III. BAHAN DAN METODA 3.1. Rancangan penelitian
Larva udang vannamei dipelihara mulai dari stadia naupli 6 N
6
hingga stadia pasca larva 1 PL
1
di PT CentralPertiwi Bahari, Desa Suak, Kecamatan Sidomulyo, Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung pada bulan April-
Juli 2005. Mulai stadia zoea 2 Z2, larva udang diberi rotifer dengan perlakuan yang berbeda, yakni :
1. Larva tidak diberi rotifer sesuai prosedur oprasional standar PT CP
Bahari K. 2.
Larva diberi rotifer yang langsung dari kultur massalnya R1. 3.
Larva diberi rotifer dari kultur massal yang diperkaya dengan 0 g vitamin C per 10 l media pengkaya R2.
4. Larva diberi rotifer dari kultur massal yang diperkaya dengan 0,5 g
vitamin C per 10 l media pengkaya R3. 5.
Larva diberi rotifer dari kultur massal yang diperkaya dengan 1 g vitamin C per 10 l media pengkaya R4.
Penelitian ini dilakukan dengan memakai rancangan acak lengkap yang mengaplikasikan 5 perlakuan seperti tersebut di atas dengan 3 ulangan. Evaluasi
hasil menggunakan program SPSS versi 11,5 dengan uji F dan uji Tukey terhadap panjang total, kelangsungan hidup, stadia PL1 larva dan waktu intermoult larva
udang vannamei.
3.2. Penyediaan pakan
3.2.1. Kultur rotifer Rotifer yang digunakan dalam penelitian ini adalah rotifer tipe S
Brachionus rotundiformis. Rotifer yang berasal dari wadah kultur galon 20 l dimasukkan ke dalam wadah fiber 250 l berisi air salinitas 26 ppt, yang telah
diaerasi. Pada tahap awal, rotifer diberi pakan Nannochloropsis oculata dengan kepadatan 10
7
selml sebanyak 40 l. Setelah air media kultur berwarna bening, rotifer diberi pakan ragi roti yang diblender dalam air tawar dengan dosis 0,2
g10
6
rotifer. Setelah rotifer mencapai kepadatan 150-200 indml, rotifer dipanen dan ditransfer ke dalam bak yang berisi air 500 l salinitas 26 ppt ditambah
Nannochloropsis oculata dengan kepadatan awal 10
7
selml sebanyak 60-80 l. Setelah 2 hari, dilakukan penambahan air pada wadah kultur hingga volume
media mencapai 1000 l. Pakan yang diberikan adalah ragi roti. Pada saat stok Nannoclhoropsis
ada dan berlebih, rotifer juga diberi pakan Nannoclhoropsis. Rotifer dipanen setelah mencapai kepadatan 200-300 indml, sisanya dipindahkan
ke bak lain yang berisi 500 l air salinitas 26 ppt. 3.2.2. Proses pengkayaan rotifer
Rotifer dipanen dari wadah kultur massal 1000 l, dimasukkan ke dalam wadah pengkayaan volume 20 l yang diisi 10 l air laut dengan kepadatan 500
indml media pengkayaan. Rotifer tersebut kemudian diperkaya dengan 0 g, 0,5 g atau 1 g vitamin C. Vitamin C dengan dosis yang sesuai perlakuan, dicampur
dengan 0,25 g minyak ikan, 0,25 g minyak cumi, 0,1 g ragi roti dan 0,01 g kuning telur ayam, lalu diemulsi dalam 100 ml air tawar menggunakan blender selama ±
5 menit. Proses pengkayaan ini berlangsung selama 6 dan 9 jam. Selanjutnya
rotifer dipanen menggunakan saringan plankton berukuran mesh 200 dan 300 53µm, lalu dicuci dengan air laut dan dibilas dengan air tawar untuk kemudian
diberikan ke larva udang.
3.3. Pemeliharaan larva udang vannamei
Wadah pemeliharaan larva udang vannamei menggunakan fiber volume 500 l, yang sebelumnya disanitasi dengan kaporit selama 24 jam, dibilas, lalu diisi
air 300 l air laut dan diaerasi. Selanjutnya diberi EDTA 5-10 ppm pada pagi hari untuk mengikat logam berat. Kandungan oksigen terlarut air laut tersebut adalah
5 ppm, suhu 29-31º C, salinitas 33 ppt, pH 8,25, alkalinitas 115 ppm dan total amoniak nitrogen tidak terdeteksi data selengkapnya ada di Lampiran 1.
Pada pukul 15.00 WIB larva udang vannamei stadia N6 dimasukkan ke dalam wadah pemeliharaan dengan kepadatan 100 ekorl. Selama masa
pemeliharaan larva dari stadia N6-ZM air media pemeliharaan diberi treflan sebanyak 0,07 ppm. Pakan alami berupa Chaetoceros gracilis pertama kali
diberikan sejak stadia naupli hingga stadia Z3 dengan kepadatan 30-100x10
3
selml, kemudian dilanjutkan dengan Skeletonema costatum hingga stadia PL1 Pakan buatan CP. Star 100, CP Spina, BP Eguchi dan Lanzy ZM diberikan enam
kali sehari secara rutin sejak stadia Z1 hingga panen. Untuk empat perlakuan lain, rotifer diberikan sebagai pakan alami tambahan sejak larva udang memasuki
stadia Z2 hingga PL1. Rotifer diberikan dengan kepadatan 2-3 ind. rotiferlarvapemberian untuk larva stadia Z2-Z3 dan 7-8 ind.
rotiferlarvapemberian untuk stadia M1-M3 sesuai perlakuan. Rotifer diberikan pada larva sebanyak empat kali sehari dengan jadwal mengikuti jam pemberian
pakan alami. Pakan buatan yang diberikan, dosis dan komposisinya mengikuti prosedur oprasional standar PT. CP Bahari. Jadwal pemberian pakan alami dan
buatan larva udang vannamei dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.4 Pengelolaan air