Hasil model Model perubahan garis pantai di sekitar delta sungai jeneberang, Makassar, Sulawesi Selatan

b. Hasil model

Untuk mengetahui berapa besar perbedaan perubahan garis pantai antara hasil prediksi model dan hasil citra, dilakukan tumpang tindih garis pantai awal tahun 1990, garis pantai citra pada tahun 1999 dan garis pantai hasil prediksi model tahun 1999 seperti diperlihatkan pada Gambar 36. Tumpang tindih garis pantai citra pada tahun 2003 dan garis pantai hasil prediksi model tahun 2003 diperlihatkan pada Gambar 37 dan untuk tahun 2008 diperlihatkan pada Gambar 38. Berdasarkan hasil tumpang tindih garis pantai hasil citra dan model menunjukkan adanya kemiripan pola garis pantai. Perubahan garis pantai hasil model dan citra keduanya menunjukkan lokasi yang sama dimana proses abrasi dan akresi terjadi relatif terhadap garis pantai awal. Dari hasil tumpang tindih garis pantai 1999, diperoleh selisih anatara garis pantai hasil model dengan garis pantai hasil citra seperti diperlihatkan pada Tabel 12. Pada tahun 1999 secara keseluruhan selisih antara hasil model dengan hasil citra pada semua lokasi berkisar 0.01-28.20 m, perbedaan ini terutama terjadi pada lokasi D. Pada tahun 2003 selisih antara garis pantai hasil model dan citra terbesar terjadi pada lokasi E berkisara 0.01-11.90 m. Pada tahun 2008 selisih antara garis pantai hasil model dan hasil citra terbesar terjadi pada lokasi C berkisar 0.04-17.10 m yang terjadi pada lokasi C. Garis pantai hasil model ini diperoleh setelah dilakukan proses coba ulang trial and error yaitu dengan cara mengubah-ubah nilai Cn persentase kejadian gelombang. Nilai Cn yang digunakan dalam model ini adalah 0.01, sedangkan Komar 1983 menggunakan niali Cn = 0.05. Selain itu pada model perhitungan angkutan sedimen dilakukan penyesuaian terhadap persamaan yang digunakan pada titik grid 878-978. Perhitungan besar angkutan sedimen pada lokasi tersebut dikalikan dengan suatu besaran yang ditentukan melalui persamaan : Q i = Q t 1,13022383 + 0,020561414x + 0.0037802537x 2 - 0,000035347897x 3 + 0,00000014975966x 4 Gambar 36 Perubahan garis pantai hasil citra dan hasil model tahun 1999 atas dan diperbesar pada lokasi A, B, C,D, E, F dan G bawah. B A B A B a ro m b o n g C D S. Jeneberang T a n ju n g M e rd e k a B a ro m b o n g G F E T a n ju n g M e rd e ka Ta nj un g Bu ng a Gambar 37 Perubahan garis pantai hasil citra dan hasil model tahun 2003 atas dan diperbesar pada lokasi A, B, C,D, E, F dan G bawah. B A B ar om bo ng S. Jeneberang T a n ju n g M e rd e k a B a ro m b o n g D C G F E T a n ju n g M e rd e ka Ta nj un g Bu ng a Gambar 38 Perubahan garis pantai hasil citra dan hasil model tahun 2008 atas dan diperbesar pada lokasi A, B, C,D, E, F dan G bawah. Dari hasil tumpang tindih garis pantai hasil model dan hasil citra diperoleh bahwa persentase kesalahan hasil model terhadap citra berkisar antara 4.9-51.2 Tabel 12. Pada penelitian ini perubahan garis pantai dari citra satelit diperoleh dari citralandsat yang mempunyai resolusi spasial 30 x 30 meter, dimana 50 B A B ar om bo ng D C S. Jeneberang Ta nj un g M er de ka B ar om bo ng G F E T an ju ng M er de ka Ta nju ng B un ga dari resolusi satelit yang digunakan adalah kemungkinan penyebab error terhadap perhitungan garis pantai. Tabel 12 Selisih perubahan garis pantai antara hasil citra pada tahun yang samadan hasil model relatif terhadap garis pantai awaltahun 1990 Lokasi Selisih Perubahan Garis Pantai Tahun 1999 2003 2008 Jarak m Jarak