Aktivitas Inhibisi Biosintesis Melanin oleh Isolat dalam Kultur Mouse

produksi melanin pada kultur mouse melanoma B-16 cell. Banyak kandungan senyawa fenolik telah diuji sebagai penghambat sintesis melanin dan sebagai pelindung sinar matahari. Ekstrak herbal alami dengan kandungan senyawa aktif seperti fenol, flavonoid, coumarins banyak mendapat perhatian karena diduga sebagai bahan pemutih. Kim dan Uyama 2005; Seo dkk. 2003. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Izreen dan Fadzelly 2013 terhadap daun teh ditemukan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi pada daun teh muda dibandingkan dengan daun teh mature. Komponen polifenol akan berkurang seiring dengan peningkatan stadium maturitas dari daun teh. Kecenderungan ini berkontribusi pada perubahan morfologi daun sesuai umur dan transportasi kandungan kimia yang unik di dalam tanaman Farhoost dkk. 2007. Penelitian yang dilakukan Watanabe dkk. 2016 menjelaskan bahwa pada tumbuhan, mineral berjalan melalui sistem xylem dan vascular phloem. Elemen utama mengalami re-translokasi dari daun mature ke daun muda melalui phloem yang menyebabkan translokasi fotosintesis untuk meningkatkan efisiensi penggunaan mineral dalam perkembangan organ. Koffi dkk. 2010 menunjukkan bahwa etanol merupakan pelarut yang efisien untuk ekstrak polifenol. Pada beberapa kelompok penelitian, flavonoid sering ditemukan dalam polifenol tumbuhan. Lebih dari 4000 polifenol diidentifikasi dan secara luas terdapat pada daun, kulit batang, dan bunga. Seluruh flavonoid memiliki cincin fenolik dan pyran atau oxine yang termasuk dalam derivat benzoc-pyran. Flavonoid diklasifikasikan dalam enam kelompok besar, yaitu: flavanols, flavones, flavonols, flavanones, isoflavones dan anthocyanidins, yang dibedakan berdasarkan konjugasi cincin dan posisi dari hydroxyl, methoxy, dan glycosidic Kim dan Uyama 2005. Bahan tanaman yang mengandung flavonoid mempunyai fungsi sebagai antikanker, antiinflamasi, dan perlindungan terhadap ultraviolet Solano dkk. 2006. Tabel 2. Hasil penapisan fitokimia Pelarut Metabolit Sekunder Alkaloid Flavonoid Tanin Terpenoid Saponin Steroid Antraquinon Ekstrak etanol 96 daun nangka muda - ++ + - + + - Ekstrak etanol 96 daun nangka mature - + + - + + - Fraksi n-hexan daun nangka muda - + + - - + - Fraksi etil asetat daun nangka muda - + + - - + - ++ = kuat, + = lemah, - = tidak terdeteksi 4.3.Uji Potensi Inhibisi Tirosinase Tirosinase monofenol, o-difenol:oxygen oxidoreductase termasuk dalam kelompok besar protein yaitu type 3 copper proteins Gerdemann dkk. 2002. Enzim ini berperan dalam pembentukan melanin, terutama bertanggungjawab untuk tahap pertama sintesis melanin dari L-tyrosine ke pembentukkan L-dopaquinone dan dopachrome. Peran utama tirosinase adalah sebagai katalis o-hydroxylation dari monofenol aktivitas cresolase atau monophenolase dan oksidasi berikutnya menghasilkan o-diphenol menjadi o-quinones reaktif aktivitas catecholase, kedua reaksi tersebut menggunakan oksigen molekuler Soler dkk. 1999. Tirosinase jamur adalah enzim sitosolik yang memiliki heterogenitas yang tinggi dibandingkan dengan copper yang mengandung phenoloxidase lain seperti laccase dan penelitian lain juga menunjukkan keanekaragaman berat molekul Van Gelder dkk. 1997. Hasil uji potensi inhibisi tirosinase pada monofenolase dan difenolase dari ekstrak etanol 96 daun nangka muda dan daun nangka mature didapatkan hasil bahwa ekstrak etanol 96 daun nangka muda mempunyai potensi lebih baik pada monofenolase IC 50 : 29,9 µg mL -1 dan difenolase IC 50 : 167,3 µg mL -1 dibandingkan dengan ekstrak etanol 96 daun nangka mature monofenolase IC 50 : 214,2 µg mL -1 dan difenolase IC 50 : 358,1 µg mL -1 . Aktivitas ekstrak daun nangka muda tidak berbeda dengan kontrol positif asam kojik monofenolase IC 50 : 28,2 µg mL -1 dan difenolase IC 50 : 85,0 µg mL -1 . Uji potensi inhibisi tirosinase dari fraksi etil asetat daun nangka muda didapatkan hasil monofenolase IC 50 : 81,8 µg mL -1 dan difenolase IC 50 : 1557,7 µg mL -1 sedangkan fraksi n-heksan daun nangka muda dengan monofenolase dan difenolase IC 50 : 2000 µg mL -1 . Tabel 3 Penelitian yang dilakukan Arung dkk. 2006 dengan melakukan isolasi flavonoid dari bahan berupa kayu nangka, didapatkan zat aktif berupa artocarpanone yang memiliki potensi cukup baik sebagai inhibisi melanin IC 50 sebesar 89,1 µM dibandingkan dengan kontrol positif asam kojik yang lebih dari 3521 µM. Penelitian Arung dkk. 2008 mengisolasi zat aktif berupa artocarpin yang dapat menghambat biosintesis melanin pada kultur mouse melanoma B-16 cell meskipun diinduksi oleh α-MSH atau forskolin. Tabel 3. IC 50 Aktivitas monofenolase dan difenolase 4.4.Uji Toksisitas Uji toksisitas dengan menggunakan metode MTT menunjukkan hasil bahwa mulai konsentrasi dosis 200ppm pada ekstrak etanol 96 daun nangka muda 59,91 dan fraksi n-heksan daun nangka muda 78,76 tidak toksis terhadap sel melanosit dengan kecenderungan semakin tidak toksis pada konsentrasi dosis yang lebih rendah, namun demikian pada fraksi etil asetat sampai dengan konsentrasi dosis 6,25ppm viabilitas sel hanya 50,53 oleh karena itu dilanjutkan uji MTT dengan konsentrasi dosis yang lebih rendah, dengan membuat awalan dosis 3ppm 69,34 Gambar 7 dan 8. Adapun gambaran sel melanosit pada uji MTT ekstrak etanol 96 menggunakan inverted microscope dapat dilihat pada Gambar 9. Penurunan MTT berhubungan dengan mitokondria, sitoplasma dan membran non-mitokondrial termasuk kompartemen endosomlisosom, serta membran plasma. Garam tetrazolium yang tidak berwarna dalam larutan air berubah menjadi warna ungu terang dikenal dengan kristal formazan. Perubahan warna ini dijadikan dasar dalam redoks histokimia dan aplikasi biokimia. Sifat kimia dan biokimia yang unik dari garam tetrazolium berupa empat cincin inti tetrazole yang mengandung empat Pelarut IC 50 µg mL -1 Monofenolase Difenolase Ekstrak etanol 96 daun nangka muda 29,9 167,3 Ekstrak etanol 96 daun nangka mature 214,2 358,1 Fraksi n-heksan daun nangka muda 2000 2000 Fraksi etil asetat daun nangka muda 81,8 1557,7 Asam Kojik 28,2 85,0

