55
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan setelah dilakukan pengumpulan data pada tanggal 08 dan 20 April 2015 di
Fakultas Keperawatan USU. 1.
Hasil Penelitian Hasil penelitian akan dijabarkan mulai dari deskripsi karakteristik
responden, deskripsi pelaksanaan problem based learning PBL yaitu dengan data hasil observasi pelaksanaan tutorial pada blok IKD 1, IKD 2 dan IKD 3,
deskripsi kemampuan berpikir kritis mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU dan hubungan pelaksanaan problem based learning PBL dengan kemampuan
berpikir kritis mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 di Fakultas Keperawatan USU.
1.1.Karakteristik Responden Deskripsi karakteristik responden mencakup jenis kelamin, usia dan
kelompok tutorial. Dari 137 mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 129 orang
dengan persentase 94,2. Dari 137 mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini mayoritas responden berusia 18 tahun berjumlah 70 orang 51,1.
Rentang usia responden pada penelitian ini termasuk kedalam remaja akhir yaitu berusia antara 15 tahun sampai 21 tahun Papalia, 2008.
Universitas Sumatera Utara
56
Untuk deskripsi kelompok tutorial dari 137 mahasiswa yang menjadi responden terbagi ke dalam 10 kelompok yaitu : kelompok 1 terdiri dari 11 orang
dengan persentase 8,0, kelompok 2 terdiri dari 11 orang dengan persentase persentase 8,0, kelompok 3 terdiri dari 12 orang dengan persentase 8,8,
kelompok 4 terdiri dari 14 orang dengan persentase 10,2, kelompok 5 terdiri dari 16 orang dengan persentase 11,7, kelompok 6 terdiri dari 15 orang dengan
persentase 10,9, kelompok 7 terdiri dari 13 orang dengan persentase 9,5, kelompok 8 terdiri dari 15 orang dengan persentase 10,9, kelompok 9 terdiri
dari 15 orang dengan persentase 10,9, dan kelompok 10 yang terdiri dari 15 orang dengan persentase 10,9. Adanya ketidakseimbangan jumlah mahasiswa
dalam setiap kelompok disebabkan karena sebelum penelitian ini dilakukan peneliti memperoleh data jika sebanyak 5 mahasiswa telah dinyatakan tidak aktif
lagi di Fakultas Keperawatan USU, sehingga seharusnya jumlah mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU berjumlah 142 orang
Direktori Mahasiswa USU, 2014. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Mahasiswa S1
Reguler Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU n=137
Karakteristik Frekuensi n
Persentase Jenis Kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
8 127
5,8 94,2
Usia -
17 tahun -
18 tahun -
19 tahun -
20 tahun 5
70 53
9 3,6
51,1 38,7
6,6
Universitas Sumatera Utara
57 Karakteristik
Frekuensi n Persentase
Kelompok tutorial -
Kelompok 1 -
Kelompok 2 -
Kelompok 3 -
Kelompok 4 -
Kelompok 5 -
Kelompok 6 -
Kelompok 7 -
Kelompok 8 -
Kelompok 9 -
Kelompok 10 11
11 12
14 16
15 13
15 15
15 8,1
8,1 8,8
10,2 11,7
10,9 9,5
10,9 10,9
10,9
1.2. Hasil Pelaksanaan Problem Based Learning PBL pada Blok IKD 1, IKD 2, IKD 3 dan IKD 4 Mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014 Fakultas
Keperawatan USU Berdasarkan hasil penelitian pada lembar hasil observasi pelaksanaan
problem based learning PBL mahasiswa S1 Reguler stambuk 2014 pada blok IKD 1, IKD 2, IKD 3 dan IKD 4 serta nilai total pada keempat blok tersebut
diperoleh distribusi frekuensi dan presentase sebagai berikut : pada blok IKD 1 mayoritas responden melaksanakan PBL dengan baik sebanyak 77 responden
56,2. Pada blok IKD 2 mayoritas responden yang melaksanakan PBL dengan baik sebanyak 135 responden 98,5. Pada blok IKD 3 mayoritas responden
melaksanakan PBL dengan baik sebanyak 107 responden 78,1. Sedangkan pada blok IKD 4 mayoritas responden yang melaksanakan PBL dengan baik
sebanyak 133 responden 97,1. Nilai total pada IKD 1, IKD 2,IKD 3 dan IKD 4 diperoleh sebanyak 95 responden 69,3 yang melaksanakan PBL
dengan baik. Berdasarkan penjabaran mengenai deskripsi pelaksanaan PBL dari
Universitas Sumatera Utara
58
keempat blok yang dilaksanakan oleh 137 responden mayoritas responden melaksanakan PBL dengan baik.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Pelaksanaan Problem Based Learning PBL pada Blok IKD 1, IKD 2, IKD 3, IKD 4 dan Nilai
total IKD 1,2,3 dan 4 Mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU n= 137
Hasil Pelaksanaan PBL Frekuensi n
Persentase Blok IKD 1 :
- Kurang
- Cukup
- Baik
15 45
77 10,9
32,8 56,3
Blok IKD 2 : -
Kurang -
Cukup -
Baik 2
135 1,5
98,5 Blok IKD 3 :
- Kurang
- Cukup
- Baik
Blok IKD 4 : -
Kurang -
Cukup -
Baik Nilai Total IKD 1,2,3 dan 4 :
- Kurang
- Cukup
- Baik
5 25
107 2
2 133
4 38
95 3,6
18,2 78,1
1,5 1,5
97,0 2,9
27,7 69,4
1.3. Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 82 responden 59,9 cenderung berpikir kritis.
