2.6 Sifat-sifat umum vitamin C
Vitamin C merupakan senyawa yang sangat mudah larut dalam air, mempunyai sifat asam dan sifat pereduksi yang kuat. Sifat-sifat tersebut terutama
disebabkan adanya struktur enediol yang berkonyugasi dengan gugus karbonil dalam cincin lakton. Bentuk vitamin C yang ada di alam terutama adalah L-
ascorbic acid . D-ascorbic acid jarang terdapat di alam dan hanya memiliki 10
aktivitas vitamin C. Vitamin C atau asam askorbat merupakan vitamin yang tidak mengandung gugus amina, terdiri atas 6 rantai karbon dan mudah bereaksi dengan
oksigen membentuk dehidroksi askorbat. Vitamin C yang mempunyai rumus empiris C
6
H
8
O
6
dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau dan mencair pada suhu 190-192ยบ C. Senyawa ini bersifat reduktor
kuat dan mempunyai rasa asam Combs, 1992.
2.7 Peran vitamin C secara biologis
Vitamin C merupakan salah satu nutrien yang paling penting pada pakan ikan. Ikan tidak dapat mensintesis vitamin C, karena tidak adanya enzim L-
gulanolactoneoxdase yang diperlukan dalam sintesis vitamin C Al-Amoudi, 1992. Vitamin C dalam organ internal tubuh krustasea, hanya terdapat di
hepatopankreas dan saluran pencernaan. Terkait dengan fungsinya sebagai antioksidan, vitamin C berperan dalam menjaga lemak dari oksidasi Waterman,
1960. Sandra 2002 dalam tesisnya menyimpulkan bahwa penambahan L- ascorbyl-2-phosphate-magnesium berpengaruh terhadap kadar vitamin C hati,
rasio hydroksiprolinaprolina, total lemak, L-karnitin otot dan asam lemak EPA dan DHA tubuh ikan baung Mystus nemurus CV. Peningkatan kandungan asam
lemak dengan bertambahnya kadar vitamin C dalam pakan tersebut menunjukkan fungsi vitamin C sebagai antioksidan. Sebagai antioksidan, vitamin C dapat
melindungi lemak dari oksidasi Combs, 1992. Begitu pula dengan hasil penelitian Subyakto 2000 terhadap juvenil ikan kerapu tikus Cromileptes
altivelis . Dewantara 2003 dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa
perbedaan kadar vitamin C dalam pakan menyebabkan perbedaan dalam retensi asam lemak, dimana peningkatan kadar vitamin C pakan menyebabkan retensi
lemak meningkat, sehingga kadar lemak juga meningkat. Vitamin C juga berperan
dalam biosintesis karnitin, yaitu kofaktor yang dibutuhkan untuk aktivitas enzim hidroksilase mitokondrial dan hidroksilase sitosolik Combs, 1992. Pada tubuh,
karnitin berperan dalam mentransport asam lemak rantai menengah dan rantai panjang dari sitosol ke mitokondria untuk dioksidasi menjadi energi. Selanjutnya
dinyatakan bahwa defisiensi vitamin C menunjukkan penurunan level karnitin dalam jaringan, ini menyebabkan menurunnya produksi energi dan melemahnya
tubuh Horning et al., 1984. Vitamin C dalam pakan terbukti mampu meningkatkan daya tahan tubuh
benih udang dan ikan terhadap stress akibat kondisi lingkungan yang buruk maupun penyakit. Irmasari 2002 dalam hasil penelitiannya menyimpulkan
bahwa pemberian artemia yang diperkaya dengan 1 g ascorbyl palmitatl air media dapat meningkatkan daya tahan tubuh, kelangsungan hidup dan pertumbuhan
pasca larva udang windu. Kontara 1998 menyatakan bahwa vitamin C efektif meningkatkan ketahanan udang Penaeus japonicus terhadap infeksi Vibrio sp.
Strain NJB isolasi dari P.japonicus yang terserang patogen. Sementara Dabrowski 1992 menyatakan bahwa stress menyebabkan peningkatan
kebutuhan larva ikan dan krustasea akan asam askorbat. Vitamin dibutuhkan untuk pertumbuhan yang normal, pemeliharaan
jaringan tubuh dan reproduksi. Kebutuhan vitamin bergantung kepada spesies, ukuran, kondisi lingkungan dan adanya stress fisiologis. Kebutuhan vitamin
bervariasi sesuai umur ikan, juga komposisi makanan turut berpengaruh terhadap kebutuhan vitamin tersebut oleh ikan. Efisiensi vitamin C terbesar dalam tubuh
makhluk hidup hanya terjadi jika vitamin C diberikan dalam konsentrasi yang kecil dari seluruh vitamin yang diperolehnya Combs, 1992. Merchie et
al .1997 menyatakan pada stadia pascalarva kebutuhan vitamin C sangat tinggi
dimana pada stadia ini larva sedang dalam proses morfogenesis, laju pertumbuhan yang tinggi dicirikan oleh seringnya frekuensi moulting.
2.8 Kebutuhan, defisiensi dan hipervitaminosis vitamin C