Dokumen yang terkait

Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Kulit Batang Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) terhadap Karakteristik Niosom

8 62 113

Pengaruh Variasi Konsentrasi Surfaktan pada Ukuran Partikel dan Efisiensi Penjerapan Niosom yang Mengandung Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Nangka (Artocarpus Heterophyllus)

11 34 69

Keanekaragaman kumbang sungut panjang (coleoptera: cerambycidae) di kawasan Resort Salak 2 – Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS)

2 35 80

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DAN Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus Altilis), Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dan Kluwih (Artocarpus Camansi) Terhadap Sel Kanker Pa

0 3 13

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus Altilis), Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dan Kluwih (Artocarpus Cam

0 8 15

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus), DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus c

0 3 16

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus), DAN Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus camansi) Terhadap Sel Kanker

0 3 14

PENDAHULUAN Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus camansi) Terhadap Sel Kanker Payudara T47D.

0 4 11

Penurunan Aktivitas Tirosinase Dan Jumlah Melanin Oleh Fraksi Etil Asetat Buah Malaka (Phyllantus Emblica) Pada Mouse Melanoma B16 Cell-Line - Reduction Of Tyrosinase Activity And Melanin Amount By Ethyl Acetate Fraction From Malaka (Phyllanthus Emblica)

0 0 7

Penurunan Aktivitas Tirosinase dan Jumlah Melanin oleh Fraksi Etil Asetat Buah Malaka (Phyllantus emblica) pada Mouse Melanoma B16 Cell-Line | Hindritiani | Majalah Kedokteran Bandung 115 386 1 PB

0 0 7