Universitas Sumatera Utara
59
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU
n=137
Kemampuan Berpikir Kritis
Frekuensi n Persentase
- Cenderung tidak
berpikir kritis 55
40,1 -
Cenderung berpikir kritis
82 59,9
1.4. Hubungan Pelaksanaan
Problem Based Learning PBL dengan
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU
Hasil uji statistik pada penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman rho karena data pada kedua variabel tidak berdistribusi normal. Pada uji
korelasi Spearman diperoleh hasil nilai ρ pada kolom sig. 2 tailed sebesar 0,032. Angka ini lebih kecil dari level of significance a yaitu 0,05. Hal ini
diinterpretasikan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya ada hubungan bermakna antara pelaksanaan
problem based learning PBL dengan
kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler stambuk 2014 Fakultas Keperawatan USU. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh r = 0,184 yang
artinya hubungan kedua variabel dalam penelitian ini memiliki arah yang positif dengan interpretasi kekuatan hubungan sangat lemah.
Universitas Sumatera Utara
60
Tabel 5.4 Hubungan Pelaksanaan Problem Based Learning PBL dengan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014
Fakultas Keperawatan USU n=137
Variabel 1 Variabel 2
ρ r
Keterangan Pelaksanaan problem
based learning PBL mahasiswa S1 reguler
stambuk 2014 Fakultas Keperawatan
USU Kemampuan berpikir
kritis mahasiswa S1 reguler stambuk
2014 Fakultas Keperawatan USU
0,032 0,184
Hubungan dengan
arah yang
positif dengan
interpretasi kekuatan
hubungan sangat lemah
1.5. Tabulasi Silang Antara Pelaksaaan Problem Based Learning dengan
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa responden yang melaksanakan PBL dengan kurang terdapat 100 responden cenderung tidak berpikir kritis.
Sedangkan pada responden yang melaksanakan PBL dengan cukup terdapat 47,4 responden cenderung tidak berpikir kritis dan 52,6 responden yang cenderung
berpikir kritis. Pada responden yang melaksanakan PBL dengan baik terdapat 34,7 responden yang
cenderung tidak berpikir kritis dan 65,3 responden cenderung berpikir kritis. Bervariasinya data di atas disebabkan oleh adanya
faktor penghambat mahasiswa dalam berpikir kritis yaitu baik dari segi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Universitas Sumatera Utara
61
Tabel 5.5 Tabulasi Silang Antara Pelaksaaan Problem Based Learning dengan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014
Fakultas Keperawatan USU n=137
Pelaksanaan PBL Kemampuan Berpikir Kritis
Cenderung Tidak Berpikir Kritis
Cenderung Berpikir Kritis
Total n
n n
Kurang 4
100 0,0
4 100
Cukup 18
47,4 20
52,6 38
100 Baik
33 34,7
62 65,3
95 100
2. Pembahasan Dari data hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan diuraikan
untuk menjelaskan hasil penelitian tentang hubungan pelaksanaan problem based learning PBL mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU.
