Penilaian Status Gizi Status gizi lansia dapat diukur dengan berbagai cara yaitu:
1. Penilaian Klinis
Berdasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan epitel atau tubuh lain terutama pada mata, kulit, dan rambut. Juga pada bagian tubuh yang
dapat diraba dan dilihat atau bagian tubuh lain yang terletak d dekat permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Cara ini relatif murah dan tidak
memerlukan perala tan canggih, namun hasilnya sangat subyektif dan memerlukan tenaga terlatih.
2. Penilaian Biokimia
Merupakan cara penilaian yang lebih sensitif dan mampu menggambarkan perubahan status gizi lebih dini pada lansia seperti hiperlipidemia, KKP, dan
anemia defisiensi Fe dan asam folat. Plasma dan serum memberikan gambaran hasil masukan jangka pendek, sedangkan cadangan dalam jaringan
menggambarkan status gizi dalam waktu panjanglama.
3. Penilaian Dietetik
Biro et al. 2002
mendefinisikan penilaian dietetik sebagai penilaian yang
menggambarkan kualitas dan kuantitas asupan dan pola makan lansia melalui pengumpulan data dalam survey konsumsi makanan.
Metode pengumpulan data asupan makanan individu terbagi 2 yaitu: a. Short term
Mengumpulkan infomasi data makanan saat sekarang current Alat ukur: 24 hours food recall lbh dari 2 hari dietary records
b. Long term Mengumpulkan informasi tentang makanan yg biasa dikonsumsi
sebulan atau setahun yg lalu. Alat ukur: dietary history atau FFQ
Food Frequency Questionnaire FFQ
Menurut Willet 1999, metode Food Frequency Questionnaire FFQ digunakan untuk menggambarkan frekuensi konsumsi makanan dan jenis
makanan yang dikonsumsi beberapa waktu yang lalu satuan minggu, bulan, atau tahun.
Pada dasarnya metode ini terdiri dari 2 komponen yaitu: daftar makanan dan frekuensi konsumsi untuk melaporkan seberapa sering suatu makanan
dikonsumsi. FFQ semi kuantitatif digunakan untuk memperoleh data jumlah porsi makanan yang dikons umsi ukuran potong atau sendok, dsbnya.
Guthrie dalam Willet 1999 menge mukakan bahwa umumnya individu tidak dapat menggambarkan ukuran porsi makanan yang dikonsumsi secara tepat
hanya sekitar 25 yang akurat. Namun demikian, beberapa peneliti menemukan bahwa ukuran porsi secara positif berkorelasi dengan frekuensi
konsumsi artinya informasi ukuran porsi mendukung informasi frekuensi konsumsi.
Data FFQ dapat digunakan untuk menghitung asupan zat gizi dengan status kesehatan dan gizi individu melalui program analisis zat gizi bahan
makanan. Asupan zat gizi dari FFQ dapat dihitung dari pembobotan frekuensi konsumsi makanan, contohnya 1-3 kalihari, 1 kaliminggu, 1
kalibulan, atau 1 kalitahun. Pengumpulan data FFQ melalui wawancara dapat memberikan hasil lebih akurat karena responden memiliki waktu lama
untuk berpikir mengingat kembali semua jenis makanan, frekuensi dan porsi makanan yang dikonsumsi, responden memahami pertanyaan yang diajukan
oleh enumerator. Validitas metode FFQ cukup tinggi dibandingkan metode lainnya. Suatu
studi yang dilakukan pada wanita post- menopause di Cina Liangzhi et al. 2004 menemukan bahwa FFQ cukup valid dalam menggambarkan
kebiasaan makan responden karena FFQ mengukur volume makanan yang dikonsumsi oleh responden dan bukan berat makanan.
Dietary assessment pada lansia Pengukuran asupan makanan pada lansia secara retrospektif yangg
memerlukan konfirmasi kurang tepat dilakukan. Tidak satupun metode dietary asessment menghasilkan estimasi kebutuhan energi umum yang akurat pada
lansia karena adanya defisit memori atau gangguan lainnya. Dietary history dietary record tampaknya menghasilkan nilai under-estimate pada makanan yg
dikonsumsi oleh lansia.
Penggunaan FFQ lebih tepat digunakan bagi lansia untuk menilai rata-rata asupan zat gizi daripada metode food weighing yang memerlukan waktu lama
dan biaya mahal. Metode FFQ yang menggunakan ukuran porsi semi kuantitatif FFQ dapat memberikan estimasi jumlah makanan atau zat gizi yang
dikonsumsi pada masa lampau. Pada penilaian diet jangka pendek, ukuran porsi makanan yg dikonsumsi adalah ukuran nyata, sedangkan pada jangka panjang
adalah ukuran porsi yang umumbiasa dipakai. Informasi tentang makanan yang dikonsumsi dapat mengidentifikasi
sumber atau penyebab malnutrisi dan menjadi dasar bagi perubahan-perubahan diet yang direkomendasikan. Data-data asupan makanan di tingkat individu
dapat meningkatkan pemahaman antara diet dengan kesehatan, sebagai tanda- tanda adanya kelainan gizi, dan dapat memecahkan masalah-masalah gizi. Data
tersebut menjadi dasar bagi pelaksanaan program bantuan pangan pada kelompok-kelompok rawan gizi, program konseling terkait dengan penyakit
degeneratif, dan untuk monitoring tujuan-tujuan gizi yang terkait dengan kesehatan.
Survey diet atau konsumsi makanan di tingkat nasional menjadi dasar bagi program edukasi gizi, pengembangan petunjuk gizi, atau legislasi makanan.
Pemilihan metode survey gizi tergantung pada tujuan survey itu sendiri. Informasi tentang asupan makanan saat kini dan masa lalu dikumpulkan melalui recal
makanan berulang, frekuensi makanan, atau diet history Sanjur Maria 1997.
4. Penilaian Antropometri