat e berisi larangan untuk “menarik danatau mendapatkan keuntungan melalui iuran keanggotaan atau pendaftaran
sebagai mitra usaha secara tidak wajar.” PT Hadena Indonesia adalah salah satu yang memanfaatkan skema ini untuk menjalankan
bisnisnya. Memanfaatkan iming-iming pekerjaan pengeleman benang teh, PT Hadena Indonesia mampu mengaet calon korban untuk
mengeluarkan uang keanggotaan pertama. Dengan semakin banyak yang bergabung akan semakin besar jaringan PT Hadena Indonesia
karena setiap anggota akan mencari anggota lain untuk mendapatkan komisi. Tak heran, PT Hadena Indonesia mampu mendirikan cabang
di 20 kota besar yang tersebar di Pulau Jawa. PT Hadena Indonesia jelas-jelas menonjolkan pentingnya uang pendaftaran dari orang yang
bergabung atas rekomendasi anggota. Tak tanggung-tanggung, komisi pendaftaran dari anggota baru mencapai Rp 110.000,-. Rp 75.000,-
diberikan langsung ketika orang tersebut menjadi anggota. Rp 35.000,- sebagai komisi pengeleman diberikan setelah terakumulasi 5
orang. Neni menekankan ranjau dari sistem perusahaan dengan skema piramida adalah pada sumber pendapatan mereka.
Identifikasi Fakta Hukum Dari fakta-fakta hukum yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik
beberapa identifikasi masalah, di antaranya adalah sebagai berikut: 1.
Bagaiamana penegakkan peraturan hukum yang dapat menjerat pelaku usaha PT. Hadena Indonesia yang telah melakukan praktek skema piramida
dalam menjalankan usahanya..?
2. Bagaimana tindakan hukum yang dapat dilakukan karyawan PT. Hadena
Indonesia atas peristiwa praktek skema piramida oleh pelaku usaha PT. Hadena Indonesia..?
BAB III ALAT ANALISIS