2.1. Pelaksanaan Problem Based Learning PBL Mahasiswa S1 Reguler
Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU Dalam pelaksanaan PBL pada penelitian ini mahasiswa dibagi kedalam 10
kelompok kecil. Mayoritas responden berada pada kelompok 5 terdiri dari 16 orang 11,7.
Hasil penelitian pada pelaksanaan problem based learning PBL mahasiswa S1 reguler stambuk 2014 Fakultas Keperawatan USU pada blok IKD
1, IKD 2, IKD 3 dan IKD 4 serta nilai total pada keempat blok tersebut diperoleh data hasil penelitian sebagai berikut : pada blok IKD 1 sebanyak 77 responden
56,2 hasil pelaksanaan PBL dinyatakan baik, pada blok IKD 2 sebanyak 135 responden 98,5 hasil pelaksanaan PBL dinyatakan baik, pada blok IKD 3
Universitas Sumatera Utara
62
sebanyak 107 responden 78,1 hasil pelaksanaan PBL dinyatakan baik dan pada blok IKD 4 sebanyak 133 responden 97,1 hasil pelaksanaan PBL
dinyatakan baik. Nilai total pada IKD 1, IKD 2, IKD 3 dan IKD 4 diperoleh sebanyak 95 responden 69,3 pelaksanaan PBL dinyatakan baik. Berdasarkan
penjabaran mengenai deskripsi pelaksanaan PBL dari keempat blok yang dilaksanakan oleh 137 responden mayoritas responden melaksanakan PBL dengan
baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Wahyuningsih Santoso 2013 yang
menyatakan bahwa dengan belajar berdasarkan masalah mahasiswa menjadi lebih aktif terlibat dalam proses belajar. Berdasarkan penelitian Wahyuningsih
Santoso 2013 dijelaskan adanya PBL menghasilkan salah satu keterampilan yang diharapkan oleh pendidik yang dapat melatih mahasiswa untuk aktif
berdiskusi dan berpikir secara sistematis. Masalah yang sering dihadapi berupa kasus nyata ataupun telaah kasus yang digunakan sebagai stimulus dalam
pembelajaran tersebut menuntut mahasiswa untuk aktif berbagi mengenai informasi yang diberikan. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Manggarsari 2012 jika sebagian besar mahasiswa 53,3 sepakat bahwa PBL merupakan metode pembelajaran yang efektif untuk mencapai kompetensi
sebagai seorang perawat. Dalam penerapan PBL sebanyak 64,5 mahasiswa dapat terampil dalam menyelesaikan kasus yang berhubungan dengan konteks
Keperawatan, sebanyak 85,1 mahasiswa mampu berpikir kritis, sebanyak 82,2 mahasiswa mampu mengembangkan keterampilan lisan dan keterampilan tulisan
sebanyak 76,6 mahasiswa.
Universitas Sumatera Utara
63
Menurut pendapat Sahin 2010 bahwa mahasiswa yang menggunakan metode PBL memperoleh pemahaman yang mendalam terhadap materi kuliah dan
berdampak pada prestasi belajarnya. Hal ini dikarenakan mahasiswa memperoleh kesempatan yang luas untuk belajar secara mandiri sehingga memperoleh prestasi
yang lebih baik. Berdasarkan penelitian Yuzhi 2003 dijelaskan bahwa metode PBL mendorong mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis
membuat mereka sering menggunakan sumber-sumber belajar dalam mencari solusi masalah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan
berpikir kritisnya. Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mok, Lee Wong 2002 dalam Saguni, 2013 menemukan bahwa metode PBL lebih efektif
dapat meningkatkan kemampuan intelektual mahasiswa untuk menghasilkan prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis yang lebih baik.
Blumhof 2001 dalam Wulandari, Sjarkawi, M., 2011 menyatakan bahwa melalui PBL dapat meningkatkan kinerja positif dalam proses
pembelajaran antara lain : 1 mengatur pembelajaran mereka sendiri, 2 menjadi pebelajar yang aktif, reflektif dan kritis, 3 berpikir secara mendalam dan
menyeluruh dan 4 memungkinkan pembelajaran melalui situasi masalah yang terjadi. Menurut Hmelo-Silver Barrows 2006 dalam Fakhriyah, 2014
menyatakan dalam pelaksanaan PBL mahasiswa dibebaskan untuk memperoleh isu-isu kunci dari masalah yang mereka hadapi, mendefinisikan kesenjangan
pengetahuan mereka dan mengejar pengetahuan yang hilang. Sehingga PBL dipandang sebagai model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi atau memiliki kemampuan berpikir kritis.
