Pendahuluan Pemanfaatan dan pengelolaan perikanan cucut dan pari (Elasmobranchii) di Laut Jawa

6 ASPEK BIOLOGI BEBERAPA JENIS CUCUT DAN PARI DI LAUT JAWA

6.1 Pendahuluan

Perikanan laut dan lingkungannya merupakan suatu sistem yang kompleks dan dinamis. Dalam sistem tersebut berlangsung berbagai proses interaksi yang bersifat bioekologis, bioteknologis, bioekonomis maupun sosial, yang kesemuanya itu merupakan fungsi tempat dan waktu Hilborn dan Walters, 1992. Kehidupan ikan akan berlangsung dengan konstan jika tidak terjadi perubahan lingkungannya secara signifikan. Namun pada kenyataannya sering terjadi adanya perubahan berbagai faktor lingkungan yang menyebabkan berubahnya kehidupan ikan secara nyata Hilborn dan Walters, 1992. Sumberdaya perikanan laut adalah sumberdaya alam yang dapat pulih kembali. Namun jika sumberdaya ini terancam kepunahan kolap, maka untuk memperbaikinya memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang panjang Gulland, 1983. Penyelidikan yang menyeluruh tentang masalah makanan, reproduksi, pertumbuhan dan dinamika populasi ikan laut sering disebut biologi perikanan laut marine fisheries biology. Makanan adalah salah satu faktor dasar yang mempengaruhi kehidupan ikan baik secara individual maupun populasinya Schreck dan Moyle,1990. Keterbatasan suplai makanan akan mengakibatkan kompetisi antar individu bahkan antar spesies yang dapat menyebabkan penurunan rekruimennya. Makanan, faktor ekologi dan kondisi fisiologi ikan dapat memberikan petunjuk produksi suatu biomasa Holden dan Raitt, 1975. Pergerakan dan migrasi populasi ikan terutama disebabkan oleh pencarian makanan dan tempat memijah. Bal dan Rao 1990 menjelaskan bahwa berdasarkan kebiasaan makan, ikan dapat diklasifikasikan sebagai pemangsa predator, pemakan rumput grazers, penyaring strainers, penghisap sucker dan parasit parasites. Perubahan kebiasaan makan ikan dapat terjadi sepanjang perubahan siklus hidup yang diikuti perubahan organ tubuhnya atau tempat hidupnya. Penelitian tentang makanan ikan sebaiknya dapat menjelaskan habitat, penyebaran, migrasi dan faktor-faktor lain yang berkaitan. Makanan adalah faktor penting dari setiap organisme untuk tumbuh, berkembang biak dan melakukan berbagai aktivitas yang memerlukan energi dari makanan. Pengetahuan tentang sumber makanan dari stok ikan sangat penting dalam penentuan daerah penangkapannya secara lebih menguntungkan. Pertumbuhan ikan, jenis kelamin, umur dan faktor kondisi merupakan petunjuk dasar untuk memprediksi kwantitas stok ikan, apakah stok ikan tersebut masih alami ataukan sudah dieksploitasi secara intensif Sparre dan Venema, 1998. Hubungan panjang berat ikan akan berubah berdasarkan phase dan siklus hidupnya, dan informasi ini akan menjelaskan faktor-faktor yang terbawa karena suatu perubahan lingkungannya Effendi, 1979. Penelitian biologi reproduksi sangat bermanfaat untuk memahami regenerasi tahunan dari stok ikan Cortes, 2000. Parameter biologi reproduksi seperti ukuran ikan pertama matang gonad, frekwensi pemijahan, fekunditas dan rekruitmen dapat menjelaskan nilai prediksi perikanan dan dapat digunakan untuk menformulasikan pengelolaan perikanan secara rasional Widodo, 2001. Pemijahan merupakan salah satu penentu kelangsungan hidup ikan; aspek ini tentunya merupakan rangkaian dari siklus kematangan gonad, minimum ukuran matang gonad, fekunditas dan sebagainya Holden dan Raitt, 1975. Biologi reproduksi, termasuk periode pemijahan dan fekunditas telur adalah informasi penting yang menentukan kelangsungan hidup ikan dari waktu ke waktu King, 1995. Beberapa jenis ikan bermigrasi jauh untuk memijah. Reproduksi merupakan potensi dari suatu populasi, hal ini dapat dipelajari dari nilai mutlak fekunditas telur, yang tentunya harus memiliki laju kehidupan tinggi menuju rekruitmen yang baik Holden dan Raitt, 1975. Selanjutnya Cortes 2000 menjelaskan bahwa Elasmobranchii melakukan reproduksi seksual, yaitu persatuan sel telur dari ikan betina dan spermatozoa dari ikan jantan yang terjadi di dalam tubuh fertilisasi internal, namun ada pula yang terjadi di luar tubuh fertilisasi eksternal. Ikan Elasmobranchii umumnya melakukan fertilisasi internal. Elasmobranchii memiliki strategi reproduktif dengan memproduksi telur – telur yang berukuran besar dalam jumlah sedikit. Telur yang berisi embrio kemudian berkembang menjadi juvenil, tersimpan, terlindungi, dan di asuh dalam jangka waktu tertentu di dalam tubuh induk betina. Induk betina memiliki struktur khusus di bagian akhir anterior oviduk, yaitu kelenjar nidimental yang berfungsi untuk mengeluarkan cangkang berprotein dari telur yang telah dibuahi Compagno, 1999. Elasmobranchii memiliki beberapa spesialisasi dalam reproduksi, yaitu aplasental vivipari ovovivipar, plasental vivipar dan ovipar. Pada spesies yang ovipar, telur yang berukuran besar akan terbungkus oleh suatu lapisan tempat telur yang memiliki celah untuk pertukaran air laut dan protuberances berbentuk seperti akar yang akan