Transportasi Sedimen Pengendalian gerusan

menyatakan bahwa kecepatan aliran merupakan hal yang penting untuk kedalaman gerusan di sekitar pilar jembatan pada kondisi clear-water scour dan live-bed scour. Inglish 1948 dalam Brueser dkk 1997, dalam Rinaldi melakukan pengujian pada pilar rectangular round nosed-pier dengan aliran tanpa transportasi sedimen clear-water scour, hasilnya sulit diinterpretasikan karena kecepatan dan kedalaman aliran bervariasi secara simultan. Dari data percobaan tersebut diperoleh hubungan sebagai berikut: 2.7 Menurut Lee J.K 1994 dalam Rinaldi 2002:15, mengemukakan ada beberapa parameter fenomena gerusan, seperti jenis fluida, karakteristik material dasar, variable aliran, bentuk dan dimensi pilar dan lain-lainnya, diperoleh dengan analisa tanpa dimensi yaitu: 2.8 dengan b adalah diameter pilar.

2.1.6 Transportasi Sedimen

Proses transportasi sedimen dalam Ispasiharjo 1993 dalam Munadi 2002:10, yaitu mempelajari tempat bahan granular non kohesif, yang disebabkan oleh aliran air, sedangkan besarnya angkutan sedimen ditentukan dari perpindahan tempat sedimen yang melalui suatu tampang lintang selama periode waktu yang cukup. ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ = o o kr s gD gb U U U f b D ρ τ , , m satuan m dala b q b D D s o 78 . 3 2 32 . 2 ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = + Pragjono 1987:33 dalam Handis 2002:11, mengemukakan tentang perbedaan sedimen, cara transportasi, dan asalnya, yaitu : 1. Bed Load adalah partikel-partikel kasar yang bergerak sepanjang dasar sungai secara keseluruhan atau dapat juga disebut muatan sedimen dasar. Adanya muatan sedimen dasar ditunjukkan oleh gerakan partikel dasar sungai, gerakan itu dapat bergeser, melompat, menggelinding, namun tidak terlepas dari dasar sungai. Gerakan ini mampu terjadi pada jarak tertentu, dan tenaga yang mengerakkan pertama kali adalah tenaga tarik dragforce yang dengan kapasitas tertentu dapat menggerakkan partikel dasar sungai. 2. Suspended load adalah muatan sedimen yang bergerak melayang dalam suatu aliran dan didukung oleh air, serta memiliki intensitas interaksi yang kecil terhadap dasar sungai, akibat dari turbulensi aliran. Dari cara bahan dasar yang ditransport menurut asalnya, Pragjono mengemukakan dua hal : 1. Bed Material Transport yaitu asal transport bahan yang berasal dari dasar sungai, yang berarti pergerakannya ditentukan oleh keadaan aliran sungai yang berupa bed load dan suspended load. 2. Wash Load yang artinya transport bahan sebagian kecil atau bahkan tidak berasal dari dasar sungai tetapi dari luar.

2.1.7 Pengendalian gerusan

Pengendalian gerusan di pilar jembatan antara lain dilakukan dengan membuat riprap yaitu dengan menempatkan batuan kasar di sekitar pilar tersebut. Seperti pada penelitian Bonasoundas dan Breusers dan Roudkivi 1991 dalam Rinaldi 2002:15 Dimensi riprap terdiri atas riprap 6b, panjang 7b, ketebalan b3, dimana b adalah lebar pilar dan ukuran minimum batuan, d r adalah d r cm= 6-3.3U+4U 2 . 2.9 Hal Ini di kuatkan oleh Graf 1998 dalam Rinaldi 2002:16 yang menyatakan bahwa riprap adalah perlindungan paling efektif untuk mengendalikan lubang gerusan yaitu dengan menimbun batuan kedalam lubang gerusan tersebut dengan lebar 2-3b dan tebal 3d r . Untuk menetapkan ukuran batuan, d r m, hubungan secara empiris adalah: 2.10 Dengan U d adalah kecepatan rata-rata pada debit rencana. Metode lain yang diusulkan Graf adalah dengan membuat pondasi blok pada kaki pilar. Menempatkan ring formed pada pilar dengan katinggian 0,2D o dari dasar yang mampu mengurangi lubang gerusan sebesar 50, membuat pilar- pilar kecil pada hulu pilar tirai. Akan tetapi hal tersebut menyebabkan gangguan r d d U 4 . 2 ≅ Gambar 2.4 riprap aliran yang menyebabkan vortek. Fungsi blok pondasi dan rip-rap pada pilar akan coba diaplikasikan dalam bentuk pier chasing yang dipasang menyelubungi pilar.

2.2 LANDASAN