Universitas Sumatera Utara
64
Berdasarkan hasil dari penelitian ini pelaksanaan PBL yang belum dikategorikan ke dalam pelaksanaan yang baik diperoleh hasil sebagai berikut :
pada blok IKD 1 diperoleh hasil penelitian sebanyak 15 responden 10,9 hasil pelaksanaan PBL dinyatakan kurang dan 45 responden 32,8 hasil pelaksanaan
PBL dinyatakan cukup. Pada blok IKD 2 diperoleh sebanyak 2 responden 1,5 hasil pelaksanaan PBL dinyatakan kurang. Pada blok IKD 3 diperoleh sebanyak 5
responden 3,6 hasil pelaksanaan PBL dinyatakan kurang dan 25 responden 18,2 hasil pelaksanaan PBL dinyatakan cukup. Pada blok IKD 4 diperoleh
sebanyak 2 responden 1,5 hasil pelaksanaan PBL dinyatakan kurang dan 2 responden 1,5 hasil pelaksanaan PBL dinyatakan cukup. Untuk nilai total IKD
1, 2, 3, dan 4 sebanyak 4 responden 2,9 hasil pelaksanaan PBL dinyatakan kurang dan 38 responden 27,7 hasil pelaksanaan PBL dinyatakan cukup.
Menurut Nursalam Efendi 2008 dalam pelaksanaan PBL memiliki beberapa kekurangan yang menyebabkan kurang optimalnya pelaksanaan PBL
antara lain fasilitator merasa nyaman dengan metode tradisional, banyaknya staf yang dibutuhkan dalam proses PBL, kemungkinan mahasiswa mengalami
kekurangan akses pada dosen yang berkualitas dan mahasiswa tidak yakin dengan seberapa banyak belajar mandiri yang diperlukan serta informasi yang relevan
terhadap pembelajaran. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih Santoso 2013 yang menyatakan jika pengaturan waktu yang
kurang optimal merupakan salah satu kekurangan sekaligus faktor penghambat dalam pelaksanaan metode PBL. Mahasiswa terkadang membutuhkan banyak
waktu untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan sesuai kasus pemicu
Universitas Sumatera Utara
65
yang telah diberikan, karena waktu yang terlalu panjang dan pembahasan yang meluas menyebabkan mahasiswa menjadi bingung atas informasi yang mereka
ketahui secara berlebihan. Nursalam Effendi 2008 PBL dapat memotivasi pembelajaran aktif,
meningkatkan pemahaman dan menstimulus seseorang untuk terus belajar selama hidupnya. PBL dapat meningkatkan keaktifan mahasiswa dalam pengetahuan dan
membangun kerangka konseptual dari pengetahuan tersebut. 2.2.
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU
Berpikir kritis adalah mengaplikasikan pemikiran yang rasional dalam kegiatan berpikir yang tinggi meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis,
mengenal permasalahan dan pemecahan masalahnya, menyimpulkan dan mengevaluasi Anggelo dalam Achmad, 2007. Berdasarkan hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa reponden yang cenderung tidak berpikir kritis berjumlah 55 orang 40,1 sedangkan responden yang cenderung berpikir kritis berjumlah
82 orang 59,9. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Setyorini, et al., 2011 mengemukakan hasil kemampuan berpikir kritis mahasiswa mengalami peningkatan secara signifikan dengan menggunakan model
PBL. Meningkatnya kemampuan berpikir kritis mahasiswa disebabkan karena perubahan model pembelajaran yang mencakup kegiatan untuk melatih
kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Menurut Sudarman 2007 dalam Setyorini, et al., 2011 bahwa suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah
Universitas Sumatera Utara
66
dunia nyata sebagai konteks bagi mahasiswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang essensial dari materi kuliah atau materi pelajaran. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani 2014 menyatakan ada beberapa faktor latar belakang dalam berpikir kritis seperti usia
dan jenis kelamin, hal ini menandakan jika usia dan jenis kelamin menjadi faktor yang penting atau mungkin sangat berpengaruh terhadap proses berpikir kritis.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani 2014 juga menyebutkan bahwa dalam profesi Keperawatan mayoritas berjenis kelamin perempuan
dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki. Hal ini sejalan dengan hasil dari data yang dihasilkan dari penelitian ini, jika mayoritas responden berusia 18 tahun
