V. KERAGAAN USAHATANI JAGUNG DI DAERAH PENELITIAN
5.1. Deskripsi Petani Responden
Petani reponden hampir semuanya merupakan eks transmigran dari Jawa dan Bali yang datang ke Tanah Laut antara tahun 1977 – 1985. Petani-petani
eks transmigran inil yang membudidayakan tanaman jagung dalam skala luas 1 ha. Sedangkan penduduk lokal umumnya membudidayakan tanaman lain,
seperti padi, atau berusaha di luar sektor pertanian. Petani-petani ini dulu merupakan transmigran umum seperti di Desa Bumi Asih dan Sukaramah,
transmigran untuk plasma tebu di Desa Tanjung dan petani plasma untuk pabrik tapioka dan rosela di Desa Tajau Pecah.
5.1.1. Karakteristik Petani Responden
Jumlah petani responden dalam penelitian ini semula adalah 80 orang. Pada saat analisis data, ada 4 responden yang dikeluarkan sebagai sampel
karena tidak memenuhi asumsi sebaran normal, sehingga jumlah responden adalah sebanyak 76 orang yang diambil secara random dari empat desa di tiga
kecamatan. Hampir seluruh petani mengatakan bahwa berusahatani jagung merupakan usahatani utama mereka.
Usia. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa sebagian besar petani
responden sekitar 92 berada pada kisaran umur produktif yaitu pada antara 20 – 60 tahun. Umumnya, petani yang mengusahakan usahatani ini adalah
petani yang masih termasuk dalam usia produktif. Hal ini disebabkan dalam usahatani ini diperlukan tenaga fisik yang kuat terutama untuk penanaman dan
pemanenan. Sedangkan petani yang telah berumur di atas 65 tahun umumnya
selain berusatani jagung dengan luasan sempit juga mengusahakan tanaman lain yang tidak memerlukan tenaga fisik yang berat, seperti karet.
Tabel 10.
Sebaran Petani Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pengalaman dan Keanggotaan dalam Kelompok Tani di
Kabupaten Tanah Laut
No. Karakteristik Responden
Jumlah Persentase
1. Berdasarkan Umur tahun
a. 21 - 30 10
13.16 b. 31 - 40
24 31.58
c. 41 - 50 19
25.00 d. 51 - 60
17 22.37
e. 61- 70 2
2.63 f. 71 - 80
4 5.26
2. Berdasarkan Pendidikan tahun
a. Tidak Sekolah 0 tahun 3
3.95 b. SD 1 – 6 tahun
57 75.00
d. SLTP 7 – 9 tahun 12
15.79 e. SMU 10 – 12 tahun
4 5.26
f. 12 tahun 0.00
3. Berdasarkan Pengalaman tahun
a. 0 – 5 tahun 14
18.42 b. 6 – 10 tahun
18 23.68
c. 11 – 15 tahun 8
10.53 d. 16 – 20 tahun
19 25.00
e. 21 – 25 tahun 5
6.58 f. 25 tahun
12 15.79
4. Berdasarkan Keanggotaannya
dalam Kelompok Tani
a. Anggota 52
67.11 b. Bukan Anggota
24 32.89
Sumber: Pengolahan data primer, 2008
Pendidikan. Secara umum tingkat pendidikan petani masih tergolong
rendah. Sebagian besar petani berpendidikan SD 1 – 6 tahun yaitu sekitar 75 persen, diikuti dengan SMPsederajat 7 – 9 tahun sekitar 15.79 persen dan
SMUsederajat 10 – 12 tahun sekitar 5.26 persen. Tidak ada petani yang
mengenyam pendidikan di perguruan tinggi Pengalaman. Ditinjau dari pengalaman usahatani jagung, dapat dilihat
bahwa umumnya responden telah berpengalaman membudidayakan jagung di
atas 10 tahun 57.90 persen. Hal ini menunjukkan bahwa petani cukup terampil dalam membudidayakan jagung sesuai dengan kondisi daerah penelitian.
Keanggotaan dalam Kelompok Tani. Jumlah responden yang
merupakan anggota kelompok tani 67.11 persen, sedangkan sisanya tidak menjadi anggota kelompok tani. Alasan petani tidak menjadi anggota kelompok
karena menganggap tidak ada manfaatnya jadi anggota kelompok dan konflik dengan ketua kelompok sebelumnya.
5.1.2. Kepemilikan Lahan dan Penggunaannya