81 Hasil analisis kesesuaian diperoleh kesesuaian lahan konservasi
mangrove di pesisir Sinjai, yaitu lahan yang tergolong sangat sesuai seluas 42 ha, kemudian lahan yang tergolong sesuai seluas 284 ha, lahan yang tergolong
sesuai bersyarat seluas 921 ha; dan lahan yang tergolong tidak sesuai permanen seluas 2.578 ha. Hasil kesesuaian lahan konservasi mangrove,
disajikan pada Gambar 22. Setelah melakukan overlay terhadap parameter kesesuaian peruntukan
lahan budidaya tambak dan konservasi mangrove, diperoleh peta komposit kesesuaian peruntukan lahan di kawasan pesisir Kabupaten Sinjai. Hasil
analisis komposit diperoleh luas kawasan yang sesuai untuk budidaya tambak seluas 1.308,95 ha; kemudian 310,90 ha lahan yang sesuai untuk konservasi
mangrove; serta 2.205 ha lahan sesuai untuk peruntukan lain, disajikan pada Gambar 23.
2. Areal Konservasi Mangrove Berdasarkan Keppres 3290.
Hasil analisis kesesuaian kawasan konservasi mangrove diperoleh kelas kesesuaian lahan yang tergolong sesuai - sangat sesuai S1-S2 seluas
326 ha. Namun demikian, jika berdasar pada Keppres 32 tahun 1990 terntang Pengelolaan Kawasan Lindung, maka kawasan hutan mangrove yang harus
dipertahankan sempadan pantai green belt adalah 130 x tunggang pasang surut adalah 1,26 m, maka kawasan hutan mangrove yang harus
dipertahankan sebagai sempadan pantai adalah 163,8 meter dari garis pantai. Hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pengembangan tambak di
Sinjai, agar tetap memperhatikan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan dengan mempertahankan lebar sempadan pantai minimal 163,8 meter.
3. Pemanfaatan Kawasan Konservasi Mangrove
Upaya rehabilitasi mangrove dengan swadaya masyarakat yang dimulai pada tahun 1986 di Tongke-Tongke Kabupaten Sinjai dengan tujuan
menanam bakau untuk melindungi pantai dari abrasi, dalam waktu 13 tahun luas kawasan yang berhasil ditanami mangrove sekitar 786 ha. Keberhasilan
tersebut telah mendukung pengembangan usahan budidaya tambah ± 1.033 ha di Pesisir Sinjai dan potensi sumberdaya perikanan disekitar kawasan tersebut.
82
Î
5° 1
5° 1
5°8 5°8
5° 6
5°6
120°16 120°16
120°18 120°18
860000 mT
860000 mT 865000 mT
865000 mT 9
430 000
m U
943 00
0 mU 94
35 000
mU 94
35 00
0 mU
Peta Indeks
700 700 Meter
Sungai Tongke
-Tongk e
KAB. BONE
KAB. SINJAI T E L U K B O N E
Sungai Tang ka
Sun gai
Sin jai
Sungai Baringang
Tidak Sesuai Permanen 2.577,96 ha Sesuai Bersyarat 921,31 ha
Sesuai 284,00 ha Sangat Sesuai 42,36 ha
Kelas Kesesuaian Lahan Konservasi
PETA KESESUAIAN LAHAN KONSERVASI
WILAYAH PESISIR KAB. SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN
N E
W S
Legenda
Sungai Garis pantai
Î
Pelabuhan
Sumber: - Peta Rupa Bumi Indonesia, Tahun 1991,
Bakosurtanal - Citra Landsat, Tahun 2002
- Peta Tanah, Tahun 1968, Departemen Pertanian - Peta Situasi, Tahun 1999
Dinas Pekerjaan Umum, Sulawesi Selatan - Hasil Analisis, Tahun 2007
Asbar C226010131
SULAWESI SELATAN SULAWESI BARAT
5° 5°
3° 3°
1° 1°
120° 120°
122° 122°
Program Studi SPL Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor 2007
Gambar 22 Peta kesesuaian lahan untuk konservasi mangrove di kawasan pesisir Kabupaten Sinjai
83
Î
5° 10
5° 10
5° 8
5° 8
5° 6
5° 6
120°16 120°16
120°18 120°18
860000 mT
860000 mT 865000 mT
865000 mT 94300
00 mU 94300
00 mU 94350
00 m U
94350 00
m U
Asbar C226010131
Sumber: - Peta Rupa Bumi Indonesia, Tahun 1991,
Bakosurtanal - Citra Landsat, Tahun 2002
- Peta Tanah, Tahun 1968, Departemen Pertanian - Peta Situasi, Tahun 1999
Dinas Pekerjaan Umum, Sulawesi Selatan - Hasil Analisis, Tahun 2007
Pelabuhan
Î
Garis pantai Sungai
Legenda
N E
W S
PETA KOMPOSIT KESESUAIAN LAHAN
WILAYAH PESISIR KAB. SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN
Komposit Kesesuaian Lahan
Konservasi Mangrove 310,90 ha Tambak 1.308,95 ha
Pemanfaatan Lainnya 2.205,77 ha
Sungai Baringang Sun
gai Sin
jai Sungai Tang
ka
T E L U K B O N E KAB. SINJAI
KAB. BONE
Sungai Tongke
-Tongk e
700 700 Meter
Peta Indeks
SULAWESI SELATAN SULAWESI BARAT
5° 5°
3° 3°
1° 1°
120° 120°
122° 122°
Program Studi SPL Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor 2007
Gambar 23 Peta komposit kesesuaian lahan di kawasan pesisir Kabupaten Sinjai
84 Secara ekonomi pemanfaatan lahan konservasi mangrove adalah : 1
penangkapan nener dan benur, 2 penangkapan kepiting di alam, 3 Budidaya kepiting dengan sistem kurungan bambu dan karamba, dan 4 budidaya
ikanudang dan kepiting dengan sistem empang parit silvofishery, Gambar 24.
Gambar 24 Pola pemanfaatan kawasan konservasi mangrove di Tonge-Tongke Kabupaten Sinjai.
Potensi Ekosistem Mangrove
Keberadaan ekosistem mangrove di Sinjai secara ekologi berperan untuk: 1 menjaga melindungi pantai dari abrasi, dan mempercepat pertumbuhan
daratan; 2 produksi serasah sebagai makanan dari berbagai jenis ikan, udang, kepiting, dan kerang-kerangan; 3 mengurangi intrusi air laut ke pemukiman
penduduk pesisir Tongke-Tongke. Secara ekonomi berperan sebagai : 1 daerah penangkapan nener dan benur, 2 penangkapan kepiting di alam, dan 3
budidaya ikan, udang dan kepiting.
Silvofishery Mangrove
Areal Tambak
Areal Persawahan
Areal Pemukiman
Teluk Bone
85 Hutan mangrove di Tongke-Tongke merupakan swadaya masyarakat yang
berhasil melakukan pelestarian hutan mangrove dengan baik. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah daerah dengan adanya PERDA No. 8 Tahun 1999
tentang Pelestarian, Pengelolaan, dan Pemanfaatan Hutan Mangrove. Penetapan kebijakan pelarangan penebangan hutan mangrove oleh
pemerintah bertujuan agar hutan mangrove yang ada saat ini dijaga keberadaannya agar tetap lestari guna kepentingan masyarakat setempat. Kebijakan tersebut
menyebabkan terjadi perubahan penutupan lahan mangrove dari tahun 1989 seluas
142 ha, kemudian penutupan lahan mangrove terus bertambah seiring dengan program rehabilitasi mangrove hingga pada tahun 1999 dengan luas
326,36 ha, dan
tahun 2002 dengan penutupan mangrove seluas 346,05 ha Gambar 25.
Gambar 25 Perubahan penutupan lahan mangrove berdasarkan
Citra Landsat TM 1989, 1999 dan 2002
Produktivitas Ekosistem Mangrove Produksi Serasah. Hasil pengukuran diperoleh produksi serasah mangrove
diperoleh sekitar 12,88 ton ha
-1
th
-1
. Jika mangrove di Sinjai seluas 346,05 ha, berarti mangrove tersebut mampu menyumbangkan serasah sekitar 4.457,12 ton
th
-1
Tabel 18. Hasil ini menunjukkan produktivitas hutan mangrove di Sinjai tergolong tinggi. Tingginya produktivitas hutan mangrove ini kemungkinan
disebabkan karena jarak tanam yang rapat dan juga umur yang masih muda.
Tongke Tongke Pangasa
Landsat TM 1989
Pangasa
Tongke Tongke
Landsat TM 1999 Landsat TM 2002
Pangasa
Tongke Tongke
86
Tabel 18 Rata-rata produksi serasah ton kering
ha
-1
th
-1
Rata-Rata Produksi Serasah ton ha
-1
th
-1
Waktu Pengamatan
Daun Bunga Ranting Total
September 2004 7,87
4,38 0,47
12,72 Oktober 2004
8,22 2,85
0,17 11,24
Nopember 2004 7,95
3,96 0,17
12,08 Desember 2004
8,87 6,06
0,53 15,46
Rata-Rata 8,23 4,31
0,34 12,88
Sdv. 0,45 1,33
0,19 1,83
Sumber : Hasil Pengamatan Tahun 2005
Laju Dekomposisi Serasah. Dekomposisi serasah adalah proses
penghancuran organisme secara bertahap sehingga strukturnya tidak lagi dalam bentuk yang kompleks tetapi telah diuraikan menjadi bentuk-bentuk yang
sederhana seperti air, karbon dioksida dan komponen mineral. Laju dekomposisi serasah tertinggi terjadi pada hari ke-15 sampai hari ke-
34, setelah itu menurun hingga hari ke-75 Tabel 19. Pada Gambar 26 memperlihatkan hubungan antara persentase laju dekomposisi serasah dan waktu
dengan koefisen determinasi R
2
sebesar 0,872, dan waktu yang dibutuhkan untuk menguraikan serasah sampai 100 adalah 82 hari.