51,1 dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 127 orang 94,2. Berdasarkan hasil penelitian ini juga diperoleh hasil jika sebesar 40,1
responden cenderung tidak berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis dapat dipengaruhi oleh dorongan intrinsik dan ekstrinsik. Pada faktor intrinsik berkaitan
dengan kepribadian dan kebudayaan seseorang yang dapat mempengaruhi kondisi emosinya Wade Tavris, 2007. Hal ini sesuai dengan pendapat Hassoubah
2008 berpikir kritis juga dipengaruhi oleh kondisi emosi, dimana hal ini dapat menciptakan sudut pandang positif dan negatif yang berbeda. Dari sudut pandang
yang negatif hal ini dapat menyebabkan kecemasan dan kebimbangan, takut, ketidakpastian, dan terancam sedangkan dari sudut pandang positifnya dapat
menciptakan suasana kebebasan, kemudahan, dan kegembiraan. Menurut Damanik Bukit 2013 pada faktor ekstrinsik terdapat dua faktor penyebab
Universitas Sumatera Utara
67
tidak berkembangnya kemampuan berpikir kritis pada mahasiswa yaitu umumnya kurikulum dirancang dengan target materi yang luas sehingga pengajar lebih
terfokus pada penyelesaian materi dan kurangnya pemahaman mengajar tentang metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
mahasiswa. Sedangkan menurut Hassoubah 2007 dalam Fakhriyah, 2014 menyatakan bahwa latar belakang kepribadian dan kebudayaan seseorang dapat
mempengaruhi usaha seseorang untuk dapat berpikir kritis terhadap suatu masalah dalam kehidupan.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Wulandari, Sjarkawi M. 2011 bahwa strategi pembelajaran PBL lebih sesuai bagi mahasiswa yang
mempunyai kemampuan berpikir kritis tinggi. Hal ini mengisyaratkan bahwa perlu adanya persiapan dalam melaksanakan PBL yaitu lebih baik mahasiswa
dipersiapkan terlebih dahulu, misalnya melatih latihan berpikir, dialog bersifat inkuiri, menumbuhkan rasa keingintahuan curiosity dan lain sebagainya agar
proses pembelajaran berjalan efektif dan mencapai tujuan belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Langrehr 2006 bahwa untuk melatih kemampuan berpikir
kritis mahasiswa harus didorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut : 1 menentukan konsekuensi dari suatu
keputusan atau suatu kejadian, 2 mengidentifikasi asumsi yang digunakan dalam suatu pernyataan, 3 merumuskan pokok-pokok permasalahan, 4 menemukan
adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda, 5 mengungkapkan penyebab suatu kejadian, 6 memilih faktor-faktor yang mendukung terhadap
suatu keputusan.
Universitas Sumatera Utara
68
2.3. Hubungan Pelaksanaan
Problem Based Learning PBL dengan
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU
Hasil analisa statistik dalam penelitian ini bahwa pelaksanaan Problem Based Learning PBL dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler
stambuk 2014 Fakultas Keperawatan USU memiliki hubungan yang signifikan dilihat dari nilai ρ = 0,032 yang berada dibawah level of significant a = 0,05
dengan arah hubungan yang positif dengan interpretasi kekuatan hubungan sangat lemah r = 0,184, yang artinya semakin baik pelaksanaan problem based learning
PBL maka semakin meningkat kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam pembelajaran.
Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Afifah Syahreni 2005 yang mengemukakan jika metode PBL dapat menjadi
pembangkit motivasi yang dapat merangsang peserta didik untuk berpikir kritis. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Billings Halstead 1998
dalam Afifah dan Syahreni, 2005 yang menyatakan dimana metode PBL dapat lebih melibatkan proses menstimulasi level kognitif tinggi dan membiasakan
mahasiswa untuk berpikir kritis dan memotivasi diri untuk belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliastutik 2010 menjelaskan jika penerapan PBL dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa, sehingga mahasiswa menjadi lebih berani dan percaya diri dalam menyampaikan curah pendapatnya.
