Persen Lemak Tubuh dengan Faktor-Faktor Risikonya

jarang terjadi pada laki- laki daripada perempuan karena laki- laki memiliki puncak massa tulang peak bone mass lebih besar dan tidak mengalami percepatan hilangnya tulang pada wanita saat menopause. Umumnya lansia laki- laki kurang berisiko mengalami jatuh dibandingkan perempuan. Wanita juga memiliki massa otot lebih rendah daripada pria Eleanor 2000.

V. Persen Lemak Tubuh dengan Faktor-Faktor Risikonya

Tabel 36 Rata-rata persen lemak tubuh berdasarkan wilayah, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, dan tingkat aktivitas fisik usia 25 dan 55 tahun Variabel X SD Wilayah Kota 33.1 ± 7.3 Desa 28.9 ± 8.0 Jenis Kelamin Laki-laki 23.9 ± 6.1 Perempuan 35.4 ± 5.3 Kelompok Umur 55-65 tahun 31.4 ± 7.8 65-85 tahun 30.7 ± 8.2 Tingkat Pendidikan Rendah 31.0 ± 7.9 Tinggi 31.6 ± 7.9 Beban kerja fisik harian usia 25 tahun Ringan 33.1 ± 7.1 Berat 28.2 ± 8.2 Beban kerja fisik harian usia 55 tahun Ringan 33.5 ± 6.9 Berat 26.1 ± 7.7 Tingkat aktivitas fisik usia 25 tahun Rendah 31.8 ± 7.5 Sedang 32.6 ± 7.7 Tinggi 29.3 ± 8.2 Tingkat aktivitas fisik usia 55 tahun Rendah 31.3 ± 7.3 Sedang 33.0 ± 7.7 Tinggi 29.4 ± 8.4 Total 31.2 ± 7.9 : p 0,05 : p 0,01 Tabel 37 Distribusi frekuensi tingkat persen lemak tubuh berdasarkan wilayah, jenis kelamin, kelompok umur, pendidikan, beban pekerjaan, dan tingkat aktivitas fisik usia 25 dan 55 tahun Variabel Status Persen Lemak Tubuh Tinggi Mendekati Tinggi Normal Total n n n n Wilayah Kota 288 63.9 119 26.4 44 9.8 451 100.0 χ 2 =75,20 Desa 137 38.0 111 30.7 113 31.3 361 100.0 P=0,001 Total 425 52.3 230 28.3 157 19.3 812 100.0 r s =0,295 Jenis Kelamin Laki-laki 128 43.4 89 30.2 78 26.4 295 100.0 χ 2 =19,75 Perempuan 297 57.4 141 27.3 79 15.3 517 100.0 P=0,001 Total 425 52.3 230 28.3 157 19.3 812 100.0 r s =0,153 Kelompok Umur 55-65 tahun 315 51.0 178 28.8 125 20.2 618 100.0 χ 2 =18,03 66-85 tahun 110 56.7 52 26.8 32 16.5 194 100.0 p=0,001 Total 425 52.3 230 28.3 157 19.3 812 100.0 r s =0,136 Tingkat Pendidikan Rendah 214 44.5 149 31.0 118 24.5 481 100.0 χ 2 =33,30 Tinggi 211 63.7 81 24.5 39 11.8 331 100.0 p=0,001 Total 425 52.3 230 28.3 157 19.3 812 100.0 r s =0,202 Beban kerja usia 25 thn Ringan 308 61.4 148 29.5 46 9.2 502 100.0 χ 2 =91,40 Berat 117 37.7 82 26.5 111 35.8 310 100.0 p=0,001 Total 425 52.3 230 28.3 157 19.3 812 100.0 r s =0,313 Beban kerja usia 55 thn Ringan 355 62.6 164 28.9 48 8.5 567 100.0 χ 2 =152,94 Berat 70 28.6 66 26.9 109 44.5 245 100.0 p=0,001 Total 425 52.3 230 28.3 157 19.3 812 100.0 r s =0,412 Tingkat aktivitas fisik usia 25 tahun Rendah 147 54.0 82 30.1 43 15.8 272 100.0 χ 2 =22,84 Sedang 162 60.0 68 25.2 40 14.8 270 100.0 p=0,001 Tinggi 116 43.0 80 29.6 74 27.4 270 100.0 r s =0,112 Total 425 52.3 230 28.3 157 19.3 812 100.0 Tingkat aktivitas fisik usia 55 tahun Rendah 155 57.2 80 29.5 36 13.3 271 100.0 χ 2 =35,99 Sedang 157 57.9 76 28.0 38 14.0 271 100.0 p=0,001 Tinggi 113 41.9 74 27.4 83 30.7 270 100.0 r s =0,161 Total 425 52.3 230 28.3 157 19.3 812 100.0 Tabel 36 menggambarkan rata-rata persen lemak tubuh PLT dan Tabel 37 menyajikan distribusi frekuensi persentase PLT berdasarkan wilayah, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, dan tingkat aktivitas fisik usia 25 dan 55 tahun. Berdasarkan wilayah, rata-rata PLT di kota berbeda dengan di desa yaitu sedikit lebih besar di kota Tabel 36. Persentase PLT tingkat tinggi di kota lebih besar daripada di desa Tabel 37. Perbedaan itu disebabkan oleh gaya hidup dan kebiasaan makan lansia kota dalam mengonsumsi makanan tinggi lemak. Hasil studi menggambarkan bahwa ada perbedaan konsumsi serat antara responden kota dan desa saat usia 25 dan 55 tahun. Saat menginjak usia 25 tahun, lansia di desa memiliki rata-rata asupan serat lebih tinggi 7,4 gramhari daripada kota 6,1 gramhari. Terdapat perbedaan asupan serat antara lansia desa dan kota. Rata-rata