Tabel 19 Persentase laju dekomposisi serasah mangrove
Waktu Pengamatan hari ke- Stasiun
Pengamatan 15 34 53 75
I 40,00 50,00 70,00 80,00
II 28,00 45,00 73,00 80,00 III 45,00 55,00 72,00 80,00
IV 60,00 75,00 85,00 90,00 V 40,00 60,00 75,00 85,00
Rataan 42,60 57,00 75,00 83,00 Sdv. 11,567
11,511 5,874 4,472
Gambar 26 Gafik persentase serasah daun mangrove yang mengalami dekomposisi berdasarkan waktu hari
y = 1.0401x + 14.372 R
2
= 0.8719
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
15 30
45 60
75 90
Hari ke-
Kec. Dekomposisi Serasah hr
87
Kandungan Bahan Organik dan Unsur Hara
Produktivitas serasah daun mangrove ditentukan oleh kandungan bahan organik dan unsur hara yang terdapat dalam serasah daun mangrove. Kandungan
unsur C, N, P dan K daun mangrove di pesisir Kabupaten Sinjai Tabel 20. Tabel 20 Hasil analisis P, K, C, dan N daun mangrove di kawasan pesisir
Kabupaten Sinjai
Parameter Stasiun
P ppm K ppm
C N total
St - 1 1,65
0,308 80,4
5,73 St - 2
3,71 0,210
79,6 3,50
St - 3 1,21
0,354 82,8
2,84 St - 4
1,25 0,515
82,0 3,22
St - 5 1,15
0,112 83,2
2,49 St - 6
1,15 0,320
76,4 5,11
Rataan 1,69 0,303 80,73
3,814 Sdv. 1,008
0,136 2,535
1,303
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Tanah Fak. Pertanian UMI, 2005
Hasil analisis C, N, P, dan K dikuantifikasi dalam bentuk produktivitas, agar dapat menggambarkan kemampuan ekosistem mangrove untuk menghasilkan
bahan organik dan unsur-unsur hara Tabel 21.
Tabel 21 Produktivitas bahan organik dan unsur hara hutan mangrove di kawasan pesisir Kabupaten Sinjai
P K C-Organik
N Stasiun
g m
-2
th
-1
kg ha
-1
th
-1
g m
-2
th
-1
kg ha
-1
th
-1
g m
-2
th
-1
kg ha
-1
th
-1
g m
-2
th
-1
kg ha
-1
th
-1
St - 1 2,15 21,54 0,40 4,02 1.049,71 10.497,06 74,746
747,46 St - 2
4,84 48,43 0,27 2,74 1.039,26 10.392,62 45,696 456,96
St - 3 1,58 15,79 0,46 4,62 1.081,04 10.810,41 37,079
370,79 St - 4
1,63 16,32 0,67 6,73 1.070,59 10.705,96 42,040 420,41
St - 5 1,50 15,01 0,15 1,46 1.086,26 10.862,63 32,510
325,10 St - 6
1,51 15,04 0,42 4,18 997,48 9.974,82 66,716 667,16
Rataan 2,20 22,02 0,96 3,96 1.054,06 10.540,58 49,798
497,98 Sdv.
1,32 13,16 0,18 1,78 33,09 330,98 17,008
170,08
Sumber : Hasil Analisis data, 2005
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa produktivitas hutan mangrove Sinjai sebesar 10.540.584 g C ha
-1
th
-1
, dari 346,05 ha hutan mangrove mampu menghasilkan C-organik sekitar 3.647.569.093,20 g C th
-1
, unsur N sebesar
88 172.325,98 kg th
-1
, unsur P sebesar 7.621,059 kg th
-1
, dan mengasilkan unsur K sebesar 1.369,667 kg th
-1
. Menurut White 1987 ekosistem mangrove memiliki produktivitas yang
tinggi sekitar 400 - 5000 g C m
-2
th
-1
lebih produktif dari ekosistem perairan pantai lainnya. Hasil penelitian Bengen, et al., 2003 kandungan C-organik daun
mangrove di Kabupaten Berau sekitar 183,78 - 412,86 g C m
-2
th
-1
atau 1.837,78 - 4.128,56 kg Chath, unsur N antara 11,17 - 108,07 kghath, unsur P antara 0,14 -
9,02 kg ha
-1
th
-1
, dan unsur K berkisar antara 49,47 - 87,01 kg ha
-1
th
-1
.
Kerapatan dan Penutupan Hutan Mangrove
Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh rata-rata diameter batang bagian atas pohon mangrove berkisar antara 2,0 – 7,9 cm dan diameter batang bagian
bawah setinggi dada berkisar 2,6 – 8,6 cm. Hasil pengukuran menunjukkan diameter batang mangrove di Sinjai tergolong kecil dibanding dengan wilayah
pesisir lainnya. Hal ini, disebabkan karena kerapatan pohon mangrove terlalu padat sekitar 12.000 pohon ha
-1
Lampiran 15. Hasil pengukuran tinggi pohon mangrove sangat bervariasi antara 2,0 – 11
meter tergantung umur penanaman. Sedangkan nilai angka bentuk f pohon berkisar antara 0,75 – 0, 84, artinya diameter batang bagian atas dan bagian
bawah hampir sama dan pohon mangrove berbentuk lurus. Mengacu pada nilai-nilai di atas, dapat diketahui volume kayu Rhizophora
mucronata berkisar antara 223,48 – 229,32 m
3
ha
-1
, dengan luas mangrove sebesar 346,05 ha, maka hutan mangrove Sinjai dapat menghasilkan kayu
mangrove antara 77.335,254 – 79.356,186 m
3
. Hasil analisis penutupan penutupan mangrove Rhizophora mucronata
berkisar antara 4.317,55 – 4.317,65 m
2
ha
-1
, dengan luas tutupan mangrove 346 ha berkisar antara 1.494.087,34 - 1.494.123,61 m
2
atau sekitar 149,41 - 149,41 ha atau penutupan pohon mangrove sekitar 43, 17.
Kelayakan Usaha dan Valuasi Ekonomi Kawasan Pesisir
Penilaian ekonomi usaha budidaya tambak digunakan metode manfaat biaya seperti yang diungkapkan Ruitenbeek 1992 dan Munasinghe 1993.
Hasil perhitungan usaha budidaya tambak polikultur udang dan bandeng diperoleh
89 keuntungan sebesar Rp 5.788.836,3 ha
-1
th
-1
, dengan nilai R-C ratio sebesar 3,65, Lampiran 16. Hasil perhitungan diperoleh nilai NPV dalam rentang waktu 10
tahun sebesar US 5.430,65 ha
-1
. Hasil perhitungan ekonomi secara statis diperoleh US 766.877,07 dan secara dinamis dengan tingkat diskonto 10
sebesar sebesar US 7.194.199,28 Tabel 22.
Tabel 22 Estimasi nilai ekonomi usaha budidaya tambak di lokasi studi
Nilai Ekonomi US No kesesuaian
lahan Luas
Ha
a
Statis
b
Dinamis
c
1. Sangat Sesuai
673,17 389.684,65
3.655.750,66 2. Sesuai
651,59 377.192,42
3.538.448,62 Jumlah 1.324,74
766.877,07 7.194.199,28
Keterangan : a Hasil Analisis Landuse Citra Landsat 2002 b Nilai Ekonomi sebesar US 578,88hatahun
c Nilai Ekonomi sebesar US 5.430,65ha NPV selama 10 thn Dasar perhitungan US 1 setara dengan Rp. 10.000,-
Estimasi manfaat dan biaya untuk kegiatan budidaya rumput laut diperoleh keuntungan Rp 11.358.090,9 ha
-1
th
-1
. Berdasarkan nilai nilai R-C ratio menunjukkan bahwa usaha budidaya rumput laut sangat layak dikembangkan
Lampiran 17. Hasil perhitungan NPV dalam rentang waktu 10 tahun sebesar US 4.826,28 ha
-1
. Hasil perhitungan secara statis diperoleh nilai ekonomi sebesar US 1.504.652,94 th
-1
, dan secara dinamis dalam rentang waktu 10 tahun dengan tingkat diskonto 10 dengan lahan budidaya tambak sebesar US
6.393.566,17, disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23 Estimasi nilai ekonomi budidaya rumput laut di lokasi studi
Nilai Ekonomi US No
Kelas kesesuaian lahan Luas
Ha
a
Statis
b
Dinamis
c
1. Sangat Sessuai
673,17 764.593,22
3.247.560,57 2. Sesuai
651,57 740.059,72
3.538.448,62 Jumlah 1.324,74
1.504.652,94 6.393.566,17
Keterangan : a Hasil Analisis Landuse Citra Landsat 2002 b Nilai Ekonomi sebesar US 1.135,81hatahun
c Nilai Ekonomi sebesar US 4.826,28ha NPV selama 10 thn
Nilai ekonomi usaha penangkapan kepiting diperoleh keuntungan sebesar Rp. 11.628.779,17 ha
-1
th
-1
, dengan nilai R-C ratio dalam waktu 10 tahun sebesar 3,08, berarti layak dikembangkan Lampiran 18. Nilai NPV usaha
penangkapan kepiting bakau dalam waktu 10 tahun sebesar US 1.161,87 ha
-1
.
90 Hasil perhitungan secara statis diperoleh nilai sebesar US 379.193,69, dan
secara dinamis dalam waktu 10 tahun dengan tingkat diskonto 10 sebesar US 2.119.234,26 atau US 6.493,55 ha
-1
Tabel 24.
Tabel 24 Estimasi nilai ekonomi usaha penangkapan kepiting bakau
Nilai Ekonomi US No. Lahan
Mangrove Luas
Ha
a
Statis
b
Dinamis
c
1. Sangat Sesuai
42,36 49.211,00
275.066,78 2. Sesuai
284,00 329.982,69
1.844.168,20 Jumlah 326,36
379.193,69 2.119.234,98
Keterangan : a Hasil Analisis Landuse Citra Landsat 2002 b Nilai Ekonomi sebesar US 1.161,87hatahun
c Nilai Ekonomi sebesar US 6.493,55ha NPV selama 20 thn
Estimasi nilai ekonomi usaha budidaya kepiting di kawasan pesisir Sinjai pada Lampiran 19. Jika luas lahan mangrove yang dimanfaatkan untuk usaha
budidaya kepiting sebesar 20 dari lahan mangrove dengan luas 65,27 ha, dengan menggunakan perhitungan statis diperoleh nilai sebesar US 125.376,46,
dan perhitungan dinamis dalam rentang waktu 10 tahun dengan tingkat diskonto 10 , maka nilai estimasi ekonomi ekosistem mangrove untuk usaha budidaya
kepiting di lokasi studi 65,27 ha sebesar US 777.454,47. Estimasi nilai manfaat dan biaya untuk usaha penangkapan kelelawar di
kawasan mangrove Sinjai Lampiran 20. Usaha penangkapan kelelawar diperoleh keuntungan sebesar Rp. 1.628.750,5 ha
-1
th
-1
, diperoleh nilai R-C ratio 4,10 dengan masa usaha selama 10 tahun, artinya usaha ini layak dikembangkan.
Nilai NPV usaha penangkapan kelelawar selama 10 tahun sebesar US 1.005,43 ha
-1
, disajikan pada Tabel 25.
Tabel 25 Sebaran nilai ekonomi penangkapan kelelawar di lokasi studi
Nilai Ekonomi US No. Lahan
Mangrove Luas
Ha
a
Statis
b
Dinamis
c
1. Sangat Sesuai
42,36 6.899,59
42.590,02 2. Sesuai
284,00 46.257,92
285.542,12
Jumlah 326,36
53.157,51 328.132,14 Keterangan : a Hasil Analisis Landuse Citra Landsat 2002
b Nilai Ekonomi sebesar US 162,88hatahun c Nilai Ekonomi sebesar US 1.005,43ha NPV selama 20 thn
91 Berdasarkan perhitungan statis diperoleh nilai ekonomi sebesar US
53.157,51, dan perhitungan dinamis dalam rentang waktu 10 tahun tingkat diskonto 10 nilai estimasi ekonomi mangrove untuk usaha penangkapan
kelelawar sebesar US 328.132,14. Nilai estimasi manfaat dan biaya usaha penangkapan benur diperoleh
keuntungan sebesar Rp 6.082.387,5 ha
-1
th
-1
dengan total manfaat Rp 7.303.625 ha
-1
th
-1
dan total biaya operasi sebesar Rp 320.000 ha
-1
th
-1
, dengan nilai rata-rata R-C ratio dari usaha penangkapan nener di kawasan mangrove yang diusahakan
selama 10 tahun sebesar 22,8, artinya usaha pengakapan benur menguntungkan dan layak dikembangkan Lampiran 21.
Nilai estimasi manfaat dan biaya untuk usaha penangkapan nener di kawasan hutan mangrove Sinjai Lampiran 22, diperoleh keuntungan rata-rata
Rp. 4,860,300 ha
-1
th
-1
dengan total manfaat rata-rata Rp. 6,035,500 ha
-1
th
-1
dan total biaya operasi sebesar Rp 317,500 ha
-1
th
-1
, dengan nilai R-C ratio dengan masa usaha 10 tahun sebesar 18,9, artinya usaha penangkapan nener
menguntungkan dan layak dikembangkan
Estimasi Nilai Ekonomi Hutan Mangrove Untuk Konservasi
Nilai ekonomi ekosistem mangrove untuk tujuan konservasi di Kabupaten Sinjai sesuai dengan hasil analisis GIS yang luasnya 326,36 ha dengan
menggunakan perhitungan statis diperoleh sebesar US 455.435,38. Sedangkan apabila menggunakan perhitungan secara dinamis dalam rentang waktu 20 tahun
dengan tingkat diskonto 10 nilai estimasi ekonomi ekosistem mangrove diperoleh sebesar US 11.487,91 ha
-1
, maka nilai ekonomi ekosistem mangrove di lokasi studi 326,36 ha sebesar US 3.749.148,36. Perincian nilai ekonomi
ekosistem mangrove di Kabupaten Sinjai Tabel 26.
Tabel 26 Nilai ekonomi ekosistem mangrove di Kabupaten Sinjai
Nilai Ekonomi US No.
Kesesuaian Lahan Konservasi Mangrove
Luas Ha
a
Statis
b
Dinamis
c
1. Sangat Sesuai
42,355 59.106,40
486.570,43 2. Sesuai
284,001 396.323,39
3.262.577,93 Jumlah 326,36
455.429,79 3.749.148,36
Keterangan : a Hasil Analisis Landuse Citra Landsat 2002 b Nilai Ekonomi sebesar US 1.395,50hatahun
c Nilai Ekonomi sebesar US 11.487,91ha NPV selama 20 thn
92
Analisis Manfaat Hutan Mangrove
Penilaian ekonomi ekosistem mangrove dapat menggunakan pendekatan Penilaian Ekonomi Total Total Economi Valuation, yaitu penjumlahan dari
manfaat langsung, manfaat tidak langsung, manfaat pilihan, dan manfaat keberadaan hutan mangrove mengadopsi dari nilai ekonomi total Barton, 1994.
a. Nilai Manfaat Langsung Direct Use Value
Manfaat langsung yang digunakan dalam estimasi nilai ekonomi ekosistem mangrove yang dianalisis adalah budidaya polikultur udang + bandeng, budidaya
rumput laut, penangkapan kepiting bakau, kelelawar, penagkapan benur, nener, bibit mangrove, kerang dan kayu bakar, disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27 Nilai manfaat langsung ekosistem mangrove per hektar
Jenus Manfaat Nilai
Manfaat Rp Biaya
Rp Manfaat
Bersih Rp
Manfaat budidaya udang + bandeng 8.410.060,00
332.038,00 8.078.022,00
Manfaat budidaya rumput laut 12.085.833,30
727.742,40 11.358.090,90 Manfaat pengkapan kepiting bakau
14.070.416,67 389.500,00 13.680.916,67
Manfaat pengkapan kelelawar 4.151.500,00 1.855.240,00
2.296.260,00 Manfaat penangkapan benur
7.303.625,00 320.000,00 6.983.625,00
Manfaat penangkapan nener 6.035.500,00 317.500,00
5.718.000,00 Manfaat bibit mangrove
382.500,00 70.000,00
312.500,00 Manfaat Kayu bakar
157.178,00 14.000,00
143.178,00 Manfaat kerang
159.500,00 17.000,00
142.500,00 Jumlah 52.756.112,97
4.043.020,40 48.713.092,57
Rata-rata 5.861.790,33
449.224,49 5.412.565,84 Sumber: Hasil Analisis Data Tahun 2005
b. Nilai Manfaat Tidak Langsung Inderect Use Value
Manfaat ekosistem mangrove terbagi dua, yaitu a manfaat tidak langsung fisikpenahan abrasi air laut, dan b manfaat tidak langsung biologis tempat
pemijahan dan asuhan serta penyedia bahan pakan organik bagi udang dan ikan. Menurut PT. Diagram 1994 dalam PPLH 1995, biaya pembangunan
break water sekitar Rp 100.000 m
-3
tingkat inflasi nasional saat penelitian sekitar 4,25, biaya meningkat sebesar Rp 425.000 m
-3
, volume bangunan break water 180.000 m
3
, maka nilai manfaat tidak langsung sebesar Rp 76.500.000.000 per sepuluh tahun atau Rp 7.650.000.000 th
-1
atau Rp 22.109.826.59 ha
-1
th
-1
. Nilai manfaat tidak langsung, sebagai penyedia pakan organik bagi udang
menggunakan pendekatan metode regresi luasan mangrove dan produksi udang
93 Naamin, 1990, dapat menghasilkan udang sebesar 51,97
kg th
-1
, diperoleh nilai manfaat tidak langsung sebagai penyedia pakan sebesar Rp. 1.169.268,75 th
-1
.
c. Nilai Manfaat Pilihan
Nilai manfaat pilihan dihitung berdasarkan perubahan nilai tukar antara US dengan rupiah pada saat penelitian sebesar Rp 9.500 US
-1
diperoleh nilai manfaat pilihan ekosistem mangrove sebesar Rp. 142.500 ha
-1
th
-1
, maka manfaat pilihan bersih dari ekosistem mangrove Sinjai yaitu sebesar Rp. 49.312.125 th
-1
.
d. Nilai Manfaat Keberadaan Existance Value
Pendekatan perhitungan manfaat keberadaan hutan mangrove di Sinjai dengan menggunakan Contingent Value Methode CVM. Pemilihan responden
dilakukan secara purposive sampling acak sengaja. Hasil wawancara dari 80 reseponden diperoleh nilai manfaat hutan mangrove sebesar Rp 2.917.722 ha
-1
th
-1
, sehingga nilai keberadaan hutan mangrove adalah Rp 1.009.677.698 th
-1
.
e. Nilai Manfaat Total Hutan mangrove
Nilai Ekonomi Total ekosistem hutan mangrove di kawasan pesisir Sinjai
adalah sebesar Rp. 10.582.906.872,39 th
-1
yang merupakan hasil penjumlahan dari manfaat langsung, manfaat tidak langsung, manfaat pilihan, dan manfaat
keberadaan, secara rinci disajikan pada Tabel 28.