Dalam penelitian Yuliastutik 2010 juga dijelaskan jika penggunaan metode PBL
Universitas Sumatera Utara
69
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam menganalisa setiap pelajaran yang diberikan oleh dosen.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yoswita, Pramudiyanti Marpaung 2013 disimpulkan bahwa penggunaan model PBL berpengaruh
signifikansi dan meningkatkan indikator berpikir kritis. PBL dapat melatih mahasiswa untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuan berpikir kritis yang
baik juga berimbas dengan peningkatan aktivitas belajar mahasiswa yang mendukung, sehingga mahasiswa memberikan tanggapan yang positif terhadap
model pembelajaran PBL. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Morales-Mann Kaitell dalam
Yuan, 2008 dalam Setyorini, et al., 2011 bahwa manfaat penggunaan PBL dapat meningkatkan pembelajaran otonomi, berpikir kritis, pemecahan masalah dan
keahlian dalam berkomunikasi. Sehingga metode PBL merupakan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. PBL merupakan
salah satu pendekatan yang menantang mahasiswa untuk mencari solusi suatu masalah dari dunia nyata yang dapat diselesaikan secara berkelompok. Selain itu
menurut Curry dalam Semra, 2006 mengatakan bahwa model PBL dapat menimbulkan kemampuan berpikir kritis dan pengetahuan baru yang berguna
untuk jangka panjang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cooke Moyle 2002, dalam Amarullah, 2013 dari analisa atas respon peserta didik terhadap
penerapan metode PBL, ditemukan bahwa peserta didik menilai pendekatan PBL akan meningkatkan kemampuan untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah.
Universitas Sumatera Utara
70
Ditinjau dari hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang positif dengan kekuatan hubungan sangat lemah antara pelaksanaan problem
based learning PBL dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU, peneliti berpendapat bahwa hubungan
yang sangat lemah pada penelitian ini disebabkan adanya faktor lain yang yang lebih berhubungan dengan pelaksanaan problem based learning PBL daripada
kemampuan berpikir kritis, seperti kemampuan mahasiswa dalam memecahkan suatu masalah, aktif dalam kegiatan pembelajaran, kemampuan untuk belajar
mandiri serta mampu menciptakan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Pelaksanaan PBL dalam penelitian ini tergolong baik karena sebanyak 95 responden 69,3 telah melakukan metode PBL dengan baik dan sebanyak 82
responden 59,9 cenderung berpikir kritis. Metode PBL lebih efektif dapat meningkatkan kemampuan intelektual mahasiswa untuk menghasilkan prestasi
belajar dan kemampuan berpikir kritis yang lebih baik Mok, Lee Wong, 2002 dalam Saguni, 2013.
3. Keterbatasan penelitian Peneliti menyadari masih terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini,
antara lain : 3.1. Pengambilan data
Proses pengambilan data terbagi dua, yaitu : 1. Pengambilan data pelaksanaan PBL
Universitas Sumatera Utara
71
Akibat bentroknya jadwal kuliah peneliti dengan jadwal pelaksanaan tutorial mahasiswa S1 reguler stambuk 2014 sehingga menyebabkan peneliti tidak
dapat mengobservasi pelaksanaan tutorial secara langsung untuk melakukan penilaian yang sesuai terhadap keaktifan responden dalam pelaksanaan tutorial.
Sehingga data yang diperoleh untuk pelaksanaan PBL dalam penelitian ini hanya berupa data primer yang diperoleh dari bagian UPK untuk IKD 1, IKD 2, dan
IKD 3 dan penanggungjawab blok IKD 4 untuk data IKD 4. 2.
Pengambilan data kemampuan berpikir kritis kuesioner Saat pengambilan data peneliti mengalami kesulitan untuk menyesuaikan
jadwal untuk membagikan kuesioner kepada responden dikarenakan jadwal kuliah yang selalu bentrok serta situasi dan kondisi yang sangat menyulitkan peneliti
untuk menjumpai responden. Sehingga pengumpulan data tidak dapat diselesaikan dalam satu hari serta peneliti harus mengecek terlebih dahulu data responden yang
telah mengisi kuisioner sehingga mencegah terjadinya penggandaan data bagi responden yang telah mengisi kuisioner. Sehingga pengambilan data secara
sekunder ini dirasa kurang efektif karena tidak dapat diselesaikan dalam satu kali pertemuan dengan responden.
Universitas Sumatera Utara
72
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN