Administrasi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Pengelolaan Air Bersih Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Desa Bumijawa, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah)

60 beberapa pengurus adanya keberatan dari pihak keluarga untuk kumpul- kumpul sebagai tempat sekretariat Pokmair. Adanya kantor sekretariat sebagai fasilitas umum Pokmair Sayom, sangat diperlukan sebagai tempat rutin untuk membayar iuran bulanan bagi anggota ataupun sarana untuk saling berkoordinasi antar pengurus serta antara anggota dan pengurus. Hal ini berdampak tidak efektifnya pelayanan pengurus, sehingga dengan alasan tidak enak datang ke rumah pribadi pengurus, terpaksa pengurus dalam melayani iuran bulanan harus “jemput bola” ke rumah konsumen, padahal personal pengurus sangat terbatas, termasuk diantaranya berdampak pula pada kurangnya koordinasi pengurus, dibuktikan selama kepengurusan ini, baru melakukan rapat pengurus 2 dua kali, bahkan ada pengurus yang tidak aktif.

2. Administrasi

Administrasi yang dimiliki, hanya ada buku Daftar Anggota, Kartu Pembayaran, dan Buku Keuangan, yang kurang dikerjakan secara rutin atau diikuti perkembangannya. Hal ini dibuktikan, daftar anggota yang tercatat dalam buku anggota, berjumlah 370 tiga ratus tujuh puluh dari hasil registrasi awal kepengurusan ini sampai sekarang tidak ada perubahan, padahal pada masa kepengurusan sebelumnya tercatat sekitar 450 empat ratus lima puluh, begitupun buku keuangan tidak tercatat secara rapih, hanya dibuat secara insidental, mengingat pengurus tidak membuat laporan perkembangan keuangan kepada Pemerintahan Desa Bumijawa maupun anggota. Seperti diungkapkan oleh Bapak H. A. Adjiono Kepala Desa Bumijawa: Saya, selama menjabat Kepala Desa Bumijawa dari bulan Pebruari 2007 sampai sekarang, tidak pernah mendapat laporan secara lisan maupun tertulis tentang perkembangan keuangan Pokmair Sayom. Adapun alasan pengurus tidak membuat laporan keuangan Pokmair Sayom, karena memang kondisi keuangan yang selalu minus, karena hutang Pokmair saat memperbaiki jaringan yang terkena bencana alam baru terbayarkan pada bulan Agustus 2008, karena prosentase yang aktif membayar iuran bulanan maksimal 30 persen dari konsumen yang ada, termasuk untuk membayar tenaga teknis saja tidak lancar. Aspek lainnya, pengurus dalam mengelola air bersih merasa berjalan 61 sendiri, karena selama ini kurang adanya perhatian dari pihak pemerintahan desa tentang kesulitan-kesulitan yang dialaminya dalam mengelola air bersih, disamping juga ada beberapa pengurus yang tidak aktif tanpa alasan yang jelas. Hal ini juga diungkapkan oleh Ketua BPD Sdr. Drs. A. Khumedi: Saya selaku Ketua BPD tidak pernah tahu laporan perkembangan Pokmair Sayom, apalagi masalah keuangan sama sekali tidak tahu, mungkin karena pengurus selama ini mengalami kesulitan dalam penarikan iuran bulanan anggota, karena pengurus yang aktif hanya Ketua dan Bendahara serta petugas teknis, lainnya tidak jelas. Menurut Sdr. Bendahara Pokmair Sayom dikatakan, bahwa: Saya sebagai bendahara atau pengurus Pokmair Sayom, hanya berdasarkan Surat Tugas Kepala Desa Bumijawa, jadi tidak mempunyai kewajiban membuat laporan keuangan ke anggota tetapi bila diperlukan hanya kepada Kepala Desa, seharusnya segera ada Surat Tugas Kepala Desa Bumijawa yang sekarang dilantik tahun 2007. Sementara yang akan saya laporkan keuangan selalu minus, sedangkan kalau ada kesulitan pemerintahan desa atau anggota tidak mau tahu, tetapi selalu menuntut distribusi air bersih lancar. Seperti diungkapkan oleh Bapak Imam Anggota Pokmair Sayom: Saya tidak mau membayar, karena pengurus Pokmair Sayom, tidak mau memperdulikan kelancaran distribusi, sudah laporan tidak ada tindak lanjutnya sampai sekarang, sedangkan sebagai anggota tidak pernah mendapatkan laporan penggunaan keuangan, minimal pemberitahuan melalui perwakilan. Ditegaskan oleh Bapak Sofwan Anggota Pokmair Sayom: Sebenarnya saya menyadari, bahwa ketidaklancaran distribusi air bersih terutama pada musim kemarau antara 2-3 bulan, tetapi setelah itu akan kembali lancar, tetapi mau membayar iuran bulanan, sekarang pengurus tidak tegas dalam menerapkan sangsi antara yang tidak pernah membayar dan membayar rutin tidak ada bedanya, apalagi laporan penggunaan keuangan juga tidak jelas, karena sebagai anggota tidak pernah tahu. Upaya pengurus Pokmair, dengan membuat Kartu Pembayaran dengan tujuan untuk mengoptimalkan penggalian dana melalui iuran bulanan, ternyata berjalan beberapa bulan, karena anggota cenderung kurang aktif membayar iuran bulanan, karena harus didatangi tiap rumah, sementara jumlah pengurus yang aktif terbatas. Alasan lain Pokmair tidak mempunyai sekretariat seperti dahulu, kalau mambayar di rumah pengurus belum tentu yang bersangkutan ada di rumah, dan 62 tidak adanya sangsi yang tegas antara anggota yang tidak pernah membayar dan yang rutin membayar sama saja serta seringnya distribusi air tidak lancar.

3. Peralatan Teknis