Tabel 28 Nilai ekonomi total ekosistem mangrove di kawasan pesisir Sinjai berdasarkan jenis manfaat
No Jenis Manfaat
Nilai Total Rp th
-1
Persentase
1 Manfaat langsung
1.872.747.780,64 17,70
2 Manfaat tidak langsung
7.651.169.268,75 72,30
3 Manfaat pilihan
49.312.125,00 0,47
4 Manfaat keberadaan
1.009.677.698,00 9,54
Nilai Manfaat Total 10.582.906.872,39
100 Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2005
Hasil perhitungan diperoleh nilai manfaat tidak langsung dengan nilai sebesar Rp.7.651.169.268,75,- th
-1
atau 72,30, kemudian manfaat langsung sebesar Rp. 1,872,747,780.64,- th
-1
, selanjutnya manfaat keberadaan sebesar Rp.1.009.677.698,00,- th
-1
atau 9.54, sedangkan manfaat pilihan memberikan nilai sebesar Rp.49.312.125,00,- th
-1
atau hanya 0,47 dari total nilai manfaat.
94
Kuantifikasi Air yang Tersedia di Pantai untuk Budidaya Tambak.
Kuantifikasi atau volume air yang tersedia di pesisir pantai ditentukan : 1 volume air laut yang memasuki perairan pantai ketika air pasang, dan 2 debit air
tawarsungai yang memasuki perairan pantai.
1. Volume air laut yang memasuki perairan pantai ketika air pasang
Daya dukung lingkungan untuk budidaya udang sangat tergantung dari volume air yang tersedia di pantai, dengan asumsi volume air laut yang masuk
ke daerah pantai ketika terjadi pasang selalu berganti dari pasang yang satu ke pasang berikutnya, volume air yang berganti itulah yang disebut air yang
tersedia di pantai. Karena volume air laut tersebut selalu tergantikan oleh volume air laut dari laut lepas, maka diperkirakan volume air tersebut
memiliki kualitas baik untuk kegiatan budidaya. Volume air laut yang masuk ke pantai dihitung dengan formula Widigdo dan Pariwono 2003:
− =
θ tg
h x
y h
Vo 2
. 5
, dengan ketentuan untuk kawasan pesisir Kabupaten Sinjai memiliki :
a. Nilai h adalah kisaran pasang surut, harus 1, nilai h yang dipeoleh 1,26 cm dengan frekuensi F 2 kali sehari yang didasarkan atas tipe pasang
surut di Kabupaten Sinjai bersifat campuran dengan dominasi semidiurnal. b. Nilai y adalah panjang garis pantai berdasarkan data Laporan Dinas
Perikanan dan Kelutan Kabupaten Sinjai yaitu 17 km.
c. Nilai x adalah jarak dari garis pantai pada air pasang ke arah laut sampai
mencapai titik dimana kedalaman air pada saat surut terendah yaitu satu meter sama dengan kedalaman pipa pengambilan intake air laut untuk
tambak, maka ditentukan x sejauh 791,88 m.
d. θ adalah kemiringan dasar perairan pantai, hasil pengukuran diperoleh
rata-rata kemiringan dasar pantai θ kabupaten Sinjai sebesar 8,17
o
tg 0,1450, hasil pengukuran kemiringan masing-masing lokasi disajikan
pada Tabel 29. Sedangkan bentuk tofografi dasar pantai dan kontur
kedalaman perairan pantai, disajikan pada Lampiran 23.
95
Tabel 29 Hasil pengukuran kemiringan dasar pantai di Lokasi Studi Lokasi pengukuran
Tg θ Derajat
o
Lokasi I 120,26791194 E – 5,10625089 S 0,1801
10,12 Lokasi II 120,26419216 E – 5,14809839 S
0,1194 6,81
Lokasi III 120,26698200 E – 5,15088822 S 0,1122 6,40
Lokasi IV 120,16876 E – 5,08770 S 0,1250
7,09 Lokasi V 120,27256166 E – 5,16576733 S
0,1830 10,37
Rata-rata 0,1450 8,17
Hasil perhitungan volume air yang tersedia di pantai untuk kengiatan budidaya adalah sebagai berikut :
•
Volume air yang masuk ke pantai ketika pasang naik Vo sebesar 16.869.003,39 m
3
per periode pasang
•
Volume air yang tersisa ketika air surut Vs; sebesar 16.849.799,26 m
3 •
Volume total air yang tersedia di pantai dalam satu siklus pasang surut untuk mengencerkan limbah sebesar 33.718.802,17 m
3
.
