PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lahan yang ditumbuhi alang-alang Imperata cylindrica di Indonesia cukup luas dan diperkirakan sekitar 30 juta hektar, yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya Koesterman, et al, 1987. Lahan alang-alang juga memiliki ketahanan tinggi, sehingga tanaman lain mengalami kesulitan ketika harus bersaing dengannya dalam memperoleh air, unsur hara dan cahaya. Beberapa jenis tanaman terganggu pertumbuhannya karena adanya zat beracun allelopati yang dikeluarkan oleh akar dan rimpang alang-alang sehingga vegetasi alang-alang murni sukar untuk digantikan oleh jenis-jenis yang lainnya. Tatkala pertumbuhan alang-alang tertekan, maka jenis-jenis tumbuhan lainnya akan lebih mudah tumbuh. Setiap tahun lahan alang-alang bertambah 150-200 ribu hektar Departemen Pertanian 1980, dalam Adiningsih dan Mulyadi, 1992. Ditinjau dari luasannya, maka lahan alang-alang merupakan lahan yang potensial untuk dikembangkan dalam program ektensifikasi lahan pertanian. Namun dalam memanfaatkan lahan ini, terutama untuk pertanian tanaman semusim harus dipertimbangkan beberapa kendala, seperti : buruknya sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Permasalahan ini diperburuk lagi oleh kebiasaan petani membuka lahan dengan cara membakar dan membuang bahan organik ke luar lahan, yang mengakibatkan buruknya sifat-sifat tanah. Untuk mengatasi kerusakan tanah akibat kebiasaan buruk petani membuka lahan alang-alang maka harus dicari model reklamasi lahan alang-alang yang dapat Universitas Sumatera Utara memperbaiki dan meningkatkan produktivitas tanah. Untuk membangun suatu pertanian yang berkelanjutan di lahan alang-alang maka, perlu dilakukan penelitian untuk menentukan model reklamasi lahan yang cocok, pola tanam yang tepat, dan komoditi apa saja yang harus ditingkatkan sangat perlu dilakukan. Lahan kering tergolong suboptimal karena tanahnya kurang subur, bereaksi masam, mengandung Al, Fe, dan atau Mn dalam jumlah tinggi sehingga dapat meracuni tanaman. Lahan masam pada umumnya miskin bahan organik dan hara makro N, P, K, Ca, dan Mg. Pemberian bahan ameliorasi kapur, bahan organik, dan pemupukan N, P, dan K merupakan kunci untuk memperbaiki kesuburan lahan kering masam. Tanah entisol adalah tanah yang sedikit atau tanpa perkembangan profil tanpa proses pedogenik akibat waktu pembentukan pendek. Tanah Entisol adalah tanah mineral yang tidak memiliki horizon - horison pedogenik yang mencirikan. Tanah ini didominasi oleh pasir sehingga kemantapan agregatnya lemah. Entisol mempunyai sifat fisik dan kimia yang kurang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tanah ini umumnya bertekstur pasir sehingga struktur lepas, porositas aerasi besar dan permeabilitas cepat sehingga daya menahan airnya rendah Bondansari dan Bambang, 2011. Pada tanah Entisol kadar hara tergantung pada bahan induk. Unsur P dan K yang ada di dalam tanah yang masih dalam keadaan segar belum dapat diserap oleh tanaman akan menyebabkan tanaman tidak dapat berproduksi secara maksimal dan tanah entisol juga mengalami kekukarangan unsur hara N. Kandungan unsur hara N banyak hilang dikarenakan kandungan pasir yang dominan menyebabkan terjadi Universitas Sumatera Utara pelindihan. Tanah Entisol yang mempunyai tekstur pasiran aerasinya bagus sehingga akan menyebabkan oksidasi bahan organik meningkat. Oleh sebab itu perlu dilakukan perbaikan sifat fisik dan kimia tanah entisol agar dapat digunakan untuk usaha – usaha pertanian Bondansari dan Bambang, 2011. Ditinjau dari luasannya di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen, maka lahan alang - alang merupakan lahan yang potensial untuk dikembangkan dalam program ektensifikasi lahan pertanian. Namun dalam memanfaatkan lahan ini untuk pertanian tanaman semusim harus dipertimbangkan kendala seperti buruknya sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Permasalahan ini diperburuk lagi oleh kebiasaan petani membuka lahan dengan cara membakar dan membuang bahan organik ke luar lahan, yang mengakibatkan buruknya sifat - sifat tanah. Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas tentang permasalahan yang dihadapi pada lahan kering masam, maka dalam pengelolaannya untuk pertanaman, secara teknis, terdapat dua pendekatan pokok yakni pemilihan jenis komoditas atau varietas yang adaptif serta perbaikan kesuburan tanah dengan olah tanah dan pengapuran.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis rehabilitasi lahan kering alang – alang dengan olah tanah. 2. Mengetahui pengaruh amandemen kapur terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung Universitas Sumatera Utara

C. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada petani di daerah Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Aceh dalam pengolahan tanah dan pemberian kapur terhadap tanah masam untuk meningkatkan kualitas tingkat kesuburan tanah dan produksi tanaman jagung.

D. Hipotesis

• Cara pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap sifat tanah dan pertumbuhan serta produksi tanaman jagung. • Pengapuran berpengaruh nyata terhadap sifat tanah dan pertumbuhan serta produksi tanaman jagung. • Interaksi antara cara pengolahan tanah dan pengapuran berpengaruh nyata terhadap sifat tanah dan pertumbuhan serta produksi tanaman jagung. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA