Hubungan Pelaksanaan Problem Based learning (PBL) dengan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1 Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU

(1)

Kemampuan Berpi

2

F

UNI

n Berpikir Kritis Mahasiswa S1 Reguler

2014 Fakultas Keperawatan

USU

SKRIPSI

OLEH

AGUS SETIANA 111101017

FAKULTAS KEPERAWATAN

NIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

ler Angkatan


(2)

(3)

(4)

(5)

Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1 Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU

Nama Peneliti : Agus Setiana NIM : 111101017

Program Studi : Ilmu Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2015

__________________________________________________________________ ABSTRAK

Pembelajaran merupakan salah satu kegiatan pokok setiap perguruan tinggi. Pembelajaran diperguruan tinggi tidaklah sama dengan pembelajaran di tingkat pendidikan dasar maupun di tingkat pendidikan menengah. Problem based learning(PBL) adalah suatu pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam berfikir kritis, analitis dan untuk menemukan serta menggunakan sumber daya yang sesuai untuk belajar. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan problem based learning (PBL) dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU. Jumlah responden sebanyak 137 orang mahasiswa yang diambil dengan teknik total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner dan memperoleh data primer mengenai hasil observasi pelaksanaan PBL mahasiswa. Teknik analisa data dengan menggunakan Spearman. Data dari hasil penelitian ini diketahui sebanyak 95 orang (69,4%) melaksanakan problem based learning (PBL) dengan baik dan 82 orang (59,9%) cenderung berpikir kritis. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara pelaksanaan problem based learning (PBL) dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU (ρvalue= 0,032), dengan nilai koefisien korelasi 0,184 dengan

interpretasi sangat lemah. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan pelaksanaan problem based learning (PBL) akan mempengaruhi kemampuan berpikir mahasiswa didalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu semakin baik pelaksanaan problem based learning (PBL) yang dilakukan maka semakin meningkat kemampuan berpikir kritis mahasiswa.

Kata kunci : Pelaksanaan Problem Based Learning (PBL), Kemampuan Berpikir Kritis


(6)

Learning (PBL) and Critical Thinking Ability of S1 Students in the Academic Year of 2014, the Faculty of Nursing, USU

Name of Student : Agus Setiana Std. ID Number : 11110101

Study Program : Nursing Science (S.Kep) Academic Year : 2015

__________________________________________________________________ ABSTRACT

Learning is one of the principal activities in higher education. Learning in the college level is not the same as learning in the elementary or high school level. Problem-Based Learning (PBL) is learning which is designed to develop student’s ability to think critically and analytically and to find and use appropriate source for learning. The research used quantitative method with descriptive correlation design in order to find out the correlation between the implementation of PBL and S1 regular student’s ability to think critically in the academic year of 2014, the Faculty of Nursing, USU. The samples were 137 respondents, taken by using total sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires and analyzed by using Spearman test. Primary data were the result of observation in the implementation of PBL. The result of the research showed that 95 respondents (69.4%) implemented PBL well and 82 respondents (59.9%) tended to think critically. It was also found that there was positive and significant correlation between the implementation of PBL and student’s ability to think critically in S1 regular program (pvalue = 0.032 and r = 0,184) with weak interpretation. The

conclusion of the research was that the implementation of PBL could influence student’s ability to think critically in the learning process. Therefore, the better the implemetation of PBL was, the more increasing the student’s ability to think critically.

Keywords: Implementation of Problem-Based Learning (PBL). Ability to Think Critically


(7)

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Pelaksanaan Problem Based Learning (PBL) dengan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU ”. Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar kesarjanaan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini yaitu:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Nurbaiti, Skep, Ns, M.Biomed selaku dosen pembimbing dalam pembuatan skripsi ini yang telah memberikan masukan, saran serta motivasi kepada peneliti.


(8)

M.Biomed selaku dosen penguji yang memberi masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini

7. Seluruh staf dan dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 8. Zuidah, Skep, SKM, M.Kes selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(STIKES) Rumah Sakit Haji Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan uji reliabilitas

9. Nur Afi Darti, Skep, Ns, M.kep selaku dosen pembimbing akademik 10. Kedua Orangtuaku dan adik-adikku yang tercinta Yuli, Reni dan Nia yang

selalu memberikan kasih sayangnya, semangatnya serta motivasi yang tak pernah putus kepada peneliti

11. Sahabat-sahabatku Helva, Reny, Venny, Jamil, Ryan, Wira, Ucin, Nabila, Mimi, Tuti, Ulfa, Inggih, Ayu dan Bybul yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada peneliti

12. Seluruh teman-teman Program Studi Keperawatan Stambuk 2011

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik serta masukan yang membangun. Dan penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan, khususnya Keperawatan serta bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkan. Medan, Juli 2015


(9)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SIDANG SKRIPSI ... iv

ABSTRAK ...v

ABSTRACT... vi

PRAKARTA ... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR SKEMA ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1. Latar Belakang ...1

2. Perumusan Masalah...4

3. Pertanyaan Penelitian...4

4. Tujuan Penelitian...5

5. Manfaat Penelitian...5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...7

1. Berpikir Kritis...7

1.1. Definisi Berpikir Kritis dalam Keperawatan ...7

1.2. Model Berpikir Kritis dalam Keperawatan...8

1.3. Karakteristik Berpikir Kritis ...11

1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berpikir Kritis ...12

1.5. Aplikasi Berpikir Kritis Dalam Keperawatan ...14

1.6. Macam-Macam Alat Ukur Kemampuan Berpikir Kritis ...16

2.Problem Based Learning(PBL) ...18

2.1. DefinisiProblem Based Learning(PBL) ...18

2.2. Landasan Teori TentangProblem Based Learning(PBL) ...19

2.3. Tahap-Tahap DalamProblem Based Learning(PBL) ...20

2.4. KarakteristikProblem Based Learning(PBL) ...23

2.5. Kelebihan dan Kelemahan Dalam Penggunaan Problem Based Learning(PBL)...25

2.5.1. Kelebihan Dalam PenggunaanProblem Based Learning(PBL)...25

2.5.2. Kelemahan Dalam PenggunaanProblem Based Learning(PBL) ...26

2.6. Sistem PenilaianProblem Based Learning(PBL) ...27

2.7. Kompetensi Yang Ingin Dicapai dalamProblem Based Learning(PBL) ...32

2.8. PenerapanProblem Based Learning(PBL) ...33

2.9. Peran Partisipan DalamProblem Based Learning(PBL) ...34 2.10. Sistem Penilaian Hasil Observasi PelaksanaanProblem


(10)

Norma (PAN) ...37

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ...40

1. Kerangka Konsep ...40

2. Definisi Operasional ...40

3. Hipotesa ...42

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ...44

1. Rancangan Penelitian ...44

2. Populasi dan Sampel Penelitian...44

2.1. Populasi Penelitian ...44

2.2. Sampel Penelitian ...44

3. Lokasi dan Waktu Penelitian...45

4. Pertimbangan Etik ...45

5. Instrumen penelitian ...46

5.1. Kuesioner Data Demografi ...46

5.2. Hasil Observasi PelaksanaanProblem Based Learning(PBL)...46

5.3. Kuesioner kemampuan berpikir kritis ...47

6. Teknik Pengumpulan Data ...48

7. Uji Validitas dan Reliabilitas...49

8. Pengolahan dan Analisa Data ...51

8.1. Pengolahan Data ...51

8.2. Analisa Data ...53

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ...56

1. Hasil Penelitian...56

1.1 Karakteristik Responden...56

1.2. Hasil PelaksanaanProblem Based Learning(PBL) pada Blok IKD 1, IKD 2, IKD 3 dan IKD 4 Mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU ...58

1.3. Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU ...59

1.4. Hubungan PelaksanaanProblem Based Learning(PBL) dengan Kemampuan Berpikir kritis Mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU ...60

1.5. Tabulasi Silang Antara PelaksanaanProblem Based Learning(PBL) dengan kemampuan Berpikir kritis mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU ...61

2. Pembahasan ...62

2.1. PelaksanaanProblem Based Learning(PBL) Mahasiswa S1 reguler Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU ...62

2.2. Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU ...66

2.3. Hubungan PelaksanaanProblem Based Learning(PBL) dengan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU ...69


(11)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...73

1. Kesimpulan...73

2. Saran ...74

DAFTAR PUSTAKA ...76

LAMPIRAN...82

1. Lembar Penjelasan Penelitian...82

2. Inform Consent...83

3. Instrument Penelitian...84

4. Surat Izin Menggunakan Instrumen ...90

5. Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU ...92

6. Surat Keterangan Selesai Melakukan Uji Reliabilitas dari Stikes Haji Sumatera Utara ...93

7. Surat Izin Pengambilan Data dari Fakultas Keperawatan USU ...94

8. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian ...95

9. Hasil Uji Reliabilitas ...96

10. Hasil Pengolahan Data Penelitian ...98

11. Riwayat Hidup...112

12. Lembar Bukti Bimbingan ...113

13. Jadwal Tentative Penelitian...116

14. Master Data Penelitian dan Reliabilitas ...118

15. Lembar TransleteAbstract...127


(12)

Halaman Skema 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ...40


(13)

Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional ...42 Tabel 4.1 Kisi-kisiCritical Thinking Dispotision Self-Rating Form...48 Tabel 4.2 Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan

Kekuatan Korelasi, Nilai P dan Arah Korelasi ...55 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Mahasiswa

S1 Reguler Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU...57 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil PelaksanaanProblem

Based Learning(PBL) pada Blok IKD 1, IKD 2, IKD 3, IKD 4 dan Nilai total IKD 1,2,3 dan 4 Mahasiswa S1 Reguler

Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU...59 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kemampuan Berpikir

Kritis Mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014 Fakultas

Keperawatan USU...60 Tabel 5.4 Hubungan PelaksanaanProblem Based Learning(PBL)

dengan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1

Reguler Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU ...61 Tabel 5.5 Tabulasi Silang Antara PelaksaaanProblem Based Learning

(PBL) dengan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1


(14)

Halaman Gambar 2.1 Problem Based Learning(PBL)...24


(15)

Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1 Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU

Nama Peneliti : Agus Setiana NIM : 111101017

Program Studi : Ilmu Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2015

__________________________________________________________________ ABSTRAK

Pembelajaran merupakan salah satu kegiatan pokok setiap perguruan tinggi. Pembelajaran diperguruan tinggi tidaklah sama dengan pembelajaran di tingkat pendidikan dasar maupun di tingkat pendidikan menengah. Problem based learning(PBL) adalah suatu pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam berfikir kritis, analitis dan untuk menemukan serta menggunakan sumber daya yang sesuai untuk belajar. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan problem based learning (PBL) dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU. Jumlah responden sebanyak 137 orang mahasiswa yang diambil dengan teknik total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner dan memperoleh data primer mengenai hasil observasi pelaksanaan PBL mahasiswa. Teknik analisa data dengan menggunakan Spearman. Data dari hasil penelitian ini diketahui sebanyak 95 orang (69,4%) melaksanakan problem based learning (PBL) dengan baik dan 82 orang (59,9%) cenderung berpikir kritis. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara pelaksanaan problem based learning (PBL) dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU (ρvalue= 0,032), dengan nilai koefisien korelasi 0,184 dengan

interpretasi sangat lemah. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan pelaksanaan problem based learning (PBL) akan mempengaruhi kemampuan berpikir mahasiswa didalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu semakin baik pelaksanaan problem based learning (PBL) yang dilakukan maka semakin meningkat kemampuan berpikir kritis mahasiswa.

Kata kunci : Pelaksanaan Problem Based Learning (PBL), Kemampuan Berpikir Kritis


(16)

Learning (PBL) and Critical Thinking Ability of S1 Students in the Academic Year of 2014, the Faculty of Nursing, USU

Name of Student : Agus Setiana Std. ID Number : 11110101

Study Program : Nursing Science (S.Kep) Academic Year : 2015

__________________________________________________________________ ABSTRACT

Learning is one of the principal activities in higher education. Learning in the college level is not the same as learning in the elementary or high school level. Problem-Based Learning (PBL) is learning which is designed to develop student’s ability to think critically and analytically and to find and use appropriate source for learning. The research used quantitative method with descriptive correlation design in order to find out the correlation between the implementation of PBL and S1 regular student’s ability to think critically in the academic year of 2014, the Faculty of Nursing, USU. The samples were 137 respondents, taken by using total sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires and analyzed by using Spearman test. Primary data were the result of observation in the implementation of PBL. The result of the research showed that 95 respondents (69.4%) implemented PBL well and 82 respondents (59.9%) tended to think critically. It was also found that there was positive and significant correlation between the implementation of PBL and student’s ability to think critically in S1 regular program (pvalue = 0.032 and r = 0,184) with weak interpretation. The

conclusion of the research was that the implementation of PBL could influence student’s ability to think critically in the learning process. Therefore, the better the implemetation of PBL was, the more increasing the student’s ability to think critically.

Keywords: Implementation of Problem-Based Learning (PBL). Ability to Think Critically


(17)

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Pembelajaran merupakan salah satu kegiatan pokok setiap perguruan tinggi. Di lingkungan perguruan tinggi di berbagai negara marak gerakan ke arah quality teaching and learning (Halpern, 1997 dalam Supratiknya & Kristiyani, 2008). Orang berusaha mengembangkan berbagai pendekatan pembelajaran baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan pembelajar dan tuntutan masyarakat. Tujuannya adalah meningkatkan mutu serta relevansi pembelajaran di perguruan tinggi, khususnya pada jenjang setara program S1 (Ross, 1991 dalam Supratiknya & Kristiyani, 2008).

Pembelajaran di perguruan tinggi tidaklah sama dengan pembelajaran di tingkat pendidikan dasar maupun di tingkat pendidikan menengah. Peserta didik di perguruan tinggi adalah orang-orang dewasa yang disebut dengan mahasiswa. Mahasiswa biasanya berada pada usia dewasa muda dan baru saja meninggalkan fase remaja. Pada tingkat perguruan tinggi peserta didik mengalami perubahan pola belajar sebagai siswa menengah umum menjadi seorang mahasiswa di perguruan tinggi cukup signifikan mempengaruhi cara belajar setiap mahasiswa. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif. Pembelajaran di perguruan tinggi berfokus kepada mahasiswa (Student Center Learning) bukan berfokus kepada dosen (teacher center learning) (Nurhidayah, 2011).


(18)

Selama ini mahasiswa terpapar dengan metode pembelajaran yang berfokus pada staf pengajar (teacher-centered method). Cenderung mahasiswa merasa aman hanya dengan mendengarkan dosen ceramah, membaca hand-out dan assignment, mengkopi informasi dari media visual sudah cukup memberikan mereka informasi dan akhirnya sukses pada waktu ujian (Billings & Halstead, 1998 dalam Afifah & Syahreni, 2005). Metode pembelajaran ini kurang berhasil menciptakan lulusan Universitas yang berpikir kritis (Huba & Freed, 2000 dalam Afifah & Syahreni, 2005). Padahal berpikir kritis ini diperlukan karena pada dasarnya setiap manusia memiliki potensi berpikir secara kritis dan manusia mempunyai kecenderungan untuk melibatkan perasaan dalam berpikir. Selain itu kuliah di perguruan tinggi berarti belajar memahami, menganalisis, dan menyelesaikan masalah (Takwin, 1997 dalam Afifah & Syahreni, 2005).

Alligood (1997 dalam Rideout, 2005) menyatakan yang diperlukan di era baru Keperawatan adalah penerapan dan pengujian teori/pengetahuan dalam suatu kerangka pemikiran yang kritis yang akan mengarahkan kepada pemenuhan kebutuhan klien di masa mendatang. Peristiwa yang sangat penting dalam proses pembelajaran adalah saat mahasiswa secara kritis mengevaluasi apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka yakini. Keterampilan dan memfasilitasi proses ini merupakan kunci keberhasilan pengajaran di dalam paradigma baru ini. Menurut Brookfield & Preskill (1999 dalam Rideout, 2005) menyatakan diskusi sebagai suatu instrumen pendidikan yang kuat untuk membantu peserta didik memiliki sudut pandang yang baru dan ditantang untuk memperluas wawasan agar dapat sampai pada pemahaman bersama.


(19)

Sebuah hasil penelitian tentang penerapan problem based learning (PBL) di National Central University Chungli, Taiwan menyatakan bahwa performasi para mahasiswa meningkat secara signifikan setelah menerapkan Problem Based Learning terutama pada aspek kreativitas dan keterampilan berkomunikasi (Chang, 2002 dalam Wulandari, Sjarkawi & M., 2011). Penelitian lain yang dilakukan di Middlebex University pada tahun 2004 tentang keefektifan problem based learning mendapatkan fakta bahwa problem based learning digunakan secara luas sebagai metode pilihan untuk pendidikan profesional, seperti pendidikan dokter, keperawatan dan kebidanan (Wahyuningsih & Santoso, 2013).

Menurut Nursalam & Effendi (2008) telah banyak Universitas di dunia yang menggunakan metode ini dalam kurikulum pendidikannya. Salah satunya Universitas McMaster di Kanada yang merupakan Universitas yang pertama kali menerapkan metode PBL pada September 1969.

Problem based learning (PBL) juga diterapkan di Fakultas Keperawatan dibeberapa Universitas di Indonesia, di antaranya : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) yang telah menerapkan PBL pada tahun 2008, Ilmu Keperawatan FK UGM telah menerapkan PBL sejak tahun 2003, program studi Ilmu Keperawatan di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP) telah menerapkan PBL pada tahun 2006 (Wanda, Wiarsih, Afifah, Hayati & Susanti, 2011) dan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sendiri mulai menerapkan PBL sejak tahun 2010 (Fathi, Nurhidayah & Arrum, 2011).

Problem based learning sangat cocok diaplikasikan untuk pendidikan keperawatan. Lulusan perawat akan senantiasa dihadapkan pada pasien dengan


(20)

berbagai macam kasus dan dituntut untuk mampu berpikir kritis dan sistematis untuk menganalisa setiap penyakit yang diderita pasien (Sanusi, 2009 dalam Wahyuningsih & Santoso, 2013).

Berdasarkan penelitian ini, peneliti hanya mencantumkan empat blok yang menjadi mata kuliah pada semester pertama pada stambuk 2014, mata kuliah tersebut antara lain : Blok Ilmu Keperawatan Dasar 1 (IKD 1), Blok Ilmu Keperawatan Dasar 2 (IKD 2), Blok Ilmu Keperawatan Dasar 3 (IKD 3) dan Blok Ilmu Keperawatan Dasar 4 (IKD 4) (Buku Blok Fakultas Keperawatan USU, 2011-2012). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Pelaksanaan Problem Based Learning (PBL) dengan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014Fakultas Keperawatan USU”.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka permasalahan yang menjadi pokok penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

Apakah ada hubungan pelaksanaan problem based learning(PBL) dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU.

3. Pertanyaan Penelitian


(21)

Apakah ada hubungan pelaksanaan problem based learning (PBL) dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU.

4. Tujuan Penelitian 4.1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi hubungan pelaksanaan problem based learning (PBL) dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU.

4.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan problem based learning (PBL) mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU yang dilihat berdasarkan nilai pada masing-masing blok, yaitu : Blok IKD 1, Blok IKD 2, Blok IKD 3, Blok IKD 4 dan nilai total IKD 1,2,3 dan 4 b. Untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler

angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU 5. Manfaat Penelitian

Penelitan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 5.1. Bagi Staf Pengajar

a. Menyajikan sebuah inovasi pembelajaran yang dapat memacu kemampuan berpikir kritis mahasiswa melalui pembelajaran problem based learning(PBL)


(22)

b. Membangkitkan kinerja para staf pengajar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar mahasiswa yang memuaskan

5.2. Bagi Mahasiswa

a. Meningkatkan keaktifan mahasiswa agar memiliki kemampuan dalam berpikir kritis serta memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga mahasiswa berpartisipasi dalam proses belajar

b. Membuka wawasan mahasiswa terhadap pembelajaran problem based learning (PBL) yang efektif dalam memacu daya berpikir kritis mahasiswa

5.3. Bagi Institusi

a. Hasil penelitian yang didapatkan dapat digunakan sebagai masukan dan perbaikan pada pelaksanaan problem based learning (PBL) sehingga mahasiswa dapat belajar lebih efektif


(23)

TINJAUAN PUSTAKA

1. Berpikir kritis

1.1. Definisi Berpikir Kritis dalam Keperawatan

Berpikir kritis merupakan sebuah komponen esensial yang memperlihatkan kebiasaan berpikir seperti : percaya diri, perspektif kontekstual, kreativitas, fleksibilitas, rasa ingin tahu, integritas intelektual, intuisi, berpikiran terbuka, tekun dan refleksi. Para pemikir kritis melatih keterampilan kognitif dalam menganalisis, menerapkan standar, membedakan, mencari informasi, memberi alasan logis, memperkirakan, dan mengubah pengetahuan (Rubenfeld & Scheffer, 2006).

Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994 dalam Potter & Perry, 2005). Menurut pendapat Siegel (1980 dalam Reilly & Obermann, 2002) menyatakan berpikir kritis memerlukan evaluasi terhadap ide. Berpikir kritis merupakan berpikir yang rasional. Berpikir kritis ini memerlukan kemampuan untuk mengevaluasi suatu pernyataan dan mengidentifikasi suatu alasan, misalnya bukti yang melandasi evaluasi tersebut. Siegel juga mengatakan seseorang dapat dikatakan berpikir kritis jika seseorang mampu mengenali kepentingan dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap alasan yang mendasari alasannya tersebut. Saat mengkaji tuntutan, mengevaluasi prosedur, atau membuat keputusan, dia mencari alasan yang mendasari pengkajian, evaluasi dan keputusannya.


(24)

1.2. Model Berpikir Kritis dalam Keperawatan

1.2.1. Model T.H.I.N.K (Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas And Creativity, Knowing How You Think)

Model T.H.I.N.K dikemukakan oleh Rubenfeld & Scheffer (2006). Model T.H.I.N.K menjelaskan berpikir kritis merupakan perpaduan dari beberapa aktivitas berpikir yang terkait dengan konteks situasi ketika proses berpikir tersebut terjadi. Berpikir kritis merupakan proses kompleks yang jauh dari berpikir lurus. Walaupun berpikir kritis dapat dibagi menjadi beberapa bagian untuk dipelajari, komponen-komponennya harus “dilekatkan kembali” agar penggunaannya optimal.

a. Ingatan Total (T)

Ingatan total berarti mengingat beberapa fakta atau mengingat tempat dan bagaimana cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan. Ingatan total juga merupakan kemampuan untuk mengakses pengetahuan, pengetahuan yang dipelajari dan disimpan dalam pikiran. Setiap orang memiliki beragam klaster yang sangat besar, hal ini mewakili pengetahuan yang sangat dikuasai oleh orang tersebut. klaster lain merupakan klaster yang kecil, seorang pemula dalam keperawatan memiliki klaster pengetahuan keperawatan yang kecil dan akan berkembang dengan sangat cepat selama kuliah.


(25)

b. Kebiasaan (H)

Kebiasaan adalah pendekatan berpikir yang sering kali diulang sehingga menjadi sifat alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara-cara yang dapat diterima dalam melakukan segala hal yang berhasil, menghemat waktu, atau yang diperlukan. Kebiasaan memungkinkan seseorang melakukan suatu tindakan tanpa harus memikirkan sebuah metode baru setiap kali ia akan bertindak.

c. Penyelidikan (I)

Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan mempertanyakan isu yang mungkin segera tampak dengan jelas. Penyelidikan juga merupakan jenis berpikir yang sangat penting untuk mencapai kesimpulan. Kesimpulan dapat dicapai tanpa menggunakan penyelidikan, tetapi kesimpulan lebih akurat jika menggunakan penyelidikan. Tahapan dalam penyelidikan antara lain :

i. Melihat sesuatu (menerima informasi) ii. Menarik kesimpulan yang cepat

iii. Mengenali adanya gap dalam informasi yang diketahuinya

iv. Mengumpulkan informasi tambahan untuk membenarkan atau menyingkirkan kesimpulan pertama

v. Membandingkan informasi yang baru dengan informasi yang telah diketahui tentang situasi ini dengan menggunakan pengalaman masa lalu


(26)

vii. Mempertimbangkan satu atau lebih kesimpulan alternatif

viii. Memvalidasi kesimpulan awal atau kesimpulan alternatif dengan lebih banyak informasi

d. Ide dan kreativitas (N)

Ide baru dan kreativitas merupakan model berpikir yang sangat khusus bagi seseorang. Pemikiran pribadi ini melebihi pemikiran yang biasanya guna membentuk kembali norma. Seperti penyelidikan, model ini memungkinkan seseorang untuk memiliki ide melebihi ide-ide dalam buku ajar. Berpikir kreatif bukanlah untuk orang yang penakut, seseorang harus bersedia mengambil resiko yang terkadang membuatnya terlihat bodoh dan tidak sesuai dengan karakternya. Pemikir kreatif menghargai kesalahan sebagai pelajaran yang berharga.

e. Mengetahui bagaimana anda berpikir (K)

Mengetahui bagaimana anda berpikir merupakan model T.H.I.N.K yang terakhir, tetapi bukan tidak penting, berarti berpikir tentang pemikiran seseorang. Berpikir tentang pemikiran disebut dengan metakognisi yang berarti “proses mengetahui”. Mengetahui bagaimana anda berpikir tidak sesederhana seperti yang terdengar. Sebagian besar kita “hanya berpikir”, kita tidak menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan bagaimana kita berpikir.

Namun, keperawatan mengharuskan kita untuk menjadi pemikir kritis. Bagian dari berpikir kritis adalah terus-menerus berusaha membuat seseorang berpikir dengan lebih baik atau untuk “mengetahui bagaimana


(27)

anda berpikir”. Membuat seseorang berpikir, mungkin lebih baik tidak dilakukan jika orang tersebut tidak mengetahui dari mana ia harus memulai. Salah satu cara untuk mengidentifikasi posisi anda saat ini dan mulai mengeksplorasi bagaimana anda berpikir adalah dengan menggunakan refleksi-diri.

1.3. Karakteristik Berpikir Kritis

Ada dua pendapat ahli yang merumuskan tentang karakteristik berpikir kritis yaitu :

1.3.1. Menurut Fisher (2008) menyatakan ada 6 karakteristik berpikir kritis yaitu :

a. Mengidentifikasi masalah

b. Mengumpulkan berbagai informasi yang relevan c. Menyusun sejumlah alternatif pemecahan masalah d. Membuat kesimpulan

e. Mengungkapkan pendapat f. Mengevaluasi argumen

1.3.2. Menurut Ennis (2000) mengidentifikasi 12 karakteristik berpikir kritis yang dikelompokkan ke dalam lima besar aktivitas sebagai berikut : a. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi : memfokuskan

pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan


(28)

b. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi c. Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau

mempertimbangkan hasil deduksi, meninduksi atau mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta menentukan nilai pertimbangan

d. Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi istilah-istilah dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi

e. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.

1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berpikir Kritis

Kemampuan kritis setiap orang berbeda-beda, hal ini didasarkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi berpikir kritis setiap individu. Menurut Rubenfeld & Scheffer (1999 dalam Maryam, Setiawati, Ekasari, 2008) ada 8 faktor yaitu :

a. Kondisi fisik

Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis. Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada kondisi yang menuntut pemikiran matang untuk memecahkan suatu masalah, tentu kondisi seperti ini sangat


(29)

mempengaruhi pikirannya sehingga seseorang tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat.

b. Keyakinan diri/motivasi

Lewin (1935 dalam Maryam, Setiawati & Ekasari, 2008) mengatakan motivasi sebagai pergerakan positif atau negatif menuju pencapaian tujuan. Motivasi merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga untuk melaksanakan sesuatu tujuan yang telah ditetapkannya. c. Kecemasan

Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang. Jika terjadi ketegangan, hipotalamus dirangsang dan mengirimkan impuls untuk menggiatkan mekanisme simpatis-adrenal medularis yang mempersiapkan tubuh untuk bertindak. Menurut Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan kecemasan dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis seseorang.

d. Kebiasaan dan rutinitas

Salah satu faktor yang dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis adalah terjebak dalam rutinitas. Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan kebiasaan dan rutinitas yang tidak baik dapat menghambat penggunaan penyelidikan dan ide baru.

e. Perkembangan intelektual

Perkembangan intelektual berkenaan dengan kecerdasan seseorang untuk merespons dan menyelesaikan suatu persoalan,


(30)

menghubungkan atau menyatukan satu hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik terhadap stimulus.

f. Konsistensi

Faktor yang mempengaruhi konsistensi adalah makanan, minuman, suhu ruangan, cahaya, pakaian, tingkat energi, kekurangan tidur, penyakit dan waktu yang dapat menyebabkan daya berpikir menjadi naik turun.

g. Perasaan

Perasaan atau emosi biasanya diidentifikasikan dalam satu kata yaitu : sedih, lega, senang, frustasi, bingung, marah, dan seterusnya. Seseorang harus mampu mengenali dan menyadari bagaimana perasaan dapat mempengaruhi pemikirannya dan mampu untuk memodifikasi keadaan sekitar yang memberikan kontribusi kepada perasaan.

h. Pengalaman

Pengalaman merupakan hal utama untuk berpindah dari seorang pemula menjadi seorang ahli.

1.5. Aplikasi Berpikir Kritis Dalam Keperawatan

Menurut Facione (2004 dalam Potter & Perry, 2009) mengatakan berpikir kritis terdiri dari enam sub-skill dan aplikasinya dalam keperawatan adalah sebagai berikut :


(31)

Interpretasi merupakan proses memahami dan menyatakan makna atau signifikansi variasi yang luas dari pengalaman, situasi, data, peristiwa, penilaian, persetujuan, keyakinan, aturan, prosedur dan kriteria. Interpretasi meliputi sub-skill kategorisasi, pengkodean, dan penjelasan makna.

b. Analisis (Analysis)

Analisis adalah proses mengidentifikasi hubungan antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk-bentuk representasi lainnya untuk mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi dan opini.

c. Inferensi (Inference)

Inferensi merupakan proses mengidentifikasi dan memperoleh unsur yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan, untuk membentuk suatu dugaan atau hipotesis, mempertimbangkan informasi yang relevan dan mengembangkan konsekuensi yang sesuai dengan data., pernyataan, prinsip, bukti, penilaian, keyakinan, opini, konsep, deskripsi, pertanyaan dan bentuk-bentuk representasi lainnya

d. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan suatu proses pengkajian kredibilitas pernyataan atau representasi yang menilai atau menggambarkan persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, keyakinan atau opini seseorang serta mengkaji kekuatan logis dari hubungan aktual antara dua atau lebih pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau bentuk representasi lainnya.


