Luas Areal Budidaya Tambak berdasarkan Ketersediaan Air Tawar. Luas Areal Budidaya Tambak berdasarkan Kriterian Kesesuaian Lahan.

75

2. Luas Areal Budidaya Tambak berdasarkan Ketersediaan Air Tawar.

Perhitungan luas areal budidaya tambak berdasarkan potensi air tawar berdasarkan kebutuhan air laut dan air tawar untuk budidaya udang dan budidaya bandeng. Kebutuhan salinitas optimal untuk pertumbuhan udang sekitar 20 ppt, dan bandeng sekitar 28 ppt, maka jumlah air laut dan air tawar dengan salinitas optimal untuk budidaya udang dan bandeng dihitung dengan asumsi volume air di tambak sebesar 7.204,29 m 3 ha -1 , salinitas air laut 29 ppt, dan salinitas air tawar 0 ppt, dihitung dengan rumus pengenceran. Areal tambak yang sesuai dan layak berdasarkan potensi air tawar untuk budidaya udang, dibutuhkan air tawar sebesar 2.235,81 m3 ha -1 . Jika rata-rata potensi air tawar yang tersedia sebesar 1.496.661,84 m 3 hr -1 , maka luas areal budidaya udang yang layak secara bioteknis seluas 669,41 ha. Sedangkan untuk pengembangan budidaya bandeng dengan salinitas air di tambak sekitar 28 ppt, dibutuhkan air tawar sebesar 248,43 m3 ha -1 , maka luas areal budidaya bandeng yang layak secara bioteknis seluas 6.024,48 ha.

3. Luas Areal Budidaya Tambak berdasarkan Kriterian Kesesuaian Lahan.

Menurut Bengen 2005, bahwa dalam proses penentu kesesuaian lahan harus dilakukan dengan membandingan kriteria faktor-faktor penentu kesesuaian lahan dengan kondisi eksisting, melalui teknik tumpang susun overlay dan analisis tabular dengan Sistem Informasi Geografis SIG. Kriteria awal yang disusun umumnya dari prasyarat ekologis, selanjutnya secara terpisah hasil analisis diperoleh luas lahan berdasarkan kriteria yang dipersyaratkan. Hasil analisis kesesuaian lahan menjadi bahan bagi analisis daya dukung, analisis kapasitas asimilasi dan analisis kelayakan usahanya. Perhitungan luas potensi areal budidaya tambak di pesisir Sinjai dilakukan dengan menggunakan SIG, serta diversifikasi dengan pengamatan lapangan dan pendekatan professional adjustment. Teknik overlay terhadap layer-layer kemiringan lereng, jarak dari pantai, jarak dari sungai, jenis tanah, ketinggian, drainase, salinitas dan geologi, digunakan dalam penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak. Dengan membuat layer masing-masing parameter yang digunakan dalam menentukan kesesuaian lahan untuk 76 budidaya tambak Lampiran 13. Layer-layer parameter kriteria kesesuaian lahan budidaya tambak sebagai berikut Gambar 19 : 1. Berdasarkan paremeter kemiringan lereng untuk kesesuaian peruntukan lahan budidaya tambak, diperoleh 1.548 ha tergolong sangat sesuai dan 663 ha tergolong sesuai Gambar 19.a. 2. Parameter ketinggian elevasi lahan untuk kesesuaian peruntukan lahan budidaya tambak seluas 1.358 ha tergolong sesuai - sangat sesuai pada elevasi lahan 0-6 meter Gambar 19.b. 3. Parameter salinitas perairan untuk kesesuaian peruntukan lahan budidaya tambak, diperoleh 264 ha lahan tergolong sangat sesuai, 497 ha tergolong sesuai, dan 77 ha sesuai marginal Gambar 19.c. 4. Parameter jarak dari pantai untuk kesesuaian peruntukan lahan budidaya tambak seluas 95,76 ha tergolong sangat sesuai; 3.182,66 ha sesuai, 187 ha sesuai marginal, Gambar 19.d. 5. Parameter jarak dari sungai untuk kesesuaian peruntukan lahan budidaya tambak diperoleh 3.529 ha lahan tergolong sangat sesuai untuk budidaya tambak, umumnya lahan di lokasi studi berdekatan dengan sungai, Gambar 19.e 6. Parameter jenis tanah juga penting dalam penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak, diperoleh 961 ha lahan tergolong sesuai, dan 2.568 ha lahan sesuai marginal Gambar 19.f 7. Parameter drainase penting penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak dengan bobot 10 persen, diperoleh 559 ha lahan tergolong sesuai - sangat sesuai dan 2.971 ha lahan sesuai Gambar 19.g 8. Parameter geologi berperan penting khususnya terkait dengan substrat dasar atau sedimen, diperoleh 2.569 ha tergolong sangat sesuai dengan substrat dasar sedimen lepas, dan 960 ha sesuai marginal dengan substrat dasar sedimen padu Gambar 19.h Hasil analisis kesesuaian lahan budidaya tambak didasarkan pada parameter pembatas peruntukan lahan budidaya tambak berdasarkan aspek biofisik. Analisis ini dimaksudkan untuk menilai apakah secara biofisik lahan pesisir Sinjai sesuai bagi peruntukan budidaya tambak atau tidak. 77 Gambar 19 Layer-layer yang digunakan untuk kesesuaian peruntukan lahan budidaya tambak di kawasan Pesisir Kabupaten Sinjai G.19.a G.19.h G.19.g G.19.f G.19.e G.19.d G.19.c G.19.b 78 Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya tambak dengan masing-masing kategori kesesuaian untuk budidaya tambak, diperoleh 673 ha lahan yang tergolong sangat sesuai; kemudia lahan yang tergolong sesuai seluas 651 ha, 1.305 ha tergolong sesuai bersyarat, dan areal yang tidak sesuai permanen sekitar 899 ha, Peta kesesuaian disajikan pada Gambar 20. Potensi Areal untuk Konservasi Mangrove 1. Areal Konservasi Mangrove berdasarkan Kriteria Kesesuaian Lahan Kawasan konservasi mangrove ditentukan dengan teknik tumpang susun overlay terhadap layer jarak dari pantai, bervegetasi, jenis tanah, drainase, kemiringan lereng, dan ketinggian lahan. Parameter kriteria kesesuaian lahan konservasi mangrove adalah sebagai berikut Lampiran 14 dan Gambar 21 :

1. Jarak dari pantai merupakan parameter kriteria kesesuaian konservasi