asupan lemak dan kolesterol lansia kota 28,7 gram dan 198,3 gram lebih tinggi dibandingkan dengan lansia desa 26,4 gram dan 149,5 gram. Lansia desa mempunyai perbedaan asupan kolesterol dengan lansia kota, tetapi tidak untuk asupan lemak. Ketika mencapai usia 55 tahun, lansia di desa juga memiliki rata-rata asupan serat lebih besar 6,3 gram daripada kota 5,2 gram. Rata-rata asupan kolesterol lebih rendah 156,3 dibandingkan kota. 171,4. Terdapat perbedaan asupan serat antara lansia kota dan desa, tetapi asupan lemak dan kolestrol tidak menunjukkan adanya perbedaan di antara keduanya. Asupan tinggi serat dapat menimbulkan rasa kenyang sehingga mengurangi konsumsi makanan tinggi energi. Temuan studi ini sejalan dengan studi tentang prevalensi dislipidemia pada lansia Meksiko dikaitkan dengan kebiasaan makan dan profil lipid Salinas 2003. Lansia desa memiliki persen lemak tubuh lebih rendah daripada lansia kota karena mereka lebih banyak mengonsumsi serat dan karbohidrat. Rata-rata PLT lansia laki- laki berbeda dengan perempuan Tabel 36. Demikianpula persentase tingkat PLT perempuan berbeda nyata dengan laki- laki yaitu perempuan lebih besar daripada laki- laki. Persentase tingkat PLT normal lebih banyak dimiliki oleh laki- laki daripada perempuan Tabel 37. Perbedaan itu disebabkan karena perempuan memiliki persentase lemak tubuh lebih tinggi daripada laki- laki. Perempuan memiliki tingkat aktivitas fisik dan pengeluaran energi lebih rendah, serta asupan energi lebih tinggi dibandingkan dengan laki- laki. Sementara tubuh laki- laki memiliki kandungan fat free mass lebih banyak, tingkat aktivitas fisik lebih tinggi, dan sebagian besar komposisi tubuh terdiri dari otot daripada perempuan. Selain itu, lemak tubuh terus meningkat seiring pertambahan usia pada laki- laki dan perempuan. Perempuan yang telah menginjak usia lanjut pastinya telah memasuki masa menopause. Pada saat ini terjadi penurunan fungsi ovarium dan hormon estrogen yang berakibat pada penambahan absorpsi kalsium. Menopause merupakan prediktor signifikan penurunankehilangan massa jaringan otot karena terjadi defisiensi hormon estrogen Eleanor 2003. Rata-rata PLT lansia kelompok umur 55 – 65 tahun memiliki perbedaan dengan usia 66-85 tahun Tabel 36. Proporsi PLT tingkat tinggi rentang usia 66- 85 tahun lebih besar daripada rentang usia 55-65 tahun. Proporsi tingkat PLT normal yang lebih besar dimiliki oleh rentang usia 55-65 tahun dibandingkan usia 66-85 tahun Tabel 37. Disimpulkan bahwa status PLT pada rentang usia 55- 65 tahun berbeda nyata karena lebih rendah daripada usia 66-85 tahun. Perbedaan itu disebabkan karena lemak tubuh terus meningkat sejalan bertambahnya usia pada kedua jenis kelamin. Hasil studi ini sejalan dengan studi persen lemak tubuh dengan risiko penyakit jantung koroner PJK pada pria di Indian Ram et al. 1999. Dia menemukan korelasi yang kuat antara persen lemak tubuh dengan usia. Makin bertambah usia, makin rendah persen lemak tubuhnya. Temuan ini berbeda dengan studi sebelumnya yaitu kelompok lansia lanjut sedikit lebih tinggi persen lemak tubuhnya daripada kelompok lansia muda. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh tingginya asupan lemak dan kolesterol, rendahnya asupan serat, serta jumlah energi yang dikeluarkan saat usia 55 tahun. Asupan lemak dan kolesterol lansia 66-85 tahun lebih tinggi 30,5 dan 170,4 dibandingkan lansia 55-65 tahun 28,8 dan 162,9. Asupan serat lebih rendah dan energi yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan fisik lebih besar. Berdasarkan tingkat pendidikan, hasil studi menunjukkan bahwa tingkat pendidikan rendah memiliki rata-rata yang berbeda dengan pendidikan tinggi Tabel 36. Proporsi status PLT pada 3 tingkatan memiliki perbedaan pada kelompok pendidikan tinggi dan rendah. Pendidikan tinggi memiliki persentase tingkat PLT tinggi lebih besar daripada pendidikan rendah. Lebih banyak ditemukan proporsi status PLT normal pada kelompok pendidikan rendah Tabel 37. Hal itu disebabkan karena tingkat pendidikan mempengaruhi pendapatan dan akhirnya berpengaruh pada daya beli makanan bergizi. Studi ini menunjukkan bahwa saat berusia 25 dan 55 tahun, lansia berpendidikan tinggi cenderung mengonsumsi makanan sumber lemak dan kolesterol, tetapi rendah serat daripada lansia berpendidikan rendah. Di sis i lain, aktivitas fisik tingkat tinggi dan besar pengeluaran energi lebih banyak dilakukan oleh kelompok pendidikan tinggi. Pada pengelompokan beban kerja fisik di usia 25 dan 55 tahun, lansia dengan beban kerja ringan memiliki nilai rata-rata persen lemak tubuh sedikit lebih tinggi daripada beban kerja berat. Rata-rata PLT pada lansia dengan beban pekerjaan fisik harian berat berbeda makna dengan tingkat beban ringan Tabel 36. Temuan ini didukung pula oleh proporsi status PLT tingkat tinggi yang duakali lebih besar pada lansia dengan beban kerja ringan dibandingkan dengan beban kerja berat pada usia 25 dan 55 tahun Tabel 37. Adanya perbedaan rata- rata dan proporsi tingkat PLT pada lansia dengan beban kerja fisik berat dan ringan karena kelompok pertama lebih banyak mengeluarkan energi untuk beraktivitas. Secara keseluruhan, total rata-rata dan proporsi status PLT memiliki perbedaan bermakna pada tingkat aktivitas fisik usia 25 tahun. Tingkat aktivitas fisik tinggi memiliki nilai rata-rata PLT paling rendah di antara tingkat aktivitas fisik sedang dan rendah. Demikianpula proporsi status PLT paling rendah ditemukan pada tingkat aktivitas fisik tinggi. Gambaran yang sama dijumpai pada usia 55 tahun yakni rata-rata PLT berbeda pada tingkat aktivitas fisik tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat aktivitas fisik tinggi memiliki nilai rata-rata PLT paling rendah dibandingkan tingkat aktivitas fisik sedang dan rendah. Persentase PLT tingkat tinggi paling rendah dan tingkat normal paling besar adalah pada lansia yang memiliki aktivitas fisik tingkat tinggi. Makin tinggi tingkat aktivitas fisik, makin rendah PLT tingkat tinggi dan makin besar PLT tingkat normal. Hal itu disebabkan oleh perbedaan besar energi yang dikeluarkan oleh lansia aktif dan tidak aktif bekerja. Dalam studi ini, rata-rata pengeluaran energi adalah lebih besar 2177,8 kkalhari dibandingkan dengan asupan energi seluruh lansia baik laki- laki maupun perempuan saat usia 55 tahun 1135,1 kkalhari. Analisis regresi logistik ganda faktor- faktor risiko persen lemak tubuh disajikan pada Tabel 38. Faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap persen lemak tubuh adalah tingkat beban kerja ringan dengan nilai OR = 4,32 artinya lansia yang memiliki tingkat aktivitas kerja fisik ringan berpeluang memiliki persen lemak tubuh tingkat tinggi sebesar 4,32 kali dibandingkan lansia dengan tingkat aktivitas kerja fisik berat, setelah dikontrol oleh faktor- faktor risiko wilayah tinggal kota, dan beban kerja ringan usia 25 tahun. Tabel 38 Analisis regresi logistik ganda faktor- faktor risiko persen lemak tubuh Variabel Koefisien S.E. P Wald OR 95.0 C.I. OR Perkotaan 0.6860 0.2229 0.0021 1.9858 1.2829 - 3.0737 Beban kerja ringan 25 thn 0.6978 0.2469 0.0047 2.0092 1.2385 - 3.2597 Beban kerja ringan 55 thn 1.4639 0.2545 0.0000 4.3230 2.6251 - 7.1189 Konstanta -0.0457 0.1434 0.7501 0.9554 Lansia yang semasa usia tuanya tidak aktif bekerja mempunyai persen lemak tubuh lebih besar karena mempengaruhi distribusi lemak tubuh sehingga meningkatkan kasus obesitas. Hal ini sejalan dengan studi tentang penuaan, komposisi tubuh, dan gaya hidup lansia Shumei et al. 1999. Kegiatan kerja fisik berhubungan dengan penurunan persen lemak tubuh pada lansia laki- laki dan perempuan.. Perubahan lemak tubuh pada lansia gemuk dan obes karena pengaruh peningkatan aktivitas fisik.

VI. Lemak Viseral dengan Faktor-Faktor Risikonya