Albedo TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Citra Satelit Landsat

gelombang panjang yang keluar hilang L R  .         L L S S R R R R Rn ...........................2 Pada siang hari atau musim panas, proses dominan adalah masukan energi dari radiasi surya ke permukaan. Energi radiasi ini diubah menjadi energi laten melalui proses penguapan dari permukaan dan sebagian lainnya dipindahkan ke dalam tanah maupun keluar untuk memanaskan udara diatasnya.

2.3. Albedo

Albedo adalah perbandingan jumlah radiasi yang dipantulkan dengan jumlah energi radiasi surya yang diterima oleh suatu permukaan. Energi yang dipantulkan oleh suatu permukaan memiliki panjang gelombang yang pendek, sehingga sensor yang digunakan untuk menghitung albedo adalah sensor yang menerima panjang gelombang pendek. 2.4. Suhu Permukaan Suhu permukaan dapat diartikan sebagai suhu bagian terluar dari suatu objek. Untuk suatu tanah terbuka, suhu permukaan adalah suhu pada lapisan terluar permukaan tanah. Sedangkan untuk vegetasi dapat dipandang sebagai suhu permukaan kanopi tumbuhan, dan pada tubuh air merupakan suhu dari permukaan air tersebut. Suhu permukaan bumi merupakan tanggapan terhadap berbagai fluks energi yang melaluinya. Energi di permukaan menjadi sumber pembangkit gradien suhu, gradien kecepatan dan gradien konsentrasi. Gradien tersebut merupakan penggerak pada proses pemindahan massa, bahang dan momentum. Proses pemindahan bahang yang utama pada tanah terjadi secara konduksi. Fluks bahang yang mengalir dari dan ke luar permukaan tergantung sifat tanah yang mempunyai nilai konduktivitas bahang. Energi panas akan dipindahkan dari permukaan yang lebih panas ke udara diatasnya yang lebih dingin. Sebaliknya jika udara lebih panas dan permukaan lebih dingin, panas akan dipindahkan dari udara ke permukaan di bawahnya Rosenberg, 1974. Pada saat permukaan suatu benda menyerap radiasi, suhu permukaannya belum tentu sama. Hal ini tergantung pada sifat fisik objek pada permukaan tersebut. Sifat fisis objek tersebut diantaranya : emisivitas, kapasitas panas jenis dan konduktivitas thermal. Suatu objek di permukaan yang memiliki emisivitas dan kapasitas panas jenis rendah, sedangkan konduktivitas thermalnya tinggi akan menyebabkan suhu permukaannya meningkat. Hal sebaliknya terjadi pada suatu objek yang memiliki emisivitas dan kapasitas jenis yang tinggi sedangkan konduktivitas thermalnya rendah akan menyebabkan lebih rendahnya suhu permukaan. Suhu permukaan akan mempengaruhi jumlah energi untuk memindahkan panas dari permukaan ke udara Adiningsih 2001. Suhu permukaan merupakan unsur pertama yang dapat diidentifikasi dari citra satelit Thermal. Dimana dalam remote sensing, suhu permukaan dapat didefinisikan sebagai suhu permukaan rata-rata dari suatu permukaan, yang digambarkan dalam cakupan suatu piksel dengan berbagai tipe permukaan yang berbeda. 2.4.1. Kapasitas Panas Kapasitas panas suatu benda bergantung pada panas jenis dan massa jenis atau kerapatannya. ΔQ = m C ΔT…………..…………...….3 C = ρ c……………………………….……….....4 Dimana, ΔQ adalah jumlah energi yang diterima atau dilepaskan Joule, ΔT adalah selisih suhu o C, m adalah massa kg, C adalah kapasitas panas J m -3 o C -1 , c adalah panas jenis Jkg -1o C -1 , dan ρ adalah massa jenis kgm -3 . Dari persamaan diatas dapat dikatakan bahwa jika setiap permukaan menerima energi radiasi matahari yang sama tetapi dengan kapasitas panas yang berbeda, maka suhu yang dihasilkan juga berbeda. Jika suatu benda berkapasitas panas besar, maka perubahan suhu yang dihasilkan rendah. Sebaliknya jika suatu benda berkapasitas panas kecil, maka perubahan suhu yang dihasilkan tinggi. Kecepatan suatu benda hingga menjadi panas bergantung pada konduktivitas termalnya. Semakin besar konduktivitas termal suatu benda, maka semakin cepat perambatan panas dan semakin besar suhunya. Panas ditransfer melalui tanah, batu dan daerah dibawah permukaan tanah lainnya kecuali untuk air yang bergerak. Dari Tabel 3 ditunjukkan bahwa kapasitas panas air paling besar dan suhu yang dihasilkan rendah karena konduktivitas termalnya rendah, berbanding terbalik 3 Sumber : Geiger et al, 1961 dengan beton yang mempunyai kapasitas panas kecil, sehingga cepat menjadi panas. Bahan beton dapat mewakili jenis penutup lahan pemukiman dan industri. 2.3.2. Proses Perpindahan Panas di Permukaan Bumi Perubahan suhu tidak terjadi apabila tidak terjadi penambahan pengurangan panas. Perpindahan panas terjadi dari benda yang mempunyai tingkat energi lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Perpindahan panas ini dibedakan menjadi tiga, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Konduksi merupakan proses perpindahan panas pada benda-benda padat tanah dimana sebagian energi kinetik molekul bendamedium yang bersuhu lebih tinggi dipindahkan ke molekul benda lebih rendah melalui tumbukan molekul-molekul tersebut. Berikut ini persamaan yang menunjukkan proses konduksi, dengan tanda negatif menunjukkan arah perpindahan panas dari suhu tinggi ketempat yang bersuhu lebih rendah. Sellers, 1965 : dT G dz    ……………...…………………..5 Dimana, G adalah fluks pemanasan tanah Wm -2 , adalah konduktivitas panas Wm -2 K -1 , dan dT dz adalah gradien suhu Km -1 . Konveksi merupakan proses perpindahan panas yang terjadi pada fluida cairan dan gas, dimana panas dipindahkan bersama-sama dengan fluida yang bergerak. Proses ini terjadi melalui konveksi paksa forced convection, dimana udara bergerak melalui lapisan perbatas boundary layer pada permukaan kasar sehingga timbul gerak edi yang acak. Dan konveksi bebas free convection, dimana udara dipanaskan oleh permukaan bumi akibat penerimaan radiasi matahari, sehingga udara akan mengembang dan naik ke tekanan yang lebih rendah. Persamaan 6 menunjukkan perhitungan pemindahan panas secara konveksi dan tanda negatif menunjukkan arah perpindahan panas dari suhu tinggi ke suhu rendah. p Ts Ta H c Ra     …………...………...6 Dimana, H adalah fluks panas dari permukaan ke atmosfer atau sebaliknya Wm -2 , ρ adalah kerapatan udara kering kg m -3 , c p adalah panas jenis udara pada Benda Massa Jenis g m -3 Panas Jenis Joule g - 1o C -1 Kapasitas Panas Joule m -3 o C -1 Konduktivitas Bahang W m -1 o C -1 Difusivitas Bahang cm 2 sec -1 Lahan Basah 8x10 -7 - 1x10 -6 - 2.51x10 -6 - 3.35 x10 -6 2.93x10 -2 - 4.18 x10 -2 0.9x10 -4 - 1.6 x10 -4 Lahan Kering 3x10 -7 - 6x10 -7 - 0.42 x10 -6 - 0.84 x10 -6 0.42 x10 -2 - 1.26 x10 -2 0.5 x10 -4 - 3 x10 -4 Tanah Liat Basah 1.7x10 -6 - 2.2x10 -6 0.71-0.84 1.25 x10 -6 - 1.67 x10 -6 8.37 x10 -2 - 20.93 x10 -2 5 x10 -4 - 17 x10 -4 Tanah Liat Kering - 0.71-0.84 0.42 x10 -6 - 1.67 x10 -6 0.84 x10 -2 - 6.28 x10 -2 0.5 x10 -4 - 15 x10 -4 Pasir Basah - 0.84 0.84 x10 -6 - 2.51 x10 -6 8.37 x10 -2 - 25.12 x10 -2 3 x10 -4 - 12 x10 -4 Pasir Kering 1.4x10 -6 - 1.7x10 -6 0.84 0.42 x10 -6 - 1.67 x10 -6 0.075 x10 -2 - 2.93 x10 -2 1 x10 -4 - 7 x10 -4 Batu 2.5x10 -6 - 2.9x10 -6 0.71-0.84 1.79 x10 -6 - 2.42 x10 -6 16.75 x10 -2 - 41.87 x10 -2 7 x10 -4 - 23 x10 -4 Besi 7.9x10 -6 0.44 3.42 x10 -6 879.27 x10 -2 256 x10 -4 Beton 2.2x10 -6 - 2.5x10 -6 0.88 2.17 x10 -6 46.057 x10 -2 22 x10 -4 Air Tenang 1x10 -6 4.18 4.18 x10 -6 5.44 x10 -2 - 6.28 x10 -2 1.3 x10 -4 - 1.5 x10 -4 Udara Tenang 1x10 -9 - 1,4x10 -9 1.0046 0.001 x10 -6 - 0.0014 x10 -6 0.21 x10 -2 - 0.25 x10 -2 147 x10 -4 - 250 x10 -4 Tabel 3. Sifat Fisik Benda 4 tekanan tetap J kg K -1 , Ts adalah suhu permukaan o C, Ta adalah suhu udara o C dan Ra adalah tahanan aerodinamik. Semakin besar perbedaan antara suhu permukaan dan suhu udara diatasnya dengan tahanan aerodinamik yang kecil, maka jumlah energinya akan semakin besar. Proses pemanasan udara melalui konveksi lebih efektif dibandingkan dengan konduksi dan radiasi. Oleh sebab itu, proses pemanasan udara dalam neraca energi hanya diwakili oleh proses konveksi yang ditunjukkan oleh persamaan 7. Qn H  .....................................................7 Dimana, Qn adalah radiasi netto Wm - 2 yang dipancarkan oleh suatu permukaan yang berbanding lurus dengan pangkat empat suhu mutlak permukaan tersebut Hukum Stefan-Boltzman. Energi radiasi gelombang panjang yang dipancarkan permukaan bumi sebagian diserap atmosfer dan sisanya akan keluar dari sistem atmosfer bumi. 4 Qn Ts   ...................................8 Dimana, ε adalah emivisitas permukaan, σ adalah tetapan Stefan- Boltzman 5,67x10 -8 . 2.4. NDVI Normalized Difference Vegetation Index Indeks vegetasi atau NDVI adalah indeks yang menggambarkan tingkat kehijauan suatu tanaman. Indeks vegetasi merupakan kombinasi matematis antara band merah dan band NIR yang telah lama digunakan sebagai indikator keberadaan dan kondisi vegetasi Kiefer, 1990. Perhitungan NDVI didasarkan pada perbandingan antara nilai reflektansi gelombang inframerah dekat dengan gelombang cahaya tampak yang diperoleh dari citra satelit. Nilai NDVI berkisar antara -1 sampai 1. Nilai ini menggambarkan bahwa semakin tinggi nilainya berarti kondisi tanaman yang dipantau dari citra satelit lebih memperlihatkan kenampakan tanaman yang subur dan rapat seperti tanaman hutan, sedangkan semakin rendah nilainya berarti kondisi tanaman kurang subur atau telah terjadi pembukaan kawasan hutan maupun persawahan. Oleh sebab itu, NDVI sering digunakan sebagai parameter untuk pemantauan kehijauan tanaman. Nilai NDVI positif + terjadi apabila vegetasi lebih banyak memantulkan radiasi pada panjang gelombang inframerah dekat dibandingkan cahaya tampak. Nilai NDVI nol 0 terjadi apabila pemantulan energi yang direkam oleh panjang gelombang cahaya tampak sama dengan gelombang inframerah dekat. Hal ini sering terjadi pada daerah pemukiman, tanah bera, darat non vegetasi, awan dan permukaan air. NDVI negatif - terjadi apabila permukaan awan, air dan salju lebih banyak memantulkan energi pada gelombang cahaya tampak dibandingkan pada inframerah dekat. Menurut Chemin, 2003 dan Allen et. al., 2001 dalam Khomaruddin, 2005 nilai Normalized Difference Vegetation Index NDVI, nilai radiasi netto, suhu permukaan dan albedo merupakan fungsi dari soil heat flux G : G = f Rn, Ts, , NDVI ............................9    4 2 98 . 1 0074 . 0038 . NDVI T Rn G s       .……10 Dimana, G =Perpindahan bahang tanah soil heat fluxW m -2  =Albedo permukaan diturunkan dari data satelit Ts =Suhu permukaan °C diturunkan dari data satelit NDVI =Normalized Difference Vegetation Index satelit

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat

Dokumen yang terkait

Identifikasi Sebaran Dan Potensi Agroforestri Menggunakan Citra Landsat Tm 5 Di Kecamatan Wampu Dan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

1 45 100

Kajian Manajemen Perparkiran Perkotaan Studi Kasus : Kawasan Pasar Baru Kota Padangsidimpuan

2 51 167

Analisis Perubahan Fungsi Lahan Di Kawasan Pesisir Dengan Menggunakan Citra Satelit Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus Di Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading Dan Langkat Timur Laut)

1 62 6

Identifikasi Persepsi Masyarakat Tentang Pengaruh Slum Area Terhadap Kawasan Heritage Kota Bandung (Studi Kasus : Kelurahan Braga)

10 84 115

Analisis Perubahan Konsentrasi Total Suspended Solids (TSS) Dampak Bencana Lumpur Sidoarjo Menggunakan Citra Landsat Multi Temporal (Studi Kasus: Sungai Porong, Sidoarjo)

0 0 6

Pemetaan Sebaran Total Suspended Solid (TSS) Menggunakan Citra Landsat Multitemporal dan Data In Situ (Studi Kasus : Perairan Muara Sungai Porong, Sidoarjo)

0 0 6

Pendeteksian Kerapatan Vegetasi dan Suhu Permukaan Menggunakan Citra Landsat Studi Kasus : Jawa Barat Bagian Selatan dan Sekitarnya

0 0 10

Identifikasi Kejadian Hujan Konvektif Menggunakan Citra MTSAT 2R pada Musim Kemarau di Daerah Perkotaan Yogyakarta Tahun 2014

0 0 10

Interpretasi Hibrida Untuk Identifikasi Perubahan Lahan Terbangun dan Kepadatan Bangunan Berdasarkan Citra Landsat 5 TM dan Sentinel 2A MSI (Kasus: Kota Salatiga)

0 0 8

Penentuan Suhu Permukaan Tanah Kawah Wurung – Ijen Jawa Timur Menggunakan Citra Landsat 8 Sebagai Studi Pendahuluan Dalam Survei Eksplorasi Panas Bumi

0 0 7