(32)

e. Eksplanasi (Explanation)

Eksplanasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempresentasikan hasil penilaian seseorang dengan cara meyakinkan dan koheren.

f. Pengontrolan diri (Self-Regulation)

Pengontrolan diri adalah kesadaran untuk memantau aktivitas kognitif sendiri, unsur-unsur yang digunakan dalam aktivitas tersebut, dan hasil-hasil yang dikembangkan, terutama melalui penggunaan keterampilan dalam menganalisis, mengevaluasi penilaian inferensial seseorang dengan suatu pendangan melalui pengajuan pertanyaan, konfirmasi, validasi, atau pembetulan terhadap hasil penilaian seseorang.

1.6. Macam-Macam Alat Ukur Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan beberapa alat ukur yang telah ditetapkan atau baku. Ada beberapa alat ukur yang telah dipublikasikan untuk memudahkan seseorang untuk mengukur kemampuan berpikir kritis orang lain, alat untuk mengukur kemampuan berpikir kritis ini berupa kuesioner, beberapa alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis mahasiswa menurut Warren (2011) antara lain :


(33)

b. Watson-Glaser Critical Thinking Appraisal yang telah dipublikasikan pada tahun 1980 oleh Goodwin Watson and Edward Maynard Glaser c. The California Critical Thinking Skills Test (CCTST) yang

dipublikasikan pada tahun 1990 oleh Peter Facione

d. The Cornell Critical Thinking Test Level X (untuk tingkat siswa yang berumur 4-14 tahun) yang dipublikasikan oleh Robert H. Ennis and Jason Milman pada tahun 2005

e. The Cornell Critical Thinking Test Level Z (untuk tingkat mahasiswa dan umum) yang dipublikasikan oleh Robert H. Ennis and Jason Milman pada tahun 2005

f. The California Critical Thinking Disposition Inventory yang dipublikasikan oleh Peter Facione and N. C. Facione pada tahun 1992 g. Tasks in Critical Thinking yang dipublikasikan oleh Educational

Testing servicepada tahun 1993

h. ICAT Critical Thinking Essay Examination yang dipublikasikan oleh The International Center For The Assessment of Thinking pada tahun 1996

i. James Madison Test Of Critical Thinking yang dipublikasikan olehThe Critical Thinking Companypada tahun 2004

j. Dan yang terakhir adalah Critical Thinking Disposition Self Rating-Form yang dikembangkan oleh Peter A. Facione yang dipublikasikan pada tahun 2011. Alat ukur ini terdiri dari 20 item pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan positif dan 10 pertanyaan negatif.


(34)

2. Problem Based learning(PBL)

2.1. PengertianProblem Based Learning(PBL)

Problem based learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, belajar secara mandiri, dan menuntut keterampilan berpartisipasi dalam tim. Proses pemecahan masalah dilakukan secara kolaborasi dan disesuaikan dengan kehidupan (Barrows & Kelson, 2004 dalam Riyanto, 2010). Sementara itu menurut Boud & Feletti (1991 dalam Riyanto, 2010) mengatakan problem based learning(PBL) sebagai suatu pendekatan ke arah penataan pembelajaran yang melibatkan para peserta didik untuk menghadapi permasalahan melalui praktik nyata sensual dengan kehidupan sehari-hari.

Menurut Duch, (1995 dalam Riyanto, 2010) menyatakan bahwa problem based learning(PBL) adalah sebagai acuan bagi peserta didik untuk merumuskan, menganalisis, dan memecahkan permasalahan tersebut. model pembelajaran berbasis masalah ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis, analitis, dan untuk menemukan serta menggunakan sumber daya yang sesuai untuk belajar.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa problem based learning (PBL) adalah suatu pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam berfikir kritis, analitis dan untuk menghadapi permasalahan melalui praktik nyata sensual dengan kehidupan sehari-hari.


(35)

2.2. Landasan Teori TentangProblem Based Learning(PBL)

Menurut Ibrahim & Nur (2001) ada beberapa teori yang melandasi tentang problem based learning(PBL) sebagai berikut :

a. Teori Dewey

Dewey mengatakan pembelajaran di kelas seharusnya memiliki manfaat daripada abstrak dan pembelajaran tersebut memiliki manfaat yang baik yang dapat dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil. Menurut Rideout (2005) mengatakan dalam praktik PBL, peserta didik mampu mengidentifikasi isu pembelajaran dan menggunakan sumber daya pembelajaran yang memenuhi tujuan khusus mereka.

b. Teori Piaget dan Vygotsky (Konstruktivisme)

Jean Piaget & Lev Vygotsky menyatakan peserta didik dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus menerus tumbuh dan berubah pada saat peserta didik mendapatkan pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal mereka.

c. Teori Bruner

Jerome Bruner mengajukan sebuah model yang menekankan pentingnya membantu peserta didik memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu. Hal ini akan menuntut peserta didik untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Penekanan PBL pada analisis masalah sebelum mengumpulkan informasi dan pada aktivitas pembelajaran mandiri


(36)

dipengaruhi oleh ide Bruner tetang motivasi intrinsik sebagai kekuatan yang mendorong individu untuk lebih banyak mempelajari dunia mereka (Bruner, 1997 dalam Rideout, 2005).

2.3. Tahap-Tahap DalamProblem Based Learning(PBL)

Menurut Nursalam & Efendi (2009) mengatakan dalam metode PBL, peserta didik diberikan suatu permasalahan. Selanjutnya secara berkelompok (disarankan kelompok kecil 8-10 orang) mencari solusi atas permasalahan tersebut. untuk mendapatkan solusi, mereka diharapkan secara aktif mencari informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh dari bahan bacaan (literatur), narasumber, dan sebagainya. Untuk dapat memperoleh hasil yang diharapkan, maka terdapat langkah-langkah yang dilakukan dalam metode PBL :

a. Identifikasi masalah

Mahasiswa membaca masalah yang diberikan dan mendiskusikannya. Mereka dapat terstimulus untuk “mendiagnosis” masalah tersebut dengan segera. Mereka harus didorong untuk berpikir lebih dalam dengan pertanyaan “apa”, “mengapa”, “bagaimana”, “kapan” dan sebagainya. b. Eksplorasi pengetahuan yang telah dimiliki

Klarifikasi istilah yang digunakan dalam masalah beserta maknanya. Mahasiswa datang dengan pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya, termasuk dari pengalaman hidup. Kita tahu bahwa seseorang dapat


(37)

memahami materi atau pengetahuan baru jika telah pernah tahu tentang topik tersebut.

c. Menetapkan hipotesis

Pada tahap ini diharapkan mahasiswa dapat membangun hipotesis dari permasalahan yang diberikan.

d. Identifikasi isu-isu yang dipelajari

Isu pembelajaran dapat didefenisikan sebagai pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan pengetahuan yang masih dimiliki oleh mahasiswa. Pada tahap ini mahasiswa harus menyadari apa yang menjadi isu pembelajaran (learning issues), baik bagi kelompok maupun bagi tiap individu.

e. Belajar mandiri

Pada tahap ini harus jelas isu pembelajaran yang menjadi tujuan bagi tiap mahasiswa. Pada area tertentu, perlu ditentukan bagian yang merupakan bagian dari belajar mandiri mahasiswa. Hal ini bermanfaat sebelum masuk pertemuan (tutorial) berikutnya.

f. Re-evaluasi dan penerapan pengetahuan baru terhadap masalah

Ini tahap yang paling krusial dalam proses PBL, yaitu saat mahasiswa berkumpul kembali setelah membahas isu pembelajaran pada tahap sebelumnya. Pada tahap inilah ilmu atau pengetahuan yang baru diterapkan pada permasalahan yang diberikan di awal. Penelitian di bidang pendidikan mengungkapkan bahwa jika bekerja dengan informasi baru dengan mempertanyakannya, menerapkannya pada situasi yang berbeda dapat membantu merangsang pembelajaran pada masa datang.


(38)

g. Pengkajian dan refleksi

Sebelum proses pembelajaran selesai, mahasiswa sebaiknya mendapat kesempatan untuk berefleksi mengenai proses pembelajaran yang terjadi. Hal ini termasuk melakukan review terhadap pembelajaran yang telah diraih, sekaligus kesempatan bagi kelompok untuk memberikan umpan balik mengenai proses yang telah berlangsung.

Sedangkan tahap-tahap PBL di dalam Fakultas Keperawatan USU adalah dengan menggunakanSeven Jumps Maastricht, yaitu :

a. Klarifikasi (menjelaskan) istilah-istilah yang tidak dipahami b. Identifikasi/mendefinisikan masalah

c. Hipotesis :brainstorming/curah pendapat penjelasan yang mungkin

d. Analisis/strukturisasi/mengatur penjelasan menjadi solusi sementara, we don’t know,more info

e. Rumuskan tujuan pembelajaran (learning objective), kelompok menyepakati tujuan pembelajaran.

(poin a-e dilaksanakan pada pertemuan 1) f. Berbagi hasil dan informasi yang didapat g. Sintesa pengetahuan/menyimpulkan

(poin f dan g dilaksanakan pada pertemuan ke II)

Hasil dari poin a-g dituliskan kedalam logbookoleh mahasiswa yang akan digunakan sebagai penilaian oleh fasilitator.


(39)

2.4. KarakteristikProblem Based Learning(PBL)

Ada dua pendapat ahli yang menyatakan tentang karakteristik problem based learning(PBL), yaitu :

2.4.1. Menurut Rusijono (2009), karakteristik esensial dari problem based learning(PBL) antara lain :

a. Suatu kurikulum yang disusun berdasarkan masalah relevan dengan hasil akhir pembelajaran yang diharapkan, bukan berdasarkan topik atau bidang ilmu.

b. Disediakannya kondisi yang dapat memfasilitasi kelompok bekerja/belajar secara mandiri atau kolaborasi, menggunakan pemikiran kritis, dan membangun semangat untuk belajar seumur hidup.

2.4.2. Sedangkan menurut Arrends (2004) ada 5 karakteristik Problem Based Learning(PBL) yaitu :

a. Pengajuan Masalah

Langkah awal dari problem based learning (PBL) ini adalah mengajukan masalah yang diajukan secara autentik ditujukan dengan mengacu pada kehidupan nyata (contextual teaching and learning). Penerapan pemberian tugas-tugas akademik lemah dalam konteks, sehingga tidak bermakna bagi mahasiswa karena mereka tidak dapat menghubungkan tugas-tugas ini dengan apa yang telah mereka ketahui.


(40)

Walaupun ilmu terte peserta didi c. Menyelidi

Mahasisw hipotesis informasi, acuan dan m d. Memprese

Setelah m memprese memberika disajikan ol e. Kolaborasi

Model ini tim.

Gambar 2.1

upunproblem based learning(PBL) ditujukan pa ertentu, tetapi dalam pemecahan masalah-m didik dapat menyelidiki dari berbagai macam il lidiki masalah autentik

swa menganalisis dan merumuskan masalah, m sis dan meramalkan, mengumpulkan dan si, melaksanakan eksperimen (jika diperluka an menyimpulkan.

esentasikan hasil kerja

h mahasiswa selesai mengerjakan lembar kerja esentasikan hasil kerja di depan kelas sedan

rikan tanggapan serta kritik terhadap pemecaha n oleh tim yang mempresentasikan.

borasi

ini dicirikan dengan kerjasama antar mahasisw

r 2.1 :Problem Based Learning(PBL), (Sumbe Pendidikan dan Kebudayaan, 2013)

n pada suatu bidang h-masalah aktual,

ilmu.

h, mengembangkan dan menganalisis rlukan), membuat

rja, salah satu tim dangkan tim lain han masalah yang

hasiswa dalam satu


(41)

2.5. Kelebihan dan Kelemahan Dalam Penggunaan Problem Based Learning (PBL)

2.5.1. Kelebihan menggunakanproblem based learning(PBL) antara lain : 2.5.1.1. Kelebihan dalam penggunaan problem based learning (PBL)

menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013, yaitu :

a. Denganproblem based learning (PBL) akan terjadi pembelajaran bermakna. Mahasiswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan.

b. Dalam situasi problem based learning (PBL), peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya.

c. Problem based learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

2.5.1.2. Sedangkan menurut Sudjana (1996 dalam Sholihah, 2010) kelebihan dalam penggunaan problem based learning (PBL) yaitu :

a. Mahasiswa memperoleh pengalaman praktis


(42)

c. Bahan pengajaran lebih dihayati dan dipahami oleh mahasiswa d. Mahasiswa dapat belajar dari berbagai sumber

e. Interaksi sosial antar mahasiswa lebih berkembang

f. Mahasiswa dapat melakukan analisis dan sintesis secara simultan g. Membiasakan mahasiswa berpikir logis dan sistematis dalam

pemecahan masalah

2.5.2. Sedangkan kelemahan dalam penggunaan Problem Based Learning (PBL)

2.5.2.1. Menurut Sudjana (1996 dalam Sholihah, 2010) kelemahan dalam penggunaanProblem Based Learning(PBL), yaitu :

a. Menuntut sumber-sumber dan sarana belajar yang cukup

b. Kegiatan belajar peserta didik bisa membawa resiko yang merugikan jika tidak dikendalikan oleh staf pengajar/dosen

c. Sulitnya mencari problem yang relevan dengan peserta didik 2.5.2.2. Kelemahan penggunaan problem based learning (PBL) menurut

Nursalam & Efendi (2009) yaitu :

a. Tutor yang tidak dapat mengajar : tutor merasa nyaman dengan metode konvensional sehingga kemungkinan PBL akan terasa membosankan dan sulit

b. Sumber daya manusia : lebih banyak staf yang terlibat dalam proses tutorial


(43)

c. Sumber-sumber lain : sebagian besar mahasiswa memerlukan akses pada perpustakaan yang sama dan internet secara bersamaan pula

d. Model peran : kemungkinan mahasiswa mengalami kekurangan akses pada dosen yang berkualitas di mana dalam kurikulum konvensional memberikan kuliah dalam kelompok besar

e. Informasi berlebihan : mahasiswa kemungkinan tidak yakin dengan seberapa banyak belajar mandiri yang diperlukan dan informasi apa yang relevan dan berguna

2.6. Sistem PenilaianProblem Based Learning(PBL)

Penilaian yang dilakukan dalam problem based learning (PBL) menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) yaitu dengan memadukan tiga aspek sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan kecakapan (skill). Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran.

Penilaian pembelajaran dengan problem based learning (PBL) dilakukan dengan authentic assessment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan sistematis pekerjaan-pekerjaan mahasiswa yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian


(44)

tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment)danpeer-assessment.

2.6.1. Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh mahasiswa itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh mahasiswa itu sendiri dalam belajar. Adapun penilaiannya dalam problem based learning (PBL) yaitu :

a. Penilaian kinerja mahasiswa

Pada penilaian kinerja ini mahasiswa diminta untuk kerja atau mendemonstrasikan kemampuan melakukan tugas-tugas tertentu seperti menginterpretasikan jawaban pada suatu masalah.

b. Penilaian portofolio mahasiswa

Penilaian portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan mahasiswa dalam suatu periode tertentu.

2.6.2. Peer-assessment. Penilaian di mana mahasiswa berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya. Adapun penilaiannya dalam problem based learning (PBL) yaitu :

a. Penilaian potensi belajar

Penilaian yang diarahkan untuk mengukur potensi belajar mahasiswa yaitu mengukur kemampuan yang dapat ditingkatkan dengan bantuan


(45)

dosen dan mahasiswa lainnya yang lebih maju. Pada problem based learning(PBL) ini mahasiswa diberikan tugas-tugas berupa pemecahan masalah untuk mengembangkan dan mengenali potensi kesiapan belajarnya.

b. Penilaian usaha kelompok

Menilai usaha kelompok seperti yang dilakukan pada pembelajaran kooperatif dapat dilakukan pada problem based learning (PBL). Penilaian usaha kelompok mengurangi kompetisi merugikan yang sering terjadi, misalnya membandingkan mahasiswa dengan mahasiswa yang lainnya. Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh mahasiswa sebagai hasil pekerjaan mereka.

Sedangkan di Fakultas Keperawatan USU, sistem penilaian dalam pelaksanaan problem based learning (PBL) meliputi 3 item penilaian yaitu attitude, knowledge dan skill yang terbagi kedalam tiga tahap yaitu tutorial pertemuan 1, pertemuan 2 dan pertemuan 3 (pleno pakar) :

1. Tutorial pertemuan 1 a. Attitude

i. Kehadiran tepat waktu

ii. Menghargai dan menerima masukan dari anggota lainnya iii. Bekerjasama dan aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok b. Knowledge


(46)

i. Mampu menggali prior knowledge (pelajaran sebelumnya) yang terkait dengan kasus

ii. Mampu mengenali informasi yang disampaikan dari pemicu iii. Mampu menganalisa informasi (pemicu)

iv. Mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuan dari berbagai level yang sudah dimiliki sebelumnya

c. Skill

i. Mampu berdiskusi dengan menggunakan terminology yang sesuai dengan falsafah ilmu keperawatan

ii. Mampu menyampaikan informasi dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan jelas

iii. Mampu mencapai learning issue dengan sistematis (mengikuti langkah 7 jump)

iv. Mampu mencapai masalah secara sistematis 2. Tutorial Pertemuan 2

a. Attitude

i. Kehadiran tepat waktu

ii. Menghargai dan menerima masukan dari anggota lainnya iii. Bekerjasama dan aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok b. Knowledge

i. Mampu memahami isi referensi dan menggali informasi dari sumber yang tepat


(47)

iii. Mampu menyampaikan konsep ilmu disertai contoh yang sesuai iv. Mampu menganalisa berbagai sumber informasi dan mensintesa

kesimpulan dan pertanyaan baru

v. Mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuan dari berbagai level (molekuler, seluler, mikroskopi, anatomi, keperawatan dan sosial) c. Skill

i. Mampu menyimpulkan informasi dengan menggunakan diagram, flowchart dan table

ii. Mampu berdiskusi berdasarkan referensi

iii. Mampu menjelaskanlearning issuedengan bahasa yang jelas

iv. Mampu mencapai masalah secara sistematis (mengikuti langkah 7 jump)

Log Book

Mahasiswa mampu menyimpulkanlog book 3. Tutorial Pertemuan 3 (pleno pakar)

a. Attitude

i. Kehadiran tepat waktu

ii. Menghargai dan menerima masukan dari anggota lainnya iii. Bekerjasama dan aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok b. Knowledge

i. Mampu menyampaikan pendapat sesuai dengan topik ii. Mampu menggali informasi dengan tepat selama pleno


(48)

iv. Mampu mengintegrasikan konsep dan ilmu terkait secara sistematis sesuai permasalahan

c. Skill

i. Mampu berdiskusi dengan menggunakan terminology yang sesuai ii. Mampu menstimulus jalannya diskusi untuk menambah pemahaman iii. Diskusi kondusif dan ilmiah

2.7. Kompetensi Yang Ingin Dicapai DalamProblem Based Learning(PBL) Kompetensi yang ingin dicapai melalui serangkaian problem based learning(PBL) adalah :

a. Mengembangkan kemampuan mengidentifikasi masalah-masalah klinis dan kesehatan melalui diskusi dan belajar mandiri dalam konteks skenario klinis yang diberikan kepadanya sebagai “masalah pasien” b. Mengembangkan kemampuan mengintegrasikan ilmu pengetahuan

keperawatan dasar maupun klinis secara holistik dan komprehensif c. Mengembangkan kemampuan dan mengatasi berbagai masalah

kesehatan baik di klinik maupun di masyarakat

d. Melatih mengembangkan proses “clinical reasoning” termasuk keterampilan : sintesis masalah, menyusun hipotesis, berpikir kritis terhadap semua informasi, analisa data dan pengambilan keputusan e. Mengembangkan keterampilan untuk menjadikan diri sebagai

pembelajar mandiri, mencari hal-hal yang belum diketahui, serta menggunakan secara efektif sumber-sumber belajar


(49)

f. Melalui diskusi berulang-ulang, melatih kemampuan : memimpin, bekerjasama dalam tim, berkolaborasi, menerima pendapat orang lain dan memahami keterbatasan diri

2.8. PenerapanProblem Based Learning(PBL)

Karakteristik umum dari problem based learning adalah masalah sebagai awal pembelajaran. Rancangan masalah yang menjadi issue berasal dari masalah dilematis lingkungan sekitar untuk menarik minat mahasiswa. Masalah harus disesuaikan dengan kompetensi dasar, materi, dan hasil belajar yang ingin di capai. Menurut Duch (1997) dalam Weiss (2003) permasalahan yang baik dapat mensukseskan pembelajaran, rancangan permasalahan yang baik adalah :

a. Beberapa fakta yang terjadi di dunia nyata dirangkum dalam bentuk peta masalah yang dapat menarik minat peserta didik

b. Memilih salah satu fakta yang banyak dibahas oleh mass media menjadi pokok masalah pada bahasan suatu pembelajaran

c. Dapat memotivasi para peserta didik dalam menyusun argumen yang kuat berdasarkan beberapa informasi maupun referensi yang mereka peroleh d. Dapat memunculkan sikap saling kerjasama antara peserta didik untuk

membahas maupun menyelesaikan masalah tersebut

e. Pertanyaan awal yang disajikan pada masalah dapat menjadi petunjuk peserta didik untuk mengambil peran dalam diskusi. Pertanyaan ini harus :


(50)

i. Bersifat terbuka terhadap berbagai bidang pengetahuan maupun tanggapan

ii. Dapat dihubungkan dengan pengetahuan dasar sebelumnya maupun semua nilai-nilai berbagai aspek sebagai bentuk kontribusi pengembangan masalah atau solusi

iii. Dipusatkan pada isu-isu yang dapat mengundang perdebatan atau belum terpecahkan secara tuntas

f. Dapat memotivasi para peserta didik untuk terlibat dalam proses berpikir kritis dan analitis

g. Setiap unit-unit spesifik dari pengembangan pokok masalah harus dapat disatukan kembali menjadi bentuk pemahaman suatu materi pembelajaran

2.9. Peran Partisipan DalamProblem Based Learning(PBL)

Selama berlangsungnya proses belajar dalam PBL, mahasiswa akan mendapat bimbingan dari narasumber atau fasilitator, bergantung pada tahapan kegiatan yang dijalankan (Suradijono, 2004 dalam Nursalam & Efendi, 2009). Tiap-tiap elemen dalam PBL memiliki peran spesifik sebagai berikut :

2.9.1. Narasumber

Peran narasumber dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut : a. Menyusun kasus pemicu (triggers problems)

b. Sebagai sumber pembelajaran untuk informasi yang tidak ditemukan dalam sumber pembelajaran berupa bahan cetak atau elektronik


(51)

c. Melakukan evaluasi hasil pembelajaran 2.9.2. Tutor/fasilitator

Secara umum peran fasilitator adalah memantau dan memastikan kelancaran kerja kelompok serta melakukan evaluasi terhadap efektivitas proses belajar kelompok. Peran fasilitator sebagai berikut : a. Pada pertemuan pertama, mengatur kelompok dan menciptakan suasana

nyaman

b. Memastikan bahwa sebelum proses pembelajaran dimulai setiap kelompok telah memiliki seorang anggota yang bertugas membaca materi dengan suara yang dikeraskan.

c. Memberikan materi atau informasi pada saat yang tepat, sesuai dengan perkembangan kelompok

d. Memastikan bahwa setiap sesi diskusi kelompok diakhiri dengan self-evaluation

e. Menjaga agar kelompok terus memusatkan perhatian pada pencapaian tujuan

f. Memantau jalannya diskusi dan membuat catatan tentang berbagai masalah yang muncul dalam proses belajar

g. Menjaga motivasi mahasiswa dengan mempertahankan unsur tantangan dalam penyelesaian tugas

h. Memberikan pengarahan agar dapat membantu mahasiswa keluar dari kesulitannya


(52)

i. Membimbing proses belajar mahasiswa dengan mengajukan pertanyaan yang tepat pada saat yang tepat

j. Mengevaluasi kegiatan belajar mahasiswa, termasuk partisipasinya dalam kelompok

k. Mengevaluasi penerapan PBL yang telah dilakukan 2.9.3. Mahasiswa

Menurut Wood (2003) mengatakan peran mahasiswa di dalam pelaksanaan PBL terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu :

a. Peran ketua dan diskusi PBL, antara lain :

i. Memimpin proses diskusi kelompok

ii. Mendorong anggota kelompok untuk mengambil bagian dalam diskusi

iii. Memelihara dinamika kelompok

iv. Mengatur waktu

v. Memastikan kelompok mencapai tujuan pembelajaran (learning objective)

vi. Memastikan notulen membuat catatan dengan akurat

b. Peran notulen (pencatat) dalam diskusi PBL, antara lain :

i. Mencatat inti diskusi yang dikemukakan kelompok


(53)

iii. Berpartisipasi dalam diskusi

iv. Mencatat sumber daya yang digunakan oleh kelompok

c. Peran peserta dalam diskusi PBL, antara lain :

i. Mengikuti urutan langkah-langkah proses

ii. Berpartisipasi dalam diskusi

iii. Mendengarkan dan menghargai kontribusi peserta lainnya

iv. Mengajukan pertanyaan terbuka

v. Mencapai semua tujuan pembelajaran (learning objective)

vi. Berbagi informasi dengan peserta lainnya

2.10. Sistem Penilaian hasil observasi Pelaksanaan Problem Based Learning (PBL) berdasarkan penilaian Acuan Norma (PAN)

Sistem penilaian yang digunakan oleh Universitas Sumatera Utara terdapat dua penilaian yaitu PAN (penilaian acuan norma) dan PAP (penilaian acuan patokan). Pada bab ini hanya akan dibahas mengenai PAN. PAN merupakan metode yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan mahasiswa berdasarkan hasil ujian mahasiswa lain di dalam kelompoknya (Peraturan Rektor USU, 2013).

PAN menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku pada kurva normal. hasil-hasil perhitungannya dipakai sebagai acuan penilaian dan memiliki sifat relatif sesuai dengan naik turunnya nilai rata-rata dan simpangan baku yang


(54)

dihasilkan pada saat itu. Penggunaan PAN selalu dapat dilakukan dengan baik, apabila memenuhi syarat antara lain :

a. Skor nilai terpencar atau dianggap terpencar sesuai dengan kurva normal

b. Jumlah yang dinilai minimal 50 orang atau lebih dari 100 orang dalam arti sampel yang digunakan besar

Dalam penerapan sistem PAN ada dua hal pokok yang harus ditetapkan, yaitu : banyaknya mahasiswa yang akan lulus dan penetapan batas lulus. Terdapat dua cara dalam menentukan batas kelulusan antara lain :

a. Skor setiap mahasiswa disusun dan dirangking sehingga akan diketemukan skor terendah dan tertinggi

b. Menggunakan data statistik yang terdapat dalam kurva normal dengan menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku

Pertimbangan pemilihan PAN :

a. Di pakai untuk semua matakuliah dari yang sangat teoritis (penuh materi kognitif) sampai matakuliah yang paling praktis (penuh muatan keterampilan)

b. Matakuliah tersebut bukan merupakan prasyarat matakuliah yang lain atau matakuliah pada tingkat yang lebih tinggi

c. Menghasilkan kurva normal karena pendekatan ini pada dasarnya tidak mengkaitkan dengan proses belajar mengajar


(55)

d. Membiarkan mahasiswa berkembang normal atau apa adanya sehingga dalam kelompok mahasiswa itu masih terdapat perbedaan yang luas antara mereka yang mencapai hasil belajar tinggi dan mereka yang mencapai hasil belajar yang rendah

e. Makin normal kurva yang dihasilkan pengukuran menunjukkan ujian yang dipergunakan makin baik dan makin baik sistem pengajaran yang diselenggarakan.


(56)

1. Kerangka Konseptual

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dicantumkan pada bab 2, maka dalam bab ini akan dijelaskan mengenai konsep yang mendasari penelitian dengan menggunakan kerangka konseptual. Kerangka konseptual pada penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pelaksanaan problem based learning (PBL) dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU.

Skema 3.1 : Kerangka Konseptual Penelitian

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Hubungan antara variabel 2. Definisi Operasional

Definisi operasional mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati ketika melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2007).

Pelaksanaan Problem Based Learning(PBL)

Kemampuan Berpikir Kritis


(57)

Tabel 3.1 : Definisi Operasional N

o

Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Problem Based Learning (PBL) Proses pelaksanaan problem based learningyang dilakukan oleh responden yang dilihat dari lembar hasil

observasi penilaian proses PBL dari blok IKD 1, IKD 2, IKD 3 dan IKD 4 Lembar hasil observasi pelaksanaan PBL mahasiswa yang mengikuti kegiatan

tutorial pada pertemuan 1, pertemuan 2 dan pertemuan

3 (pleno

pakar).

