II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENGANGKUTAN
Masalah pengangkutan merupakan masalah yang sangat penting pada rantai pemasaran hasil hortikultura. Pengangkutan mempunyai peran yang penting
pada setiap tingkatan distribusi sebab harga total komoditas hortikultura yang dipasarkan berhubungan erat dengan masalah pengangkutan Sjaifullah, 1976.
Sedangkan menurut Soedibyo 1992 selain terjadinya susut bobot dan kerusakan mekanis akibat adanya goncangan selama dalam perjalanan, biaya angkut yang
cukup mahal juga termasuk kendala dalam pengangkutan. Pengangkutan dapat dilakukan lewat darat, laut, dan udara. Pengangkutan
melalui darat merupakan pengangkutan yang paling penting dan akan tetap merupakan sarana utama pengangkutan di negara-negara berkembang di daerah
tropika Pantastico, 1986. Waktu yang diperlukan selama pengangkutan melalui jalan raya lebih pendek dibandingkan bila menggunakan kereta api, meskipun
biaya pengangkutannya lebih tinggi Pantastico, 1986.
B. SUSUT LOSS SELAMA TRANSPORTASI
Hambali 1995
menyatakan bahwa selama distribusi produk-produk
hortikultura biasanya mengalami memar akibat pukulan, tekanan, getaran, serta gesekan. Darmawati 1994, kerusakan mekanis dapat timbul bila terjadi
kelebihan tumpukan sehingga mengakibatkan tekanan yang besar pada bahan di lapisan bawah yang pada akhirnya meningkatkan kerusakan.
Selama pengangkutan, komoditas hortikultura akan mengalami kerusakan. Hasil penelitian yang dilakukan Waluyo 1990 menyatakan bahwa penggetaran
selama delapan jam dengan frekuensi 2.4 Hz dan amplitudo 5 cm menyebabkan kerusakan buah sebesar 4.14 bila digunakan pengemas dari kotak kayu dan
6.94 bila digunakan pengemas dari keranjang bambu. Simulasi penggetaran tersebut setara dengan jarak tempuh sepanjang 1752.57 km di jalan baik aspal
atau sama dengan jarak sepanjang 664.62 km di jalan buruk berbatu. Hasil penelitian yang dilakukan Noer 1998 menyatakan bahwa
presentase tingkat kerusakan mekanis selama pengangkutan komoditas tomat dari
Tongkoh-Brastagi menuju Tanjung Balai yang berjarak 230 km dan ditempuh selama 6 jam dengan kemasan keranjang bambu sebesar 1,77, peti kayu sebesar
0.90, dan dengan menggunakan karton gelombang sebesar 1.20.
C. PENGEMASAN KOMODITAS HORTIKULTURA
Kemasan adalah suatu tempat atau wadah yang digunakan untuk mengemas suatu produk, sedangkan pengemasan merupakan salah satu cara untuk
melindungi atau mengawetkan produk pangan. Dalam pengertian khusus, kemasan adalah wadah atau tempat yang digunakan untuk mengemas suatu
komoditas dan telah dilengkapi dengan tulisan atau label yang menjelaskan tentang isi, kegunaan dan lain-lain yang perlu atau diwajibkan. Tulisan atau label
tersebut merupakan informasi yang perlu disampaikan kepada orang yang menanganinya atau konsumen.
Menurut Sacharow dan griffin 1980, pengemasan merupakan upaya menempatkan produk pangan kedalam wadah yang memenuhi syarat, agar
mutunya tetap atau hanya mengalami sedikit penurunan, dan pada saat diterima konsumen nilai pasarnya tetap tinggi.
Komoditas hortikultura yang dikemas dapat terlindungi dari kerusakan mekanis, fisik, kimia dan mikrobiologis, selama dalam pengangkutan,
penyimpanan dan pemasarannya. Menurut Paine dan Paine 1983, agar kemasan transportasi dapat memberikan perlindungan yang cukup baik, kemasan tersebut
harus memiliki sifat-sifat seperti berkut ini: -
Sesuai dengan produk yang dikemas -
Memiliki kekuatan yang cukup agar dapat terhindar dari berbagai resiko selama pengangkutan dan penyimpanan,
- Memiliki ventilasi yang cukup bagi produk tertentu yang memang
membutuhkan -
Memiliki informasi yang memungkinkan identifikasi produk yang dikemas, tempat produsen, dan tempat yang dituju
- Mudah dibukadibongkar tanpa menggunakan buku petunjuk
Bahan kemasan yang biasa digunakan untuk mengemas produk, diantaranya adalah kertas, karton gelombang, kayu, plastik, serat goni dan sebagainya. Bahan-
bahan kemasan tersebut dapat digunakan secara tunggal atau bersama-sama untuk dapat memberikan perlindungan yang diinginkan.
Menurut Poernomo 1978 bahan kemasan distribusitransportasi untuk komoditas buah-buahan dan sayuran segar yang sering digunakan di Indonesia
adalah karung goni, keranjang bambu, peti kayu dan peti karton gelombang. Pemilihan kemasan umumnya didasarkan pada kesesuaian dengan jenis komoditas
yang dikemas dan jarak yang akan ditempuh. 1.
Peti Kayu Peti kayu merupakan jenis kemasan yang paling kuat dan kokoh untuk
transportasi diantara jenis kemasan yang lain, kekuatan peti kayu tergantung pada bahan dan ketebalan bahan yang digunakan untuk membuat peti kayu tersebut.
Jenis kayu yang baik untuk digunakan sebagai kemasan komoditas hortikultura adalah kayu yang berwarna putih dan bersifat lentur, seperti kayu teki, kayu
kenanga dan kayu jinjing. Peti kayu banyak digunakan untuk mengemas komoditas yang mempunyai
nilai ekonomi tinggi. Selain dapat melindungi kerusakan komoditas akibat tekanan dari segala arah, kemasan kayu dapat disusun sampai ketinggian tertentu
tanpa menjadi rusak dan menghemat ruangan penyimpanan. Dalam membuat peti kayu adalah papan yang dipakai harus dihaluskan, lebar papan harus disesuaikan
dengan ukuran peti dan jenis komoditas yang dikemas, mempunyai lubang angin dan peti sebaiknya dilengkapi dengan dua papan yang tebal Anonimous, 1988.
Jenis kemasan kayu yang biasa digunakan untuk kemasan komoditas hortikultura meliputi peti-peti dan krat-krat kayu yang dipaku, peti-peti dan krat-
krat kayu yang diikat dengan kawat dan peti-peti yang dibuat dari kayu lapis. Peti- peti dan krat-krat diberi celah diantara bilah-bilah krat yang dipaku atau diikat
dengan kawat agar memungkinkan terjadinya penetrasi udara Hardenburg di dalam Pantastico, 1975.
Peti kayu memiliki beberapa tipe desain yang berbeda. Perbedaan tipe–tipe ini terutama terletak pada desain konstruksi ujungnya. Japanese Standards
Association atau JSA 1984 mengklasifikasikan tipe desain peti kayu normal menjadi 5 tipe, yaitu:
1. Tipe 1 “batten-free wooden box”
2. Tipe 2 “end vertical batten wooden box”
3. Tipe 3 “end horizontal baten wooden box”
4. Tipe 4 “inside batten wooden box”
5. Tipe 5 “butt-joint full cleat wooden box”
Pengklasifikasian tersebut didasarkan pada bentuk desain konstruksi dinding ujung dan batang pengikat untuk dinding ujung tesebut end batten.
Tipe 1. batten-free wooden box
Tipe 2. end vertical batten wooden box
Tipe 3. end horizontal baten wooden box
Tipe 4. inside batten wooden box
Tipe 5. butt-joint full cleat wooden box Gambar 1. Tipe desain pada kemasan tipe kayu
2. Keranjang
Kemasan komoditi berbentuk keranjang biasanya dibuat dari bambu, daun kelapa, daun pandan, rotan, dan plastik. Keranjang dari bambu merupakan alat
pengemas yang banyak dipakai untuk komoditas segar. Bentuk keranjang bambu umumnya persegi atau bulat.
Kelemahan dari keranjang bambu adalah kurang kuat, tidak mampu melindungi komoditas dari kerusakan mekanis, tetapi kemasan keranjang bambu
mempunyai harga yang lebih murah daripada kemasan lainnya. Kelebihan keranjang bambu yaitu dapat diperbaiki dengan memberi unsur bahan penguat
pada sisi-sisinya sehingga dalam proses penyusunan, pemuatan dan pembongkaran komoditas tidak banyak mengalami kerusakan. Kapasitas muat
harus dipertimbangkan. Kemasan keranjang bambu umumnya berkapasitas antara 40-100 kg Anonimous, 1988.
Gambar 2. Kemasan keranjang plastik kiri dan keranjang bambu kanan
3. Peti Karton
Kemasan peti karton corrugated box dibuat dari karton bergelombang. Daya tahan yang dimiliki oleh peti karton sebagai pelindung komoditas di
dalamnya adalah ketahanan jebol, daya tahan susun dan daya tahan air basah. Ketahanan jebol dan daya tahan susun dari peti karton sangat tergantung pada
kualitas bahan yang digunakan. Daya tahan terhadap air basah dapat dilakukan dengan menambah lapisan lilin pada permukaan peti karton, baik dibagian dalam
maupun dibagian luar sesuai kebutuhan Federasi Pengemasan Indonesia, 1983 di dalam Wijandi, 1989.
Kemasan peti karton pada umumnya digunakan sebagai kemasan ekspor karena harganya relatif mahal. Kekuatan peti karton tidak sebaik peti kayu tetapi
lebih kuat dari pada karung. Peti karton mempunyai bobot yang ringan sehingga akan mempermudah pembongkaran. Dinding petinya yang halus dibandingkan
peti kayu menyebabkan gesekan antara komoditas dengan dinding peti tidak berakibat buruk Anonimous, 1988.
Kemasan peti karton memiliki beberapa tipe desain kemasan. Beberapa tipe desain kemasan peti karton dapat dilihat pada Gambar 3. Peti karton juga
memiliki tipe flute yang berbeda Gambar 4.
Regular Slotted Container RSC Half Telescopic Container HTC
Full Telescopic Container FTC
Bliss Box Dual wood and corrugated structure Special construction
Gambar 3. Tipe kemasan pada kemasan peti karton
Gambar 4. Tipe flute pada kemasan peti karton 4.
Karung Kemasan karung yang umum digunakan untuk mengemas komoditas segar
hortikultura adalah karung goni, kantong kertas, karung kain, karung plastik dan karung rajutjala. Ventilasi atau lubang-lubang udara pada kebanyakan karung
umumnya kurang sempurna, sehingga panas hasil respirasi sukar keluar dan terkumpul di dalamnya, hal ini dapat merusak komoditi di dalamnya. Kemasan
karung sering dipakai untuk pengangkutan jarak dekat dan komoditas yang dikemas biasanya mempunyai tekstur yang tebal Anonimous, 1988.
Gambar 5. Kemasan karung plastik kiri dan karung jala kanan
D. BASIS DATA