I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk merupakan faktor
utama yang
mempengaruhi perkembangan pemukiman dan kebutuhan
prasarana dan sarana. Peningkatan jumlah penduduk yang disertai dengan tingginya
aktivitas manusia
dan pesatnya
pembangunan menyebabkan perubahan di segala
bidang. Salah
satunya adalah
perubahan penutup dan penggunaan lahan. Perubahan penutup
dan penggunaan
lahan dapat merubah reflektansi radiasi surya permukaan bumi dan menyebabkan
pendinginan atau pemanasan lokal. Perubahan tersebut dapat mengubah
distribusi ekosistem lingkungan dan sifat- sifat fisis permukaan seperti kapasitas panas,
emisivitas, konduktivitas
thermal dan
kekasapan permukaan yang selanjutnya akan mengubah penerimaan komponen neraca
energi di daerah tersebut. Kapasitas panas adalah jumlah panas
yang terkandung oleh suatu benda. Setiap
permukaan menerima
energi radiasi
matahari yang sama, tetapi kapasitas panas yang dimiliki berbeda-beda. Sehingga suhu
yang dihasilkannya pun juga berbeda. Kapasitas panas suatu benda bergantung
pada panas jenis dan massa jenis atau kerapatannya. Massa jenis pada penelitian
ini dikaitkan dengan jenis penutup lahan dan diduga dengan pendekatan Normalized
Difference Vegetation Index NDVI yang diestimasi
dari data
satelit Landsat.
Sehingga akan diperoleh kapasitas panas tiap penutup lahan.
1.2. Tujuan
Penelitian ini
bertujuan untuk
mengetahui nilai kapasitas panas C dan perubahannya untuk masing-masing penutup
lahan menggunakan data citra satelit Landsat.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Citra Satelit Landsat
Penginderaan jauh inderaja secara umum didefinisikan sebagai suatu cara
untuk memperoleh informasi dari objek tanpa mengadakan kontak fisik dengan
objek tersebut, sedangkan secara khusus adalah usaha untuk mendeteksi gelombang
elektromagnetik baik yang dipancarkan atau dipantulkan oleh objek. Menurut fungsinya
satelit inderaja dibedakan menjadi satelit sumber dan satelit lingkungan-cuaca. Satelit
yang termasuk sumber alam diantaranya adalah SPOT dan LANDSAT, sedangkan
satelit lingkungan dan cuaca diantaranya METEOR
dan COSMOS
USSER, TIROS-N dan NOAA-NUSA.
Satelit Landsat merupakan satelit yang digunakan untuk memantau sumber
daya yang ada di bumi. Satelit ini merupakan hasil kerja sama antara National
Aeronautics and Space Administration NASA dengan Department of Interior
United State pada pertengahan tahun 1960- an. Landsat sebelumnya bernama Earth
Resources Technology Satellite ERTS-1 yang diluncurkan pada tanggal 23 Juli 1972
dengan tujuan memberikan gambaran secara menyeluruh tentang permukaan bumi.
Satelit Landsat melewati daerah yang sama setiap 16 hari sekali dengan waktu 103
menit untuk melakukan satu putaran mengelilingi bumi serta memiliki ketinggian
orbit pada 705 km. Orbit Landsat melalui 9° Kutub Selatan dan Kutub Utara.
Satelit Landsat 7 diluncurkan dari Vandenburg Air Force Base pada tanggal 15
April 1999 dengan wahana Delta II. Satelit mengorbit pada ketinggian 705 km, sun
synchronous, dan memetakan bumi dengan siklus pengulangan 16 hari sekali. Sensornya
merupakan
instrumen “single
nadir- pointing”, disebut Enhanced Thematic
Mapper Plus ETM+. Komunikasi melalui S-Band digunakan untuk mengendalikan
satelit dan X-Band digunakan untuk data downlink. Meskipun orbit satelit Landsat 7
melewati tempat yang sama setiap 16 hari pada waktu yang sama, perubahan elevasi
matahari
dapat menyebabkan
variasi iluminasi sehingga mempengaruhi citra yang
diperoleh. Perubahan
ini terutama
disebabkan oleh perubahan musiman posisi utara-selatan matahari relatif terhadap bumi
Sistem Landsat-7 dirancang untuk bekerja 7 band atau kanal energi pantulan
band 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8 dan satu band energi emisi band 6. Sensor ETM+ bekerja pada 3
resolusi, yaitu 30 meter untuk band 1-5, dan 7; 60 meter untuk band 6; dan 15 meter
untuk band 8. Data ETM+ yang dikalibrasi dengan baik dapat diolah untuk mengubah
energi surya yang dikumpulkan oleh sensor menjadi nilai radiance. Radiance radiansi
adalah flux energi terutama dalam bentuk energi irradian atau energi datang tiap sudut
1
I. PENDAHULUAN