Volume total air yang tersedia di pantai per hari dua kali siklus pasang surut, sebesar 67.437.604,33 m
3
. Hasil ini menunjukkan volume air yang
tersedia di pantai Sinjai setiap bulan volumenya sama, padahal kenyataannya tidak sama karena ada pengaruh debit air sungai yang berbeda-beda setiap
bulan tergantung besar kecilnya curah hujan Gambar 27.
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
Jan. Feb.
Mar. Apr.
Mei Jun.
Jul. Ags
Sep. Okt.
Nov. Des.
V o
lu m
e air
di pa nt
ai s aat
p as
an g
x 10.
00 m
3 hr
Gambar 27 Volume air yang tersedian di pantai saat pasang
Waktu tinggal adalah waktu yang diperlukan dari suatu unit volume massa air berdiam tinggal di suatu areal perairan tertentu sebelum digantikan oleh
volume massa air baru. Hasil perhitungan diperoleh waktu tinggal air di pantai
96 per periode pasut sekitar 2,0012 jam, karena perairan Sinjai mempunyai 2 kali
sehari, maka waktu tinggal air di pesisir pantai Sinjai adalah 4,0024 jam hr
-1
.
2. Debit air tawarsungai yang masuk perairan pantai Q
s
.
Debit bulan sungai Sinjai ditentukan berdasar : 1 curah Hujan rata-rata bulanan, 2 jumlah hari hujan n , 3 jumlah hari dalam sebulan, 4
evapotranspirasi potensial, 5 tampungan air tanah permukaan, 6 kelembaban air tanah, dan 7 luas daerah aliran sungai. Data curah hujan dan
proses perhitungan debit bulanan air sungai Sinjai, Lampiran 24 dan 25. Penentuan debit sungai Sinjai dalam penelitian ini berdasarkan perhitungan
debit sungai Q
sungai
. Debit andalan sungai Sinjai diperoleh dari debit rata- rata bulanan selama 10 sepuluh tahun kemudian diurutkan dari yang terkecil
hingga terbesar, penentuan urutan dilakunan berdasarkan : 3
1 5
10 =
+
=
s
Q Hasil perhitungan debit andalan pada urutan ke 3 yang digunakan dalam
penentuan debit andalan sungai Sinjai yang digunakan untuk budidaya tambak Tabel 30 dan Gambar 28.
Tabel 30 Debit andalan Sungai Sinjai m
3
dt
-1
No. Urut
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nop Des
1 0,72 0,46 1,41 0,87 12,36
21,16 15,55
9,21 5,71 3,32
2,06 1,19
2 0,73 0,48 3,71 38,49 33,70
26,27 23,48
11,12 5,79 3,36
2,09 1,21
3
0,94 2,60
4,74 48,25
57,86 34,05
31,19 12,10
7,51 4,36
2,70 1,57
4 1,69 2,61 6,34 49,36 64,19
48,77 31,36
18,52 11,48 6,67
4,13 2,81
5 1,92 3,73
10,19 71,51
67,93 62,19
64,65 21,69
13,45 7,81 4,84
3,20 6 3,91
4,48 10,99
81,67 76,88
76,92 72,57
30,89 15,30 8,88
5,51 4,00
7 4,07 8,50
24,84 98,89
91,05 107,34
77,61 34,58
19,15 11,12 6,89 4,18
8 16,26 8,80 39,27
104,07 115,12
109,44 80,01
40,17 20,01 11,62 7,20
5,60 9 19,78 11,03 46,49 110,77
116,84 139,64
90,55 46,41
20,92 12,15 7,53 12,03
10 24,47 52,46 64,10 147,42 120,99
149,19 100,41
69,38 24,63 18,30 9,65
37,85 Sumber : Hasil Perhitungan
Keterangan : Q80 = n5 + 1 = 105 + 1 = 3; Jadi Q80 diambil urutan ke-tiga
Total volume air di pantai ditentukan oleh debit bulanan sungai dan volume air yang memasuki pantai ketika air pasang. Total volume air yang
tersedia di pesisir pantai Sinjai berbeda-beda setiap bulan tergantung besarnya debit andalan bulanan sungai yang bermuara, Tabel 31 dan Gambar 29.
97
Gambar 28 Debit air sungai sinjai setiap bulan Tabel 31 Debit air sungai, volume air di pantai dan rata-rata volume air
perbulan di pantai Kabupaten Sinjai.
Bulan Debit
sungai m
3
S
-1
Debit sungai
m
3
hr
-1
Volume air masuk ke pantai
m
3
hr
-1
Total volume air di pantai
m
3
hr
-1
Januari 0,94
81.311,04 67.437.604,33
67.518.915,37 Februari
25,95 224.216,64
67.437.604,33 67.661.820,97
Maret 47,41
409.613,76 67.437.604,33
67.847.218,09 April
482,53 4.169.050,56
67.437.604,33 71.606.654,89
Mei 578,64
4.999.484,16 67.437.604,33
72.437.088,49 Juni
340,54 2.942.300,16