dalam biosintesis karnitin, yaitu kofaktor yang dibutuhkan untuk aktivitas enzim hidroksilase mitokondrial dan hidroksilase sitosolik Combs, 1992. Pada tubuh,
karnitin berperan dalam mentransport asam lemak rantai menengah dan rantai panjang dari sitosol ke mitokondria untuk dioksidasi menjadi energi. Selanjutnya
dinyatakan bahwa defisiensi vitamin C menunjukkan penurunan level karnitin dalam jaringan, ini menyebabkan menurunnya produksi energi dan melemahnya
tubuh Horning et al., 1984. Vitamin C dalam pakan terbukti mampu meningkatkan daya tahan tubuh
benih udang dan ikan terhadap stress akibat kondisi lingkungan yang buruk maupun penyakit. Irmasari 2002 dalam hasil penelitiannya menyimpulkan
bahwa pemberian artemia yang diperkaya dengan 1 g ascorbyl palmitatl air media dapat meningkatkan daya tahan tubuh, kelangsungan hidup dan pertumbuhan
pasca larva udang windu. Kontara 1998 menyatakan bahwa vitamin C efektif meningkatkan ketahanan udang Penaeus japonicus terhadap infeksi Vibrio sp.
Strain NJB isolasi dari P.japonicus yang terserang patogen. Sementara Dabrowski 1992 menyatakan bahwa stress menyebabkan peningkatan
kebutuhan larva ikan dan krustasea akan asam askorbat. Vitamin dibutuhkan untuk pertumbuhan yang normal, pemeliharaan
jaringan tubuh dan reproduksi. Kebutuhan vitamin bergantung kepada spesies, ukuran, kondisi lingkungan dan adanya stress fisiologis. Kebutuhan vitamin
bervariasi sesuai umur ikan, juga komposisi makanan turut berpengaruh terhadap kebutuhan vitamin tersebut oleh ikan. Efisiensi vitamin C terbesar dalam tubuh
makhluk hidup hanya terjadi jika vitamin C diberikan dalam konsentrasi yang kecil dari seluruh vitamin yang diperolehnya Combs, 1992. Merchie et
al .1997 menyatakan pada stadia pascalarva kebutuhan vitamin C sangat tinggi
dimana pada stadia ini larva sedang dalam proses morfogenesis, laju pertumbuhan yang tinggi dicirikan oleh seringnya frekuensi moulting.
2.8 Kebutuhan, defisiensi dan hipervitaminosis vitamin C
Dari beberapa hasil penelitian, ascorbyl palmitat sebesar 1 g APl mampu untuk meningkatkan ketahanan tubuh P. Monodon PL 10 terhadap stress
salinitas Kontara et al., 1998. Lebih lanjut Kontara menyatakan bahwa
pemberian ascorbyl palmitate juga dapat meningkatkan kelangsungan hidup larva udang windu PL1-PL10 sebesar 20,8 sedangkan pemeliharaan tanpa ascorbyl
palmitat hanya diperoleh kelangsungan hidup sebesar 11,5. Menurut Merchie et al
. 1997 kebutuhan pertumbuhan yang baik bagi pascalarva udang windu PL5- PL25 diperlukan sebesar 20 mg ascorbic acid-2-polyphosphatekg pakan dan
untuk uji ketahanan stress pada pascalarva udang windu PL25 diperlukan sebesar 200 mg ascorbyl acid-2-polyphosphatekg pakan. Sedangkan menurut Hsu and
Shiau 1997, pemberian 200 mg ascorbyl-2-polyphosphatekg pakan dan 200 mg ascorbyl-2-sulfate
pada pascalarva udang windu dengan berat rata-rata 0,79±0,08 dapat tumbuh lebih baik jika dibandingkan dengan tanpa pemberian vitamin C.
Menurut Kontara et al. 1997 pada udang P.vannamei PL14-PL41 yang diberi pakan 2 g ascorbyl-2-polyphosphate, 90 dapat hidup setelah diberi kejutan
osmotik selama 60 menit. Irmasari 2002 dalam skripsinya menyimpulkan bahwa larva udang windu yang diberi artemia yang diperkaya vitamin C dengan dosis
0,5-2 g ascorbyl palmitatl air media mengalami pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan larva udang yang diberi artemia tanpa diperkaya vitamin C.
Terjadinya gejala defisiensi vitamin C pada ikan disebabkan kurang tersedianya senyawa ini dalam ransum yang diberikan, sedangkan ikan tidak
mampu mensintesis vitamin C dalam tubuh. Defisiensi vitamin C pada ikan menyebabkan pendarahan, pertumbuhan lambat, kelainan bentuk tulang serta peka
terhadap infeksi, defisiensi asam askorbat dapat menyebabkan skoliosis, lordosis, luka pada mata dan menurunkan pertumbuhan. Kontara et al. 1997 melaporkan
bahwa defisiensi vitamin C pada udang penaeid dapat dicirikan oleh pertumbuhan dan konversi pakan yang rendah, berkurangnya frekuensi moultingmoulting yang
tidak sempurna, penurunan ketahanan terhadap stress, sintesis kolagen, penyembuhan luka yang tidak sempurna dan mortalitas yang tinggi. Irmasari
2002 dalam hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa larva udang windu yang diberi artemia tanpa diperkaya vitamin C mengalami pertumbuhan panjang total
dan bobot biomassa yang paling kecil dibandingkan larva udang yang diberi artemia yang diperkaya vitamin C.
Pemberian vitamin C secara berlebihan akan meningkatkan sekresi vitamin C melalui urin, tetapi jika kondisi tubuh buruk sebagian besar vitamin C akan
ditahan oleh jaringan tubuh. Efek samping dari dosis yang terlalu besar dari kebutuhannya, pada manusia menyebabkan gangguan saluran pencernaan,
terutama pada bagian lambung dan usus dan juga dapat menyebabkan diare. Sedikit informasi juga menyebutkan adanya keracunan vitamin C pada hewan,
meskipun nilai toksisitasnya bersifat akut pada sebagian besar spesies dan jalur dari pengaturan tampaknya menjadi lebih sedikit pada sebagian besar dari gram
per kilogram bobot tubuh. Kajian tunggal menunjukkan pada manusia yang menjadi sensitif terhadap hipervitaminois C, dengan asupan harian sebesar 100-
200 mg ascorbic acid, wanita hamil dapat mengalami anemia dan sel darahnya tereduksi menjadi ukuran yang lebih kecil Combs, 1992 .
III. BAHAN DAN METODA 3.1. Rancangan penelitian