Perbandingan Nilai Indeks Vegetasi NDVI dengan Komponen Neraca Energi

4.5. Perbandingan Nilai Indeks Vegetasi NDVI dengan Komponen Neraca Energi

Indeks vegetasi atau NDVI adalah indeks yang menggambarkan tingkat kehijauan suatu tanaman. Nilai NDVI berkisar antara -1 sampai 1. Nilai ini menggambarkan bahwa semakin tinggi nilainya berarti kondisi tanaman yang dipantau dari citra satelit lebih memperlihatkan kenampakan tanaman yang subur dan rapat seperti tanaman hutan, sedangkan semakin rendah nilainya berarti kondisi tanaman kurang subur atau telah terjadi pembukaan kawasan hutan maupun persawahan. Tabel 13 menunjukkan bahwa nilai NDVI tertinggi terjadi pada lahan terbuka dan lahan bervegetasi, sedangkan nilai NDVI terendah terjadi pada tubuh air. Nilai NDVI untuk penutup lahan bervegetasi menurun dari tahun 1997 dan 2006. Hal ini disebabkan oleh konversi lahan dari penutup lahan bervegetasi menjadi non vegetasi. Dan juga faktor jenis, ketinggian tanaman dan kerapatan vegetasi. Sebaran nilai NDVI ditunjukkan pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Tabel 13. Nilai NDVI tiap penutup lahan Indeks vegetasi mempengaruhi komponen neraca energi seperti dijelaskan pada Gambar 4 dan merujuk Tabel 12. Pada penutup lahan bervegetasi, penggunaan radiasi netto sebagian besar untuk fluks pemanasan laten E. Nilai E ini berbanding lurus dengan nilai indeks vegetasi. Sehingga semakin tinggi nilai E, maka semakin banyak vegetasi di daerah tersebut sehingga akan semakin tinggi pula nilai indeks vegetasi di penutup lahan tersebut, sedangkan nilai G dan H akan semakin rendah. Pada penutup lahan tubuh air, nilai NDVI paling rendah dibandingkan penutup lahan lainnya. Karena penggunaan radiasi netto yang diterima lebih banyak digunakan untuk evaporasi. Sedangkan pada penutup lahan terbangun, nilai NDVI rendah sebanding dengan nilai E yang rendah, karena energi yang diterima sebagian besar digunakan untuk memanaskan udara dan tanah. Pada penutup lahan terbuka memiliki nilai NDVI terbesar dibandingkan dengan penutup lahan lainnya. Energi yang diterima oleh penutup lahan terbuka sebagian besar digunakan untuk memanaskan udara dan hanya sebagian kecil energi radiasi netto digunakan untuk memanaskan E dan G. 4.6. Pendugaan Kapasitas Panas dengan NDVI Nilai kapasitas panas C tergantung dari massa jenis ρ dan panas jenis c. Pada penelitian ini, nilai massa jenis ρ diduga dari nilai NDVI. Nilai NDVI menunjukkan tingkat kehijauan dan kerapatan vegetasi tiap penutup lahan yang diasumsikan menjadi tinggi dan luas daerah penutup lahan tersebut. Hal ini diperlihatkan oleh besarnya nilai NDVI, semakin tinggi nilai NDVI maka massa jenis semakin rendah. Karena pengolahan citra dilakukan setiap pixel maka luas daerah yang ditunjukkan nilai NDVI mewakili 900 m 2 . Pada penelitian ini diambil 3 titik sampel nilai NDVI tiap penutup lahan Penutup lahan NDVI 1997 2006 Tubuh air 0.036 -0.170 Lahan Terbangun 0.074 -0.152 Vegetasi 0.185 0.017 Lahan Terbuka 0.292 0.176 Gambar 4. Grafik G dan Rn terhadap NDVI 13 Tabel 14 tahun 1997 dan 2006 dengan titik koordinat sama tiap sampel dan tidak mengalami perubahan penutup lahan. Kemudian nilai NDVI diregresikan dengan massa jenis hasil penelitian Geiger et al 1961. Sehingga didapatkan persamaan regresi sebagai berikut: ρ = -2E-06NDVI + 10 -6 Tabel 14. Nilai NDVI pada 3 titik sampel tiap penutup lahan Penutup Lahan Koordinat utm NDVI x y 1996 2006 Vegetasi 698970 9270180 0.32 0.18 699000 9269970 0.31 0.19 699180 9270780 0.26 0.14 Tubuh Air 698220 9269190 -0.28 -0.23 698250 9269190 -0.02 -0.28 698250 9269160 -0.27 -0.2 Lahan Terbangun 697980 9271440 -0.04 -0.16 697800 9271230 -0.01 -0.15 699600 9270840 -0.05 -0.14 Lahan Terbuka 696720 9271710 0.38 0.2 696780 9271650 0.36 0.21 699930 9271980 0.03 -0.02 Dari persamaan regresi tersebut, nilai massa jenis tiap penutup lahan diperoleh dengan memasukkan nilai NDVI, kemudian untuk mendapatkan nilai kapasitas panas tiap penutup lahan dapat dihitung dengan cara mengalikan massa jenis terhadap panas jenis Tabel 15. Tabel 15. Panas Jenis tiap Penutup Lahan Berdasarkan Tabel 16, kapasitas panas tertinggi terjadi pada penutup lahan tubuh air, hal ini dikarenakan tubuh air mampu menyimpan panas lebih baik dibandingkan penutup lahan lain. Dilihat dari besarnya panas jenis, sebagai contoh penutup lahan tubuh air dan lahan terbangun Tabel 15. Lahan terbangun akan lebih cepat naik suhunya dibandingkan tubuh air pada penambahan panas yang sama, tetapi pada malam hari saat terjadi pengurangan panas akibat pancaran gelombang panjang dari permukaan bumi, lahan terbangun akan cepat dingin dibandingkan air. Dengan penambahan energi tertentu, perubahan suhu lebih kecil pada benda yang mempunyai kapasitas panas yang besar, panas jenis yang menyebabkan perubahan suhu yang kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kapasitas panas yang dihasilkan berada pada selang atau mendekati nilai kapasitas panas pada penelitian Geiger et al 1961, tetapi terdapat juga nilai kapasitas panas yang menjauh. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena ketidasesuaian peneliti dalam menentukan jenis penutup lahan. Penutup lahan Panas jenis Joule g -1o C -1 Tubuh air 4.18 Lahan Terbangun 0.88 Vegetasi 3.13 Lahan Terbuka 1.4 Penutup Lahan Kapasitas panas Joule m -3 o C -1 1997 2006 Geiger et al, 1961 Vegetasi 1.13x10 -6 2.0 x10 -6 2.51x10 -6 - 3.35 x10 -6 1.19 x10 -6 1.94 x10 -6 1.50 x10 -6 2.25 x10 -6 Rata -rata 1.27x10 -6 2.06x10 -6 Tubuh Air 6.52 x10 -6 6.10 x10 -6 4.18 x10 -6 4.35 x10 -6 6.52 x10 -6 6.44 x10 -6 5.85 x10 -6 Rata -rata 5.77x10 -6 6.16x10 -6 Lahan Terbangun 0.95 x10 -6 1.16 x10 -6 2.17 x10 -6 0.89 x10 -6 1.14 x10 -6 0.97 x10 -6 1.13 x10 -6 Rata -rata 0.94x10 -6 1.14x10 -6 Lahan Terbuka 0.34 x10 -6 0.84 x10 -6 0.42 x10 6 - 0.84 x10 -6 0.39 x10 -6 0.81 x10 -6 1.32 x10 -6 1.46 x10 -6 Rata -rata 0.68x10 -6 1.04x10 -6 Tabel 16. Kapasitas Panas tiap Penutup Lahan Sumber: Geiger et al 1961, Handoko 1997 14 Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai kapasitas panas pada tahun 1997 lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2006, hal ini ditunjukkan oleh besarnya suhu permukaan pada tahun 1997 dibandingkan dengan tahun 2006 Tabel 5 dan Tabel 6. Hal ini berpengaruh juga pada proporsi komponen neraca energi yang ditunjukkan Tabel 11, pada tabel tersebut memperlihatkan nilai radiasi netto tahun 1997 lebih besar dibandingkan tahun 2006. Artinya bahwa nilai kapasitas panas sangat mempengaruhi proporsi komponen neraca energi yang berimplikasi pada besarnya suhu pada tiap penutup lahan. Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa mekanisme perubahan kapasitas panas perlu dipertimbangkan dalam perencanaan suatu wilayah yang umumnya melakukan perubahan dari vegetasi menjadi non vegetasi.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Identifikasi Sebaran Dan Potensi Agroforestri Menggunakan Citra Landsat Tm 5 Di Kecamatan Wampu Dan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

1 45 100

Kajian Manajemen Perparkiran Perkotaan Studi Kasus : Kawasan Pasar Baru Kota Padangsidimpuan

2 51 167

Analisis Perubahan Fungsi Lahan Di Kawasan Pesisir Dengan Menggunakan Citra Satelit Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus Di Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading Dan Langkat Timur Laut)

1 62 6

Identifikasi Persepsi Masyarakat Tentang Pengaruh Slum Area Terhadap Kawasan Heritage Kota Bandung (Studi Kasus : Kelurahan Braga)

10 84 115

Analisis Perubahan Konsentrasi Total Suspended Solids (TSS) Dampak Bencana Lumpur Sidoarjo Menggunakan Citra Landsat Multi Temporal (Studi Kasus: Sungai Porong, Sidoarjo)

0 0 6

Pemetaan Sebaran Total Suspended Solid (TSS) Menggunakan Citra Landsat Multitemporal dan Data In Situ (Studi Kasus : Perairan Muara Sungai Porong, Sidoarjo)

0 0 6

Pendeteksian Kerapatan Vegetasi dan Suhu Permukaan Menggunakan Citra Landsat Studi Kasus : Jawa Barat Bagian Selatan dan Sekitarnya

0 0 10

Identifikasi Kejadian Hujan Konvektif Menggunakan Citra MTSAT 2R pada Musim Kemarau di Daerah Perkotaan Yogyakarta Tahun 2014

0 0 10

Interpretasi Hibrida Untuk Identifikasi Perubahan Lahan Terbangun dan Kepadatan Bangunan Berdasarkan Citra Landsat 5 TM dan Sentinel 2A MSI (Kasus: Kota Salatiga)

0 0 8

Penentuan Suhu Permukaan Tanah Kawah Wurung – Ijen Jawa Timur Menggunakan Citra Landsat 8 Sebagai Studi Pendahuluan Dalam Survei Eksplorasi Panas Bumi

0 0 7