95.8 97.6 93.7 Karakteristik Ant ropometri Tinggi Badan, Tinggi Lutut, Panjang Depa, dan Tinggi Duduk

sedikit lebih tinggi daripada lansia laki- laki. Sementara tinggi lutut lebih sensitif menangkap kasus gizi lebih pada lansia perempuan di antara lansia normal daripada panjang depa dan tinggi duduk. Tingkat spesifisitas panjang depa untuk mengenali kelompok gizi normal di antara kasus gizi kurang pada lansia laki- laki dan perempuan paling tinggi dibandingkan tinggi lutut dan tinggi duduk. Tinggi lutut paling tinggi tingkat spesifisitasnya daripada panjang depa dan tinggi duduk dalam mengenali lansia perempuan yang berstatus normal di antara lansia dengan gizi lebih Tabel 26. Tabel 26 Sensitivitas dan spesifisitas prediksi tinggi badan dari panjang depa, tinggi lutut, dan tinggi duduk terhadap status gizi kurang dan gizi lebih lansia laki- laki dan perempuan Prediksi Tinggi Badan Gizi Kurang Gizi Lebih Sensitifitas Spesifisitas Sensitifitas Spesifisitas Laki- laki Panjang Depa

89.5 95.8

83.9 94.3 Tinggi Lutut 76.3 94.7 91.1 94.2 Tinggi Duduk 78.9 91.4 85.7 91.9 Perempuan Panjang Depa

95.6 97.6

93.4 93.7

Tinggi Lutut 86.7 97.0 91.0 90.6 Tinggi Duduk 71.1 97.0 90.5 88.6 Tabel 27 menyajikan korelasi tinggi badan aktual dan prediksi terhadap densitas mineral tulang, persen lemak tubuh, dan lemak viseral pada lansia laki- laki dan perempuan. Tinggi badan sebenarnya pada lansia laki- laki berhubungan dengan lemak viseral. Terdapat hubungan antara tinggi badan prediksi dari tinggi lutut, panjang depa, dan tinggi duduk dengan lemak viseral. Indeks Massa Tubuh IMT yang diekspressikan dari tinggi dan berat badan merupakan salah satu indikator obesitas abdominal lemak viseral sehingga ada hubunga n antara tinggi badan dan lemak viseral Debora Rosely 2005. Tinggi badan aktual dan prediksi dari tinggi duduk lansia perempuan berkorelasi dengan densitas mineral tulang skor- T. Ketiga prediksi tinggi badan dari prediktor tinggi lutut, panjang depa, dan tinggi duduk juga berhubungan dengan lemak viseral. Hubungan antara tinggi badan lansia perempuan dan skor-T karena penurunan tinggi badan dapat mempengaruhi massa tulang. Perempuan memiliki risiko lebih besar terpapar osteoporosis daripada laki- laki. Hal itu disebabkan oleh rendahnya massa otot dan faktor menopause. Kirchengast et al. 2001. Tabel 27 Korelasi tinggi badan aktual dan prediksi terhadap densitas mineral tulang DMT, persen lemak tubuh PLT, dan lemak viseral VF berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin DMT Skor-T PLT VF Laki- laki Tinggi badan aktual 0,004 - 0,063 0,156 Tinggi badan prediksi: Tinggi lutut -0,030 - 0,056 0,160 Panjang depa -0,002 - 0,076 0,151 Tinggi duduk -0,013 - 0,067 0,139 Perempuan Tinggi badan aktual 0,106 - 0,020 0,080 Tinggi badan prediksi: Tinggi lutut 0,020 0,020 0,109 Panjang depa 0,065 0,035 0,110 Tinggi duduk 0,171 0,080 0,200 p 0,05 p 0,01 Gambar 11 menampilkan perbandingan status gizi lans ia laki- laki dan perempuan berdasarkan perhitungan IMT dari tinggi badan aktual dan prediksi dari ketiga prediktor. Mayoritas lansia memiliki status gizi normal baik dengan tinggi badan sebenarnya 56,8 dan prediksi dari panjang depa 55,3, tinggi lutut 54,8, dan tinggi duduk 55. Selebihnya adalah gizi lebih dari IMT dari tinggi badan aktual 23,9, dan IMT dari tinggi badan prediksi panjang depa 24,4, tinggi lutut 26, dan tinggi duduk 25. Selisih persentase gizi kurang antara IMT dari tinggi badan sesungguhnya 10,2 dengan tinggi badan prediksi dari panjang depa 11,1, tinggi lutut 10,1, dan tinggi duduk 10,5 tidak besar karena berkisar antara 0,1-0,9. Demikianpula selisih antara proporsi gizi normal, gizi lebih, dan gemuk dari IMT tinggi badan aktual dengan tinggi badan prediksi ketiga prediktor relatif kecil yaitu antara 1,6-2; 0,5-1,9; dan 0-0,4. 10.211.1 10.110.5 56.8

55.3 54.8 55.0