Rata-rata m Error Rata-rata Jarak m Jarak Rata-rata m Error Rata-rata Jarak m Jarak Rata-rata m Error Rata-rata A 0.01 - 8.7 1.7 41.8 0.01 - 2.4 1.0 39.1 0.01 - 8.2 1.9 44.9 B 0.01 - 9.4 2.5 28.1 0.15 - 6.3 2.6 46.2 0.02 - 6.7 3.0 31.0 C 0.12 - 23.7 7.8 18.3 0.08 - 7.8 3.1 27.3 0.04 - 17.1 4.6 51.2 D 0.01 - 28.2 4.8 7.3 0.07 - 10.6 6.6 19.2 0.13 - 10.2 3.1 13.5 E 0.03 - 18.6 5.9 9.1 0.01 - 11.9 5.0 22.1 0.54 - 15.3 3.2 16.9 F 0.25 - 4.9 3.6 6.2 0.09 - 1.7 1.0 23.6 4.42 - 9.9 7.7 15.3 G 0.01 - 8.1 3.1 23.9 0.03 - 9.5 5.2 12.2 0.02 - 10.5 5.7 4.9 Morfologi garis pantai di sepanjang lokasi penelitian berkelok-kelok, seperti pantai Barombong bagian selatan lokasi A dan pantai Barombong bagian tengah lokasi B mempunyai bentuk garis pantai yang menjorok ke darat, sedangkan pantai Barombong bagian utara lokasi C menjorok ke laut. Garis pantai Tanjung Merdeka bagian selatan berbentuk tonjolan sedangkan barombong bagian utara berbentuk lurus. Garis pantai Tanjung Bunga lokasi F dan G menjorok ke laut. Hasil prediksi model Gambar 39 juga memperlihatkan bahwa selama tahun 1990-2008 sepanjang garis pantai telah terjadi proses abrasi di satu sisi dan mengalami sedimentasi di sisi yang lain. Proses abrasi terutama terjadi di pantai Tanjung Bunga lokasi F dan G dan pantai Tanjung Merdeka bagian utara lokasi E. Proses abrasi pada pantai Tanjung Bunga terjadi karena sudut gelombang pecah yang terjadi cukup besar sehingga anggkutan sedimen juga besar sedangkan suplai sedimen dari Sungai Jeneberang berkurang. Proses akresi terutama terjadi di pantai Tanjung Merdeka bagian selatan lokasi D dan pantai Barombong bagian tengah. Proses akresi terjadi karena perubahan garis pantai di sekitar muara sungai sangat dipengaruhi oleh suplai sedimen dari sungai Ashton Murray 2006 dimana pantai Tanjung Merdeka bagian selatan dan Barombong tetap mendapat suplai sedimen dari Sungai Jeneberang yang lebih besar dari pada angkutan sedimen akibat gelombang. Gambar 39 Perubahan garis pantai hasil model tahun 1990-2008 atas dan diperbesar pada lokasi A, B, C,D, E, F dan G bawah. 63500 6 000 6 500 B A B ar om bo ng D C S. Jeneberang Ta nj un g M er de ka B ar om bo ng G F E T an ju ng M er de ka Ta nju ng B un ga Selama tahun 1990-2008 gelombang yang berasal dari arah barat dan barat daya lebih dominan pengaruhnya dari pada barat laut. Gelombang yang berasal dari arah barat dan barat daya menyebabkan angkutan sedimen ke utara, sedangkan yang berasal dari arah barat laut akan menyebabkan angkutan sedimen ke arah selatan. Karena angkutan sedimen dominan ke arah utara, maka pertumbuhan daratan cenderung ke arah utara. Hasil penelitian yang sama juga didapatkan oleh Departemen PU. 1989 dan Suriamihardja 2005 bahwa angkutan sedimen di sepanjang pantai delta Sungai Jeneberang dominan ke utara. Hasil prediksi model memperlihatkan bahwa pada tahun 1990-1999 pantai Tanjung Merdeka mengalami akresi sejauh 126.3 m dengan laju akresi sekitar 14.0 mtahun. Pada tahun 2003 pantai Tanjung Bunga telah mengalami abrasi sejauh 91.9 m dan semakin meningkat pada tahun 2008 menjadi 181.1 m. Laju abrasi di pantai Tanjung Bunga selama tahun 1990-2008 sebesar 9.5 mtahun Tabel 13. Tabel 13 Jarak maksimumperubahan garis pantai hasil model tahun 1990-2008 Lokasi Jarak Maksimum Perubahan Garis Pantai m Tahun 1999 2003 2008 Abrasi Sedimentasi Abrasi Sedimentasi Abrasi Sedimentasi A 11.0 - 5.7 6.3 6.0 7.9 B 4.7 18.9 8.2 9.9 0.2 26.2 C 31.3 69.3 - 23.9 16.5 28.9 D - 126.3 5.6 62.3 12.2 59.8 E 38.1 32.6 27.0 29.5 60.4 