Famili , 15 Genus, dan 35 jenis ikan, Sedangkan ikan pari terdiri dari 4 ordo, 9 Famili , 16 Genus, dan 42 jenis ikan.
Melihat kenyataan keberadaan sumberdaya ikan cucut dan pari tersebut, maka sejumlah langkah rencana aksi plan of action yang harus dikerjakan
adalah: 1 Memperbaiki cara pengumpulan data dan penyajian statistik dimana
sumberdaya ikan pari dan cucut dipilah berdasarkan spesies, paling tidak untuk 10 spesis dominan.
2 Pengembangan alat tangkap dengan target spesies ikan pari dan cucut harus dipilih alat tangkap yang selektif yaitu jaring liongbun dan pancing
senggol dengan daerah penangkapan di perairan off shore. 3 Penyusunan regulasi yang mengatur jenis dan batas minimal ukuran ikan
yang tertangkap. Jika jenis dan ukuran ikan cucut dan pari yang tertangkap masih muda dan masih hidup, maka wajib dikembalikan ke
laut. 4 Merintis wisata bahari dengan objek tontonan ikan cucut dan pari di
daerah tertentu. Hal ini dapat mengambil contoh di Pinang Malaysia, Maladewa atau di Australia.
7.5 Penutup
Dalam upaya memanfaatkan sumberdaya perikanan secara berkelajutan dan sekaligus mengatasi berbagai konflik dibidang perikanan laut, pemerintah
Republik Indonesia telah mengeluarkan berbagai bentuk peraturan. Walaupun peraturan itu tidak langsung berkaitan dengan sumberdaya cucut dan pari, namun
karena alat tangkap dan daerah penangkapannya bersinggungan dengan komoditas cucut dan pari maka peraturan tersebut juga berdampak pada komoditas ini.
Sampai saat ini belum ada regulasi secara nasional atau NPOA National Plan Of Action
maupun regulasi secara lokal atau LPOA Local Plan OF Action yang berkaitan dengan sumberdaya pari dan cucut di Indonesia atau Laut Jawa.
Hasil sintesa dari hasil analisis karakteristik teknologi penangkapan, biologi reproduksi, biologi sumberdaya, dan pemanfaatan hasil tangkapan,
menunjukan bahwa konsep pengelolaan perikanan cucut dan pari harus bersifat konservasi perlindungan dan tegas. Banyak jenis ikan cucut dan pari yang
memiliki nilai ekonomi rendah dalam produk perikanan. Namun dampak kepunahan cucut dan pari sama saja dengan jenis ikan yang memiliki nilai
ekonomis tinggi, hal ini disebabkan waktu pemulihan sumberdaya akan sangat panjang dan mahal Musick, 1999.
Berbagai dokumentasi tentang kasus kepunahan kolap perikanan cucut dan pari, seperti perikanan cucut jenis Lamna nasus di perairan Atlantik Utara
Anderson, 1990; Compana et al., 2001, perikanan cucut jenis Galeorhinus galius di Kalifornia dan Australia. Cucut botol Squalus acanthias di Laut Utara dan
British Colombia Holden, 1968;Ketchen, 1986; Hoff dan Musick, 1990, dan beberapa jenis cucut di pantai Timur Amerika Musick dkk, 1993; NMFS, 1999.
Berbagai alasan penurunan sumberdaya cucut dan pari dari perikanan, mulai dari penurunan stok sampai kendala ekonomi atau pemasaran Ketchen,
1986;Myklevoll, 1989; Bonfil, 1994. Pada umumnya pemulihan sumberdaya cucut dan pari memerlukan waktu yang panjang, sebagai gambaran perikanan
cucut di perairan Kalifornia yang tidak dapat pulih kembali setelah 50 tahun yang lalu mengalami kepunahan akibat penangkapan yang berlebihan Musick, 2003.
Konsep pengelolaan perikanan cucut dan pari di Laut Jawa secara berkelanjutan tersebut harus mempunyai beberapa kriteria yaitu: pembatasan jenis
dan ukuran ikan terkecil, pengaturan ukuran mata jaring atau pancing, pembatasan jumlah penangkapan, pembatasan alat penangkapan, kuota hasil penangkapan,
pembatasan upaya penangkapan, penutupan daerah dan musim penangkapan Pengelolaan perikanan cucut dan pari yang berkelanjutan sangat mungkin
untuk dilaksanakan. Terutama untuk jenis yang berukuran kecil, cepat dewasa, dan bereproduksi dengan baik. Perikanan cucut Mustelus antarticus di perairan
Australia merupakan contoh bentuk pengelolaan yang baik dan sukses. Kesuksesan ini sangat ditunjang oleh pengetahuan biologi yang lengkap dan
penerapan peraturan pengelolaan yang efektif khususnya peraturan ukuran mata jaring insang Waker, 1998; Stevens, 1999. Ada juga ikan cucut dengan ciri laju
reproduksi rendah namun sukses dalam pengelolaan. Simperdofer 1999 menjelaskan kesuksesan pengelolaan perikanan cucut jenis Carcharinus obsurus
di Barat Australia melalui cara pembatasan jumlah tangkapan tiap tahun dan pelarangan penangkapan ikan yang berusia muda.
Melihat kenyataan keberadaan sumberdaya ikan cucut dan pari tersebut, maka sejumlah langkah rencana aksi plan of action yang harus dikerjakan
adalah: 1 Memperbaiki cara pengumpulan data dan penyajian statistik dimana sumberdaya ikan pari dan cucut dipilah berdasarkan spesies, paling tidak untuk 10
spesis dominan. 2 Pengembangan alat tangkap dengan target spesies ikan pari dan cucut harus dipilih alat tangkap yang selektif yaitu jaring liongbun dan
pancing senggol dengan daerah penangkapan di perairan lepas pantai off shore. 3 Penyusunan regulasi yang mengatur jenis dan batas minimal ukuran ikan yang
tertangkap. Jika jenis dan ukuran ikan cucut dan pari yang tertangkap masih muda dan masih hidup, maka wajib dikembalikan ke laut. 4 Merintis wisata
bahari dengan objek tontonan ikan cucut dan pari di daerah tertentu. Hal ini dapat mengambil contoh di Pinang Malaysia, Maladewa atau di Australia.
Branstetter 1999 menjelaskan bahwa langkah aksi pengelolaan cucut di perairan Amerika Serikat menggunakan cara pembatasan izin dengan membayar
pajak penangkapan tertentu resoerces access, pembatasan alat tangkap, pembatasan kapal penangkap, pembatasan ukuran dan jenis yang ditangkap dan
pembatasan jumlah tangkapan yang diperbolehkan total allowable catch. Sedangkan di perairan Karabian Afrika, langkah pengelolaan cucut dilakukan
dengan membatasi ukuran mata jaring yang di kontrol kementrian setempat Shing, 1999. Di Afrika Selatan pembatasan hanya dilakukan untuk penangkapan
jenis cucut Carcharodon carcharias Japp, 1999. Di perairan Indonesia beberapa ahli perikanan bersepakat bahwa perikanan cucut sudah perlu dikelola secara lebih
baik Monintja dan Poernomo, 2000; Priono, 2000 dan Widodo, 2000.
7.5 Rekomendasi