Pallet ISPM15 LANDASAN TEORI

Total Aktiva Laba Operasi 3. EBIT to Total Asset X3 = Total Aktiva Jumlah Modal Sendiri 4. Market Value of Equity to Book Value of Debt X4 = Jumlah Hutang Total Penjualan 5. Sales to Asset Ratio X5 = Total Aktiva Variabel X1, X2, X3 dan X5 bertujuan untuk melihat seberapa besar modal lancar, laba ditahan, laba sebelum bunga dan pajak EBIT dan total penjualan untuk setiap rupiah aktiva yang dimiliki. Variabel X4 bertujuan untuk melihat perbandingan antara jumlah modal sendiri dibandingkan dengan jumlah hutang. Nilai Z-score dihitung dengan menggunakan persamaan berdasarkan metode Altman yang lazim dipergunakan untuk mengambil keputusan investasi Umar, 2005. Persamaan Z-Score adalah : Z- score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1 X5 Jika Z-score 1,81 resiko bangkrut sangat besar 1,81 Z-score 3 tidak termasuk perusahaan yang aman ataupun beresiko besar Z-score 3 resiko bangkrut kecil

E. Pallet ISPM15

Bahan baku pallet Tabel 6 dapat berupa kayu dari hutan perkebunan rakyat maupun kayu rawa, karena pallet tidak memerlukan jenis kayu khusus. Meskipun tidak memerlukan jenis kayu khusus namun atribut mutu yang harus dipenuhi oleh bahan baku yang digunakan terutama berkaitan dengan sifat bahan baku yang digunakan. Persyaratan utama yang harus dipenuhi adalah kayu yang mempunyai kelas awet minimum III dan kelas kuat minimum III, tahan terhadap serangga, tidak lapuk, tidak mengandung jamur biru, tidak bermata, tidak pecah dengan kadar air maksimum 15 . Syarat lain yang harus dipenuhi oleh bahan baku adalah tidak mudah patah, ringan, mudah dipaku, tidak mudah pecah dan mudah dikerjakan. Jenis kayu yang berasal dari perkebunan rakyat yang berupa kayu campuran dikenal dengan nama kayu racuk. Tabel 6. Bahan baku pallet No Nama Jenis Kayu Tampilan Serat 1 Sobsi Kayu Lunak Putih kecoklatan kekuningan Kasar 2 Manii Kayu Sedang Putih kecoklatan kekuningan Kasar 3 Albasia Kayu Lunak Putih kemerahan Kasar 4 Jengkol Kayu keras Kemerahan Agak kasar 5 Mangga Kayu keras Putih kekuningan Lembut 6 Duren Kayu keras Merah Sedang 7 Rambutan Kayu keras Merah Halus 8 Kecapi Kayu keras Merah Halus 9 Meranti Kayu keras Merah Halus 10 Sengon Kayu keras Putih kecoklatan Kasar 11 Nangka Kayu keras Putih kuning Halus 12 Mahoni Kayu keras Merah Halus Sumber : PT. XYZ, 2007 ISPM15 merupakan petunjuk yang mengatur standar bahan untuk kemasan kayu yang digunakan dalam perdagangan dunia, yangditetapkan oleh FAO pada tahun 2002. Sesuai dengan definisinya ISPM pada dasarnya berisi standard kerja yang harus dilakukan untuk pengendalian hama dan OPT. Di Indonesia untuk menjamin penerapapan ISPM15 diberlakukan juga SMM ISPM15 yang disusun oleh Badan Karantina Pertanian Barantan. Menurut Barantan 2006 a perlakuan terhadap kemasan kayu yang digunakan dalam pengiriman komoditas ekspor dilakukan dengan salah satu dari kedua cara di bawah ini : 1 Pemanasan Heat Treatment Pemanasan harus dilakukan dalam waktu dan suhu yang cukup, sehingga suhu inti kayu wood core temperature mencapai minimal 56 °C selama sekurang-kurangnya 30 menit dan menurunkan kadar air kayu hingga setinggi-tingginya 20 . Perlakuan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan Klin-drying KD dan Chemical Pressure Impregnation CPI. Produsen pallet ISPM15 yang menggunakan perlakuan panas disebut provider. 2 Fumigasi Untuk fumigasi digunakan metal bromide CH 3 Br. Suhu ruangan dan suhu kayu pada saat fumigasi harus berada di atas 10°C dan fumigasi dilakukan minimal selama 16 jam. Fumigasi harus dilaksanakan oleh perusahaan fumigasi yang telah diregistrasi oleh Badan Karantina Pertanian. Produsen pallet yang menggunakan perlakuan fumigasi dinamakan afasid. Penunjukan sebagai provider diberikan jika perusahaan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan lulus dalam audit yang dilakukan oleh Badan Karantina Pertanian melalui Skim Audit Barantan. Untuk setiap provider dilakukan audit surveilen setiap 6 bulan yang dilakukan oleh Badan Karantina Pertanian. Jika dari hasil audit tersebut ditemukan penyimpangan, maka Badan Karantina Pertanian berhak melakukan pembekuan registrasi. Selanjutnya untuk perusahaan yang beroperasi kurang dari 2 tahun, dilakukan audit perpanjangan setiap tahun untuk menilai kelayakan untuk perpanjangan registrasi. Untuk perusahaan yang telah beroperasi lebih dari 2 tahun, audit perpanjangan dilakukan setiap 2 tahun sekali. Berdasarkan standar mutu yang ditetapkan oleh ISPM 15 tersebut, maka spesifikasi produk yang dihasilkan harus memenuhi standar berikut : 1. Kondisi fisik : bebas kulit kayu tidak ada mata mati, tidak lapuk, bebas jamur, tidak ada retak melebihi 3 cm, tidak ada bekas lubang gerek serangga atau OPT, menggunakan kayu baru atau fresh wood. 2. Kadar air dalam kayu tidak lebih atau kurang dari 20 . 3. Perlakuan heat treatment dan atau fumigasi. 4. Legitimasi : terdapat stempel atau marking nomor registrasi sebagai keabsahan. Menurut Barantan 2006 a , persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh perusahaan kemasan kayu untuk dapat diregistrasi adalah : 1. Memiliki fasilitas sebagai berikut : a. Fasilitas perlakuan pemanasan heat treatment yang mampu memanaskan suhu inti kayu minimal hingga 56°C selama minimal 30 menit. b. Fasilitas fumigasi sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam Pedoman Skim Audit Fumigasi Barantan. c. Fasilitas pendukung produksi, antara lain bengkelworkshop berikut peralatan untuk membuat kemasan kayu, gudang untuk menyimpan stock, gedung kantor dan peralatannya, alat transportasi dan fasilitas lainnya yang diperlukan. 2. Memiliki penanggungjawab teknis dengan kualifikasi sebagai berikut : a. Pendidikan minimal Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA. b. Memiliki kompetensi di bidang pest control pada kemasan kayu yang dibuktikan dengan sertifikat pelatihan yang diterbitkan oleh instansilembaga yang berkompeten. 3. Memiliki penanggung jawab sistem mutu dengan kualifikasi berikut : a. Pendidikan minimal SLTA. b. Memiliki kompetensi di bidang sistem mutu kemasan kayu yang dibuktikan dengan sertifikat pelatihan yang diterbitkan oleh instansilembaga yang berkompeten.

III. METODE KAJIAN