32.6 F - 77.2 - 22.6 58.0 - G 28.3 36.7 91.9 5.2 181.1 - Berdasarkan pada Gambar 39, maka teridentifikasi pantai yang mengalami abrasi dan akresi seperti diperlihatkan pada Gambar 40. Hasil prediksi model menunjukan bahwa luas lahan yang mengalami abrasi di sepanjang pantai pada tahun 1990-2008 sekitar 24.5ha, sedangkan yang mengalami akresi sekitar 6.2 ha. Berdasarkan luas lahan yang mengalami abrasi, maka diperkirakan jumlah sedimen yang terangkut selama tahun 1990-2008 sekitar 201116.5m 3 atau 10585.1m 3 tahun, sedangkan yang tersedimentasi sekitar 17107.6 m 3 atau 900.4 m 3 tahun. Hasil digitasi citra menunjukan bahwa luas lahan yang mengalami abrasi di sepanjang pantai pada tahun 1990-2008 sekitar 26.2 ha, sedangkan yang mengalami akresi sekitar 6.4 ha. Berdasarkan luas lahan yang mengalami abrasi, maka diperkirakan bahwa jumlah sedimen yang terangkut sekitar 214 584.4 m 3 atau 11 293.9 m 3 tahun, sedangkan jumlah sedimen yang terendapkan sekitar 18 777.6 m 3 atau 988.3 m 3 tahun Tabel 14. Gambar 40 Lokasi pantai yang mengalami abrasi dan akresi. Tabel 14 Luas lahan yang mengalami abrasi dan akreasi serta jumlah sedimen yang terangkut dan terendapkan dari hasil model dan hasil citra Hasil Model Hasil Citra Luas ha 2 Q m 3 19 th Q m 3 th Luas ha 2 Q m 3 19 th Q m 3 th Abrasi 24.5 201116.5 10585.1 26.2 214584.4 11293.9 Akresi 6.2 17107.6 900.4 6.4 18777.6 988.3 Sungai Jeneberang yang bermuara di Kota Makassar mempunyai dua muara yaitu muara bagian selatan di antara pantai Barombong bagian utara dan Tanjung Merdeka bagian selatan dan muara bagian utara di antara pantai Tanjung Merdeka bagian utara dan Tanjung Bunga bagian selatan. Sedimen yang berasal dari Sungai Jeneberang sebagian besar tersedimentasi di sekitar muara sungai, kemudian terangkut oleh arus dan gelombang ke sepanjang pantai. Arah angkutan sedimen yang dominan ke utara menyebabkan pantai Tanjung Merdeka memperoleh sedimen terutama dari muara sungai bagian selatan, sedangkan pantai Tanjung Bunga memperoleh sedimen dari muara sungai bagian utara. Pada tahun 1993 muara Sungai Jeneberang bagian utara ditutup sehingga sedimen yang berasal dari Sungai Jeneberang semuanya mengalir ke muara bagian selatan. Hal ini menyebabkan pantai Tanjung Bunga tidak mendapat lagi suplai sedimen dari sungai bagian utara sedangkan hempasan gelombang yang terjadi setiap saat cukup besar sehingga pantai Tanjung Bunga telah mengalami abrasi. Perubahan garis pantai di sepanjang pantai lokasi penelitian sangat dipengaruhi oleh pembangunan Dam Bilibili yang mulai beroperasi pada tahun 1997. Sebelum pembangunan Dam Bilibili suplai sedimen Sungai Jeneberang ke pantai sangat besar sekitar 90 m 3 hari, tetapi setelah Dam Bilibili beroperasi maka sedimen yang berasal dari DAS Sungai Jeneberang tertahan oleh Dam sehingga input sedimen sungai ke perairan pantai menjadi nol. Selain itu beberapa bendungan karet telah dibangun untuk mencegah erosi pada dasar sungai yang juga mengurangi suplai sedimen ke perairan pantai. Akibat berkurangnya suplai sedimen dari Sungai Jeneberang ke perairan pantai yaitu 90 m 3 hari dan adanya hempasan gelombang yang terjadi setiap saat yang mengangkut sedimen diperairan pantai sekitar 20.6 m 3 hari maka pantai Tanjung merdeka bagian utara mengalami abrasi sejau 60.4 m dan pantai Tanjung Bunga sekitar 181.1 m pada tahun 2008 Gambar 41. a b c Gambar 41 Jarak perubahan garis pantai hasil model a tahun 1999, b 2003 dan c 2008. V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan