Tanaman Nangka dan Kegunaannya

Pemutihan warna kulit dapat dicapai melalui penghambatan dengan langkah berbeda dalam jalur melanogenesis. Keterkaitan bahan pemutih dengan mekanisme berbeda merupakan strategi yang sangat berguna untuk meningkatkan efikasi klinis, mengurangi lamanya pengobatan, dan menurunkan risiko efek samping. Salah satu contoh kombinasi formulasi yang paling sering digunakan adalah formulasi Kligman’s Menter 2004.

2.3. Simplisia dan Ekstrak Tanaman

Simplisia adalah bahan alamiah berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan atau mengalami pengolahan secara sederhana serta belum merupakan zat murni kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikerimgkan. Teknologi pembuatan obat tradisional mengalami banyak perubahan sejalan dengan meningkatnya permintaan pembuktian khasiat dan keamanan secara ilmiah. Hal ini diharapkan dapat lebh meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat obat bahan alam tersebut. Obat tradisional saat ini banyak digunakan dalam bentuk ekstrak, karena tanaman obat tidak praktis jika digunakan dalam bentuk simplisia Badan POM RI 2010. Metode ekstraksi secara pharmaceutical adalah memisahkan bagian aktif obat dari jaringan tanaman dari komponen inaktif dengan menggunakan pelarut selektif. Selama ekstraksi pelarut menyatu ke dalam material tanaman padat dan melarutkan kandungan aktif dengan polaritas yang sama Pandey dan Tripathi 2014. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna. Adanya gula yang terikat pada flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air, dengan demikian campuran pelarut seperti etanol, etil asetat, metanol, butanol, dimetilsulfoksida, dan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Senyawa ini mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar tampak Harborne 1996. Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur kamar. Sediaan cair dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yang direndam menggunakan pelarut bukan air pelarut nonpolar atau semipolar, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan buku resmi kefarmasian. Cara ini merupakan salah satu metode ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan ekstraksi dingin. Metode ini merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas Voight 1994. Teknik ini merupakan cara penyarian sederhana, yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Prinsip maserasi adalah pengikatanpelarutan zat aktif berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut like dissolve like, penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya matahari. Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah proses difusi. Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel Tiwari dkk. 2011. Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain. Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat bergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi. Sifat pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah, mudah menguap pada suhu yang rendah, dapat mengekstraksi komponen senyawa dengan cepat, dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi Pemilihan pelarut juga akan tergantung dari senyawa yang ditargetkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang akan di ekstraksi, laju ekstraksi, keragaman senyawa yang akan di ekstraksi, kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya, toksisitas pelarut, serta potensial bahaya kesehatan dari pelarut.Tiwari dkk. 2011. Akumulasi fitokimia berbeda pada setiap bagian tanaman seperti pada akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Senyawa fitokimia terutama molekul pigmen biasanya terkonsentrasi pada lapisan luar dari berbagai jaringan tumbuhan. Kadar fitokimia setiap tanaman berbeda-beda tergantung dari varietas, proses, pematangan, dan kondisi pertumbuhan Saxena dkk. 2013. Tujuan tumbuhan memproduksi bahan kimia ini adalah untuk melindungi diri sendiri, namun peneltian saat ini menunjukkan banyak senyawa fitokimia dapat melindungi manusia dari berbagai macam penyakit Narasinga 2003. Fitokimia bukan metabolit primer atau nutrisi utama seperti asam nukleat, asam amino, karbohidrat, atau lemak yang dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk menopang hidup, tetapi mempunyai kepentingan untuk mencegah atau melawan beberapa penyakit yang sering terjadi di masyarakat. Sumber pengetahuan menyebutkan bahwa metabolit sekunder bukan merupakan hal utama yang diperlukan untuk tumbuh kembang dan reproduksi, tetapi kegunaannya dapat melindungi tumbuhan dari pengaruh buruk lingkungan sekitarnya. Hal ini menyebabkan banyak penelitian dilakukan untuk menemukan keuntungan efek kesehatan dari senyawa fitokimia. Survei literatur mengindikasikan bahwa fenolik merupakan jumlah dan struktur terbanyak pada unsur tanaman Saxena dkk. 2013. Tiga kelompok utama paling penting dari kelompok fenolik adalah flavonoid, asam fenolik, dan polifenol Walton dkk. 2003. Flavonoid merupakan polifenol alami yang berasal dari tumbuhan dan dapat ditemukan pada daun, kulit batang, dan bunga. Kandungan polifenol ini diketahui mempunyai efek antiinflamasi, anti virus, antioksidan, dan antikarsinogenik Solano dkk. 2006, Picardo dkk. 2007, Kim dan Uyama 2005. Senyawa ini juga mempunyai kemampuan sebagai bahan hipopigmentasi yang secara langsung menghambat aktivitas enzim tirosinase bagian distal pada jalur melanogenesis Solano dkk. 2006. Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenolik dengan struktur kimia C6-C3- C6 Maslarova dan Yanishlieva 2001, mempunyai sejumlah gugus hidroksil, atau suatu gula. Flavonoid merupakan senyawa polar yang larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida, air, etil asetat atau campuran dari pelarut tersebut dapat digunakan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan Rijke 2005. Pengambilan bahan aktif dari suatu tanaman, dapat dilakukan dengan ekstraksi. Dalam proses ekstraksi ini, bahan aktif akan terlarut oleh zat penyari yang sesuai sifat kepolarannya. Derivat hidroxystilbene merupakan satu diantara senyawa yang paling efesien karena mempunyai afinitas yang tinggi untuk tirosinase Kim dkk. 2002.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Kulit Batang Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) terhadap Karakteristik Niosom

8 62 113

Pengaruh Variasi Konsentrasi Surfaktan pada Ukuran Partikel dan Efisiensi Penjerapan Niosom yang Mengandung Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Nangka (Artocarpus Heterophyllus)

11 34 69

Keanekaragaman kumbang sungut panjang (coleoptera: cerambycidae) di kawasan Resort Salak 2 – Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS)

2 35 80

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DAN Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus Altilis), Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dan Kluwih (Artocarpus Camansi) Terhadap Sel Kanker Pa

0 3 13

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus Altilis), Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dan Kluwih (Artocarpus Cam

0 8 15

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus), DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus c

0 3 16

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus), DAN Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus camansi) Terhadap Sel Kanker

0 3 14

PENDAHULUAN Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus camansi) Terhadap Sel Kanker Payudara T47D.

0 4 11

Penurunan Aktivitas Tirosinase Dan Jumlah Melanin Oleh Fraksi Etil Asetat Buah Malaka (Phyllantus Emblica) Pada Mouse Melanoma B16 Cell-Line - Reduction Of Tyrosinase Activity And Melanin Amount By Ethyl Acetate Fraction From Malaka (Phyllanthus Emblica)

0 0 7

Penurunan Aktivitas Tirosinase dan Jumlah Melanin oleh Fraksi Etil Asetat Buah Malaka (Phyllantus emblica) pada Mouse Melanoma B16 Cell-Line | Hindritiani | Majalah Kedokteran Bandung 115 386 1 PB

0 0 7