2.3 Biologi rotifer Brachionus sp
Zooplankton ini berbentuk bilateral simetris, menyerupai piala. Kulit terdiri atas dua lapisan yaitu hipodermis dan kutikula. Kutikula merupakan bagian kulit
yang tebal yang disebut lorika. Tubuhnya terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala, badan, dan kaki. Pada bagian kepala terdapat enam buah duri. Sepasang
duri yang panjang terdapat di tengah. Ujung bagian depan dilengkapi dengan gelang-gelang silia yang kelihatan seperti spiral yang disebut korona yang
berfungsi untuk memasukkan makanan dalam mulut. Silia tersebut selalu bergetar membentuk gerakan rotasi sehingga tampak seperti roda berputar. Brachionus sp.
terdiri dari dua tipe yaitu, tipe L yang berukuran 230-400 mikron Brachionus plicatilis
, sedangkan tipe S antara 50-200 mikron Brachionus rotundiformis Dert, 1995.
2.4 Makanan dan kebiasaan makan rotifer
Rotifer merupakan salah satu zooplankton yang mampu mengambil makanannya yang ada di sekitarnya media hidupnya yang tersedia dalam bentuk
partikel mikroorganik non selective filter feeder, sehingga ia dapat diperkaya dengan nutrien-nutrien tertentu sesuai dengan kebutuhan dari ikan yang akan
mengkonsumsinya. Makanan bagi rotifer bervariasi, terutama mikroalga, bakteri, ragi dan
partikel mikroorganik. Pakan yang terbaik adalah kombinasi dari mikroalga seperti Chlorella dan Tetraselmis dan ragi roti. Rotifer yang hanya
mengkonsumsi ragi sama bagusnya dengan rotifer yang memakan Nannochloropsis
bagi P.japonicus tetapi tidak bagi jenis krustasea lainnya Tarumizu dalam Maguire,G.B., 1979. Dert 1995 menyebutkan bahwa rotifer
yang diberikan ke dalam air laut setelah dikultur atau diperkaya tidak mempengaruhi kandungan ascorbic acidnya untuk jangka waktu 24 jam. Hal ini
menandakan bahwa rotifer membawa kandungan nutrisinya hingga diberikan sebagai pakan terhadap larva ikan.
2.5 Nilai nutrisi rotifer
Komposisi biokimia rotifer dan yang tersedia dalam tubuhnya untuk larva ikan yang mengkonsumsi rotifer tersebut tergantung pada pakannya. Kemampuan
penyerapan protein dari rotifer berkisar antara 89-94 dengan pakan ragi atau Nannochloropsis
Hoff and Snell, 1987. Analisis terhadap rotifer menunjukkan bahwa nilai HUFA tidak terdapat
dalam tubuh rotifer yang memakan ragi, tetapi terdapat pada rotifer yang mengkonsumsi Nannochloropsis Watanabe, et al.,1983a. HUFA yang terdapat
pada Nannochloropsis menjadikan Nannochloropsis sebagai pasangan terbaik bagi rotifer dalam memenuhi kebutuhan sebagian besar ikan laut Hoff and Snell,
1987. Nannochloropsis ocullata mengandung 0,9 vitamin C dari bobot kering tiap selnya Brown and Miller, 1992.
Rotifer yang dikultur dengan menggunakan pakan ragi dan Nannochloropsis memiliki kadar vitamin C sebesar 220µgg bobot kering rotifer sedangkan rotifer
yang diperkaya dengan Nannochloropsis mengandung vitamin C sebesar 410 µgg bobot kering rotifer Dert, 1995. Akan tetapi, nutrisi yang diberikan alga dan ragi
saja tidak cukup menjadikan rotifer sebagai pakan alami yang mampu memenuhi kebutuhan larva ikan dan krustasea laut. Oleh karena itu dilakukan pengkayaan
dengan emulsi minyak ikan dan vitamin, seperti vitamin C dan E yang ternyata terbukti memberikan hasil yang menggembirakan dalam peningkatan EPA, DHA
dan vitamin C McVey, 1997. Rotifer yang diberikan ke dalam air laut setelah dikultur atau diperkaya
tidak mempengaruhi kandungan ascorbic acidnya untuk jangka waktu 24 jam. Hal ini menandakan bahwa rotifer membawa kandungan nutrisinya hingga
diberikan sebagai pakan terhadap larva ikan Merchie et al., 1997. Menurut Merchie et al. 1997, pemberian pakan alami Brachionus dan Artemia yang
telah diperkaya dengan ascorbic acid memberikan efek yang positip pada ketahanan larva terhadap stress.
2.6 Sifat-sifat umum vitamin C