Penilaian yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan sistem

penilaian PAN, sehingga pada masing-masing blok memiliki rentang

penilaian yang berbeda karena nilai minimum dan nilai maksimum mahasiswa sangat berbeda disetiap blok

a. Rentang penilaian IKD 1: - Kurang = 83

- 88

Cukup = 89 -94

- Baik = 95-100 b. Rentang

penilaian IKD 2 : Kurang = 0

-33,5

Cukup = 34 -66,5

- Baik = 67– 100

c. Rentang penilaian IKD 3 : - Kurang = 60

- 74

Cukup = 75 -88

- Baik = 89– 102

d. Rentang penilaian IKD 4 : - Kurang = 20

- 46

Cukup = 47 -73

Baik = 74 -100

e. Rentang penilaian


(58)

2 Kemampuan Berpikir Kritis

Kecenderung an responden untuk

melakukan proses

kognitif yang mengarahkan responden dalam mengambil keputusan, menganalisa suatu permasalahan dan memecahkan masalah Menggunakan Critical Thinking Disposition Self-Rating Form. Skor 5 pada setiap jawaban “Ya” pada

pertanyaan bernomor ganjil dan pada setiap jawaban “Tidak” pada pertanyaan bernomor genap

total IKD 1, 2, 3 dan 4 : - Kurang = 69

- 79

Cukup = 80 -90

Baik = 91 -100

1 = Skor <cut of point, menilai diri cenderung tidak berpikir kritis 2 = Skor >cut of

point, menilai diri cenderung berpikir kritis Cut of point=70

Ordinal

3. Hipotesa

Untuk melihat ada atau tidaknya hubungan pelaksanaan problem based learning(PBL) dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU, maka hipotesa yang ditegakkan adalah :

3.1. Ha : Ada hubungan pelaksanaan problem based learning (PBL) dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas


(59)

METODOLOGI PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional yang bertujuan untuk menggambarkan dan mengidentifikasi hubungan korelatif antar variabel. Dalam hal ini terdapat dua variabel yang digunakan untuk melihat hubungan pelaksanaan problem based learning (PBL) dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU.

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU yang berjumlah 137 mahasiswa yang terbagi kedalam 10 kelompok kecil dalam kegiatan tutorial. Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif. Pada penelitian kohort retrospektif yaitu faktor kejadian atau peristiwa yang sudah terjadi di masa lampau sebelum dimulainya penelitian. Dengan demikian variabel tersebut diukur melalui catatan historis. 2.2. Sampel Penelitian

Desain sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2010). Metode ini diperbolehkan karena jumlah populasi yang terbatas atau sedikit yaitu 137 responden,


(60)

diperbolehkan karena jumlah populasi yang terbatas atau sedikit yaitu 137 responden, sehingga dari jumlah tersebut dijadikan sampel dalam penelitian. Penggunaan total populasi diharapkan akan lebih mewakili fakta yang ada (Notoatmodjo, 2002). Sehingga mahasiswa angkatan 2014 yang berjumlah 137 dijadikan sampel dalam penelitian ini.

3. Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Keperawatan USU yang beralamat di Jalan Prof. Ma’as No. 3 Kampus Universitas Sumatera Utara, Medan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April tahun 2015. Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini karena mahasiswa untuk S1 reguler angkatan 2014 di Fakultas Keperawatan USU memiliki kriteria untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini, di samping itu lokasi ini mudah dijangkau oleh peneliti dan penelitian mengenai hubungan pelaksanaan problem based learning (PBL) dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU belum pernah dilakukan di Fakultas Keperawatan USU.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Setelah mendapatkan persetujuan dari komisi etik (ethical clearance) di Fakultas Keperawatan USU, peneliti memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden berupa informed consentkepada subjek penelitian. Tujuan ini berprinsip pada etika penelitian untuk memahami hak dasar manusia yaitu memberikan manfaat penelitian bagi peneliti maupun subjek, menghormati


(61)

keputusan subjek apabila menolak menjadi responden, dan menjaga kerahasiaan subjek yang menjadi responden. Kerahasiaan subjek dijaga dengan tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan nama inisial responden pada lembar pengumpulan data. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dalam bentuk kuesioner yang dikembangkan berdasarkan kerangka penelitian yang telah disusun. Lembar kuesioner terdiri dari tiga bagian yaitu data demografi, lembar hasil observasi pelaksanaan problem based learning (PBL), dan kuesioner kemampuan berpikir kritis.

5.1. Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi responden terdiri dari lima pertanyaan yaitu : inisial responden, NIM, Usia, jenis kelamin dan kelompok tutorial.

5.2. Lembar hasil observasi pelaksanaanproblem based learning(PBL)

Data untuk lembar hasil observasi pelaksanaan problem based learning (PBL) diperoleh dari dosen penanggungjawab (PJ) tutorial untuk angkatan 2014. Data merupakan kumpulan penilaian proses tutorial pada pertemuan 1, pertemuan 2 dan pertemuan 3 (pleno pakar) pada blok IKD 1, IKD 2, IKD 3 dan IKD 4 yang dilakukan oleh masing-masing dosen setiap kelompok. Lembar hasil observasi pelaksanaan problem based learning


(62)

(PBL) dari pertemuan 1, pertemuan 2 dan pertemuan 3 (pleno pakar) pada keempat blok tersebut terdiri dari 3 item penilaian yaituattitude, knowledge dan skill serta penilaian penulisan logbook di pertemuan ke 2. Proses penilaian pada data pelaksanaan PBL dilakukan dengan cara penilaian acuan norma (PAN) dengan melihat nilai tertinggi dan nilai terendah responden pada setiap blok. Perentangan untuk penilaian pada penelitian ini tidak menggunakan sistem penilaian yang telah ditetapkan di Fakultas Keperawatan USU karena pengolahan data yang dihasilkan menjadi konstan atau seimbang sehingga tidak memiliki variasi data dalam pengolahan data. Hal ini menyebabkan hasil pada pengolahan data secara statistik tidak bisa muncul. Untuk mengatasi permasalahan di atas, peneliti membuat perentangan berdasarkan rumus :

panjang kelas (p) = rentang (nilai maksimum nilai minimum)

banyak kelas

Data dari hasil observasi pelaksanaan problem based learning (PBL) pada keempat blok merupakan data yang tidak berdistribusi normal. Hal ini telah diuji dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov dengan hasilsig. (2 tailed)0,00.

5.3. Kuesioner kemampuan berpikir kritis

Instrumen berpikir kritis diukur dengan menggunakan kuesioner Critical Thinking Dispotision Self-Rating Form yang dikembangkan oleh Facione pada tahun 2011. Kuesioner ini diadopsi dari kuesioner berpikir kritis yang digunakan oleh Aprisunadi pada tahun 2011 di dalam penelitiannya. Kuesioner ini telah diterjemahkan oleh ahli bahasa. Kuesioner ini


(63)

merupakan penilaian kecenderungan berpikir kritis yang dilakukan sendiri oleh responden. Kuesioner ini terdiri atas 20 item pertanyaan yang bertujuan untuk menilai kecenderungan berpikir kritis. Responden mendapatkan skor 5 jika menjawab pertanyaan bernomor ganjil dengan “Ya” dan menjawab pertanyaan bernomor genap dengan “Tidak”. Karena pertanyaan bernomor ganjil adalah pertanyaan positif yang mendukung berpikir kritis sedangkan pertanyaan bernomor genap adalah pertanyaan negatif yang tidak mendukung berpikir kritis (Aprisunadi, 2011). Untuk ketentuan dalam penilaian Cut Of Point dalam kuesioner kemampuan berpikir kritis adalah 70 (Facione, 2011). Pada hasil data kuesionerCritical Thinking Dispotision Self-Rating Form merupakan data yang tidak berdistribusi normal. Hal ini telah diuji dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov dengan hasilsig. (2-tailed)0,00.

Tabel 4.1 : Kisi-kisiCritical Thinking Dispotision Self-Rating Form (Sumber : Facione, P.A tahun 2011)

Item Pertanyaan Nomor Pertanyaan Jumlah

Positif Negatif

1,3,5,7,9,11,13,14,15,17,dan 19 2,4,6,8,10,12,14,16,18, dan 20

10 10

Total 20

6. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data, antara lain :


(64)

6.1. Setelah proposal penelitian disetujui, peneliti mengajukan surat ke bagian komisi etik Keperawatan di Fakultas Keperawatan USU untuk mendapatkanethical clearancedalam melakukan penelitian.

6.2. Mengajukan surat izin penelitian ke Fakultas Keperawatan USU. Selanjutnya mengajukan surat kebagian pendidikan Fakutas Keperawatan USU untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian.

6.3. Peneliti menjumpai responden yang telah ditentukan berdasarkan jumlah sampel yang telah ditetapkan pada penelitian.

6.4. Peneliti mengumpulkan responden dalam satu tempat yaitu diruangan kelas stambuk 2014, supaya dapat mempermudah dalam pembagian kuesioner

6.5. Peneliti memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan dari penelitian yang dilakukan kepada responden.

6.6. Selanjutnya responden diminta untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan oleh peneliti dengan pengawasan dari peneliti. Responden diperbolehkan untuk bertanya apabila ada item dalam kuesioner yang belum jelas.

6.7. Apabila kuesioner telah selesai diisi, kuesioner dikumpulkan kepada peneliti. Selanjutnya peneliti akan memeriksa kelengkapan dari pengisian kuesioner serta memastikan jumlah kuesioner yang terkumpul sesuai dengan kuesioner yang dibagikan.


(65)

7. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur. Validitas ini menyangkut akurasi instrumen, untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun tersebut valid maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item pertanyaan/pernyataan dengan skor total kuesioner tersebut (Sibagariang, et al., 2010). Pada penelitian ini tidak dilakukan lagi uji validitas terhadap kedua instrumen, karena instrumen pelaksanaan PBL pada mahasiswa Fakultas Keperawatan USU merupakan format penilaian pelaksanaan PBL yang telah ditetapkan oleh staf pengajar Fakultas Keperawatan USU. Sedangkan untuk instrumen berpikir kritis merupakan instrumen baku yang dikembangkan oleh Facione pada tahun 2011 yang disebut denganCritical Thinking Dispotision Self-Rating Formyang memiliki nilai validitas 0,737 (Aprisunadi, 2011).

Sedangkan reliabilitas dimaksudkan untuk melihat sampai seberapa jauh instrumen tersebut menunjukkan konsistensi bila pengukuran dilakukan oleh orang yang sama pada saat yang berbeda, atau oleh orang yang berbeda pada obyek yang sama (Sugiyono, 1999 dalam Fajar, et al., 2009). Menurut Polit & Hungler (1997) suatu instrumen dikatakan reliabel bila koefisiennya 0,70 atau lebih. Uji reliabilitas kuesioner Critical Thinking Dispotision Self-Rating Form dilakukan di Stikes Haji Sumatera Utara pada tanggal 31 Maret 2015. Adapun alasan peneliti dalam memilih mahasiswa Stikes Haji SU sebagai responden dalam uji reliabilitas, dikarenakan metode pembelajaran PBL sudah diterapkan di Stikes Haji Sumatera Utara sejak tahun 2013, Stikes Haji Sumatera Utara


(66)

memiliki beberapa staf pengajar yang sama dengan Fakultas Keperawatan di Universitas Sumatera Utara, dan mahasiswa stambuk 2014 di Stikes Haji Sumatera Utara memiliki kriteria yang sama dengan mahasiswa stambuk 2014 di Fakultas Keperawatan USU. Uji reliabilitas penelitian ini dilakukan kepada 30 orang mahasiswa di Stikes Haji Sumatera Utara. Hasil uji pada kuesionerCritical Thinking Dispotision Self-Rating Form dengan menggunakanGuttman Split-Half Coefficientadalah 0,785.

8. Pengolahan dan Analisa Data 8.1. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah kegiatan merubah atau membuat seluruh data yang dikumpulkan menjadi suatu bentuk yang dapat disajikan, dianalisa dan ditarik suatu kesimpulan (Fajar, et al., 2009). Ada empat tahapan dalam pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu :

8.1.1. Editing (mengedit data) : peneliti memeriksa kembali kuesioner (daftar pertanyaan) yang telah diisi pada saat pengumpulan data. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan peneliti meliputi :

a. Peneliti memeriksa semua jawaban responden dapat dibaca dengan jelas. b. Peneliti memeriksa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden

telah dijawab untuk memastikan semua data sudah lengkap. Jika terdapat data yang tidak lengkap, tentu akan menyulitkan untuk pengolahan data sehingga data akan error.


(1)

97 2 2 3 5 0 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 0 0 5 0 5 0 65 1 3 3 2 3 2

98 2 1 10 0 0 5 0 5 5 0 0 5 5 0 5 0 5 5 5 5 0 5 0 55 1 2 3 3 3 2

99 2 1 7 5 5 5 0 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 0 5 5 0 0 75 2 3 3 3 3 3

100 2 1 7 0 0 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 80 2 3 3 3 3 3

101 2 1 7 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 95 2 3 3 3 3 3

102 2 1 9 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 0 85 2 3 3 3 3 3

103 2 2 5 5 0 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 85 2 3 3 3 3 3

104 2 2 9 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 85 2 3 3 3 3 3

105 2 1 6 5 5 0 0 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 5 5 5 5 0 75 2 2 3 3 3 2

106 2 1 2 5 0 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 0 0 5 75 2 3 3 3 3 3

107 2 2 6 5 0 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 90 2 2 3 3 3 2

108 2 1 6 5 0 5 0 5 5 5 5 0 5 5 0 5 0 5 0 5 5 0 5 65 1 3 3 3 3 3

109 2 1 6 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 0 5 5 5 5 85 2 2 3 3 3 2

110 2 1 6 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 0 0 5 0 5 5 0 5 0 65 1 2 3 3 1 1

111 2 1 9 0 0 0 0 5 5 5 5 5 5 5 0 0 0 5 5 5 5 0 0 55 1 3 3 3 3 3

112 2 2 4 0 0 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 0 5 5 5 5 5 0 5 70 1 2 3 3 3 3

113 2 2 4 5 0 5 0 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 75 2 2 3 3 3 3

114 2 2 4 5 5 5 0 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 0 5 80 2 3 3 3 3 3

115 2 2 2 0 0 5 0 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 5 70 1 2 3 3 3 3

116 1 2 2 5 0 5 5 5 5 5 0 0 5 5 0 5 0 0 5 0 5 5 0 60 1 2 3 3 3 2

117 2 1 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 5 85 2 2 3 2 3 3

118 2 2 5 5 0 5 0 5 5 5 5 0 5 5 0 5 0 5 0 5 5 0 5 65 1 2 3 2 3 3

119 2 1 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 90 2 2 3 2 3 3

120 2 2 3 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 0 5 5 85 2 3 3 2 3 2


(2)

122 2 2 3 5 0 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 0 80 2 3 3 1 3 2

123 2 1 6 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 95 2 2 3 3 3 2

124 2 1 6 5 0 5 0 5 5 5 0 0 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 70 1 2 3 3 3 2

125 2 2 10 5 5 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 80 2 3 3 3 3 3

126 2 2 10 5 0 5 0 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 5 5 5 0 5 75 2 2 3 3 3 3

127 2 2 10 5 0 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 90 2 3 3 3 3 3

128 2 1 4 5 0 5 0 5 5 0 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 5 5 0 70 1 1 3 3 3 3

129 2 1 4 5 5 0 0 5 5 5 0 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 5 75 2 2 3 3 3 3

130 2 1 4 5 0 5 0 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 0 0 5 5 0 5 65 1 1 3 3 3 3

131 2 1 7 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 0 5 80 2 3 3 3 3 3

132 2 1 5 5 0 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 0 5 80 2 2 3 2 3 3

133 1 2 5 0 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 0 5 80 2 2 3 2 3 3

134 2 1 5 0 5 5 0 5 5 5 5 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 60 1 2 3 2 3 3

135 2 2 5 5 0 5 0 5 5 5 5 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 5 65 1 2 3 2 3 3

136 2 1 2 5 5 5 0 5 5 5 5 5 0 5 0 5 5 5 5 5 5 0 5 80 2 1 3 3 3 2

137 2 1 1 5 0 5 0 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 5 5 5 0 5 75 2 3 3 3 3 3

Keterangan Tabel :

JK = Jenis Kelamin - 1 = Laki-laki - 2 = Perempuan

x = Jumlah Nilai Pertanyaan Setiap Responden

KMBK = Kemampuan Berpikir Kritis

1 = cenderung tidak berpikir kritis (< 70)

2 = cenderung berpikir kritis (>70)

Nilai Rentang IKD 3 = 1 = 60-74 (kurang baik) 2 = 75-88 (cukup baik) 3 = 89-102 (sangat baik)

U = Usia Responden - 1 = 17 tahun - 2 = 18 tahun

- 3 = 19 tahun - 4= 20 tahun

Nilai Rentang IKD 1 = 1 = 83-88 (kurang baik) 2 = 89-94 (cukup baik) 3 = 95-100 (sangat baik)

Nilai Rentang IKD 4 = 1 = 20-46 (kurang baik) 2 = 47-73 (cukup baik) 3 = 74-100 (sangat baik) KT = Kelompok Tutorial

- 1 = kelompok 1 - 2 = kelompok 2 - 3 = kelompok 3

- 4 = kelompok 4 - 5 = kelompok 5 - 6 = kelompok 6 - 7 = kelompok 7

- 8 = kelompok 8 - 9 = kelompok 9 - 10 = kelompok 10

Nilai Rentang IKD 2 = 1 = 0-33,5 (kurang baik) 2 = 34-66,5 (cukup baik) 3 = 67-100 (sangat baik

Nlai Rentang IKD 1,2,3 dan 4 = 1 = 69-79 (kurang baik) 2 = 80-90 (cukup baik) 3 = 91-100 (sangat baik)


(3)

DATA UJI RELIABILITAS

Sampel

pertanyaan X X2

1 2 3 4 0 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 5 0 0 0 0 0 5 0 5 0 5 0 0 0 5 0 5 0 5 0 35 1225

2 5 0 5 5 0 5 0 5 0 5 0 0 0 0 0 5 0 5 0 5 45 2025

3 5 5 5 0 5 0 0 0 0 5 0 0 5 0 5 0 0 0 5 0 40 1600

4 5 5 0 5 5 5 5 5 0 0 5 0 0 5 0 0 0 0 5 0 50 2500

5 5 5 0 5 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 5 0 30 900

6 5 5 0 5 5 5 0 5 5 5 0 5 5 0 5 0 5 0 5 0 65 4225

7 5 0 5 5 5 0 5 0 0 5 0 5 0 5 0 0 5 5 0 5 55 3025

8 5 0 0 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 85 7225

9 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 90 8100

10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 0 85 7225

11 0 5 5 5 5 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 5 5 0 5 65 4225

12 5 0 0 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 0 5 0 5 0 70 4900

13 5 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0 0 5 0 0 0 0 5 0 5 35 1225

14 0 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 85 7225

15 5 5 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 5 0 25 625

16 5 5 5 5 5 5 0 5 5 0 5 0 5 5 0 5 5 5 0 5 75 5625

17 0 0 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 85 7225

18 5 5 5 5 0 5 0 5 0 0 0 0 0 5 0 0 0 5 0 5 45 2025

19 0 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 5 5 80 6400


(4)

21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 0 5 5 90 8100

22 0 5 5 5 5 5 0 5 0 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 0 75 5625

23 0 0 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 85 7225

24 5 5 5 5 0 0 5 0 0 5 0 5 0 5 0 5 0 0 5 0 50 2500

25 0 0 0 0 0 0 5 0 5 0 0 0 0 5 5 0 5 5 0 5 35 1225

26 0 0 5 5 0 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 80 6400

27 5 5 0 5 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5 0 0 0 5 0 5 35 1225

28 5 5 5 0 5 5 0 0 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 5 75 5625

29 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 95 9025


(5)

(6)

Lampiran 16

TAKSASI DANA

1. Persiapan Proposal

a. Fotokopi sumber-sumber proposal

: Rp. 50.000,00

b. Print proposal

: Rp. 50.000,00

c. Pembelian pulsa modem internet

: Rp. 100.000,00

d. Penggandaan proposal

: Rp. 100.000,00

e. Sidang proposal

: Rp. 200.000,00

2. Persiapan penelitian

a. Dana penelitian

: Rp. 150.000,00

b. Fotokopi instrumen penelitian

: Rp. 200.000,00

c. Pembelian alat tulis

: Rp. 100.000,00

d. Pembelian pulsa modem internet

: Rp. 100.000,00

e. Penggandaan skripsi

: Rp. 250.000,00

f.

Cover skripsi

: Rp. 50.000,00

g. Sidang skripsi

: Rp 350.000,00