terselip pada substrat sehingga telur tersebut menempel pada saat telur diletakkan di lingkungan dimana embrio akan mengalami pertumbuhan di luar tubuh induknya. Suatu bentuk evolusi yang terjadi pada reproduksi Elasmobranchii adalah penyimpanan telur yang telah dibuahi di dalam saluran reproduksi dalam jangka waktu yang panjang. Sebagian besar spesies menyimpan anak yang sedang beranjak dewasa di dalam oviduk sampai akhirnya keluar dari tubuh induk dan mampu hidup mandiri, pola reproduksi seperti itu disebut ovovivipar. Perbedaan antara ovipar dan ovovivipar terletak pada tereduksinya produksi kelenjar cangkang nidimental dan berkembangnya pembuluh – pembuluh darah di dalam oviduk betina serta kantung kuning telur embrio. Populasi ikan selalu tumbuh dan bergerak dari satu tempat ketempat lain, dan dari waktu kewaktu sesuai dengan lingkungan yang diinginkannya. Dalam kondisi ekologi yang optimum, populasi ikan akan tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan daya dukung dari ekosistemnya. Dengan adanya eksploitasi ikan melalui campur tangan manusia, sering membuat ketidak seimbangan populasi ikan tersebut. Ukuran ikan yang semakin mengecil akibat penangkapan dengan intesitas tinggi, dan berbagai faktor alam yang mengganggu habitat ikan itu sendiri, sering menunjukan adanya penurunan nilai populasi. Tujuan utama dari penelitian dinamika populasi adalah melakukan evaluasi baik kepada alam maupun manusia dalam mengeksploitasi populasi ikan, agar sumberdaya alam ini dapat dimanfaatkan secara optimal dan terjaga dalam waktu yang panjang. Dua model yang terkemuka dari empat model penelitian dinamika populasi adalah Model Analitik dan Model Logistik. Model yang diterapkan pada penelitian ini adalah Model Analitik. Inti dari model ini adalah menentukan berbagai parameter, seperti parameter pertumbuhan, laju kematian dan faktor seleksi untuk mendapatkan hasil tangkapan yang optimal dengan tetap menjaga kelestarian sumberdayanya. Spare dan Venema 1998 menjelaskan bahwa untuk mempelajari umur dan pertumbuhan ikan age and growth dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu: metode langsung dan metode tidak langsung. Contoh metode langsung dalam perikanan laut adalah penandaan ikan tagging experiment. Pertumbuhan ikan dihitung berdasarkan ukuran dan lama waktu saat ikan dilepas sampai ditangkap kembali. Penelitian penandaan ikan ini tidak hanya mahal, tetapi juga memerlukan waktu yang lama. Sedangkan metode tidak langsung dapat dibagi dalam dua cara, yaitu dengan pengukuran distribusi panjang ikan bulanan atau pengukuran bagia keras dari tubuh ikan seperti otolit. Penelitian dengan menggunakan metode tidak langsung, melalui pengukuran distribusi panjang ikan. Pengukuran panjang ikan secara harian diambil secara acak dari tempat pendaratan ikan, dan data dikumpulkan secara bulanan dalam waktu satu tahun. Tujuan utama mempelajari umur dan pertumbuhan ikan ada tiga, yaitu: 1. Untuk medapatkan kelas umur yang masuk ke perikanan 2. Untuk mengestimasi laju kematian ikan 3. Untuk mengetahui dan menjaga keberlangsungan stok perikanan. Ikan cucut memiliki ciri tumbuh lambat dan berumur panjang Compagno, 1984; Last and Stevens, 1994; FAO, 2000. Selanjutnya White et al. 2002 melaporkan bahwa hasil penelitiannya di perairan Australia Barat dengan menggunakan metode tidak langsung memperoleh umur masimum 16,4 tahun dengan panjang 133 cm untuk ikan cucut jenis Carcharhinus cautus. Secara teoritis, rekruitmen yang kuat dari tahun ketahun kedalam perikanan akan membuat stok ikan tetap terjaga dari eksploitasi penangkapan dengan intesitas yang tinggi Hilborn dan Walters, 1992. Namun seringkali laju eksploitasi perikanan yang tinggi akan menurunkan kelimpahan stok, hal ini dapat dijelaskan dari turunnya produksi perikanan dan faktor-faktor lainnya. Kelebihan tangkap over fishing adalah turunnya hasil tangkapan akibat dari upaya penangkapan yang berlebihan. Akibat dari kelebihan tangkap, maka suatu perairan harus melakukan formulasi pengelolaan yang berdasarkan penelitian dinamika populasi yang akurat. Hingga saat ini masih belum banyak informasi tentang kebiasaan makan, biologi reproduksi dan beberapa parameter populasi cucut dan pari. Informasi tersebut sangat penting sebagai landasan pengelolaan perikanan cucut yang berkelanjutan. Bab ini menyajikan hasil penelitian khusus tentang kebiasaan makan, biologi reproduksi dan parameter dinamika populasi ikan cucut dan pari di Laut Jawa yang dapat dijadikan sebagai rangkaian dasar pengelolaan perikanan secara rasional dan berkelanjutan. Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu: 1. Mendapatkan data secara rinci tentang jenis dan kebiasaan makan beberapa jenis ikan cucut dan pari di Laut Jawa. 2. Mendapatkan data dan informasi aspek biologi reproduksi ikan cucut dan pari yang dominan di Laut Jawa. 3. Mendapatkan data dan informasi laju pertumbuhan ikan pari dan umur maksimumnya. 6.2 Bahan dan metode 6.2.1 Waktu dan tempat penelitian