tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata kinerja KPRI Kabupaten Rembang bila dilihat dari segi penagihan piutang berada pada angka 208 hari yang terletak
pada angka lebih dari 100 hari. Artinya kemampuan KPRI dalam penagihan piutang masih sangat rendah, perlu adanya keaktifan dari pengurus dan kesadaran
anggota untuk berpartisipasi dalam mengembalikan pinjaman.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengukuran Kinerja dengan Rentabilitas, Likuiditas dan Solvabilitas
RLS
Pengukuran kinerja RLS digunakan untuk mengetahui seberapa besra kinerja KPRI bila dihitung rentabilitas, solvabilitas dan renabilitasnya. adapun
penjelasan secara detail sebagai berikut:
1. Rentabilitas
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rentabilitas modal sendiri KPRI se Kabupaten Rembang pada tahun 2010 memiliki rata-rata
sebesar 9,89. Hal ini menunjukan bahwa masih belum efisiensi manajemen dalam pemanfatan modal sendiri pada KPRI se Kabupaten Rembang untuk
menghasilkan laba atau SHU. Selain itu KPRI juga belum optimal dalam menggunakan modal yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan. modal
sendiri sangat dipengaruhi oleh peran anggota dalam membayar iuran, cadangan dan hibah. maka partisipasi dlam memupuk modal sendiri melalui
simpanan mereka sangat dibutuhkan KPRI di Kabupaten Rembang.
2. Likuiditas
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Likuiditas KPRI se Kabupaten Rembang pada tahun 2010 memiliki rata-rata sebesar 451,46.
Hal ini berarti setiap Rp.1 hutang lancar dapat dijamin dengan Rp.4,5146 aktiva lancar. Keadaan ini nampaknya menguntungkan bagi kreditur karena
pinjaman jangka pendek diberi jaminan 4,5146 kali lipat dengan aktiva lancar, dengan demikian keadaan keuangan koperasi dalam keadaan likuid.
Dengan demikian kemampuan koperasi untuk membayar hutang jangka pendek sangat besar karena dapat dengan denga cepat dipenuhi denga aktiva.
3. Solvabilitas
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Likuiditas KPRI se Kabupaten Rembang pada tahun 2010 memiliki rata-rata sebesar 275,34.
Hal ini berarti jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk membayai aktiva perusahaan sedikit. Dengan kata lain, lebih mengutamakan
penggunaan modal sendiri daripada modal pinjaman untuk membiayai aktiva pada koperasi. Kondisi keuangan jangka pendek yang baik tidak menjamin
adanya kondisi keuangan yang baik pula dalam jangka panjang. Oleh karena itu perlu manajemen keungan yang baik agar kondisi keuangn jangka pendek
dapat memberikan prediksi baik pula untuk jangka panjang.
4.2.2 Pengukuran Kinerja Dengan Partisipasi Ekonomi Anggota