GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

59

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

III. 1. Sejarah Umum PT. Chevron Pacific Indonesia

Pada tahun 1924, tim survey eksplorasi yang bernama Standard Oil Company of California SOCAL mempelopori berdirinya PT. Caltex Pacific Indonesia yang berlokasi di Sumatera Tengah, dan khususnya di daerah Aceh. Usaha yang dilakukan oleh tim eksplorasi SOCAL tersebut sempat terhenti karena Indonesia pada waktu itu masih berada dibawah penjajahan Belanda. Akan tetapi, usaha tersebut tidak berhenti total karena pada bulan Juni 1930 tim tersebut membentuk Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij NPPM . Pada tahun 1935, NPPM mendapat hak konsensi tanah seluas kurang lebih 600.000 hektar di Sumatera Tengah yang belum banyak dieksplorasi dan masih di anggap kurang memberikan harapan bagi pemerintah Hindia Belanda. Daerah yang ditawarkan merupakan daerah yang sebenarnya tidak dikehendaki oleh NPPM itu sendiri. Walaupun bukan merupakan daerah yang dikehendaki oleh NPPM kegiatan eksplorasi tetap akan dijalankan pada daerah tersebut. Kegiatan eksplorasi yang pertama kalinya dilakukan pada bulan april 1939 di lapangan Kubu 1. Pada bulan agustus 1940, ditemukan lapangan minyak bumi di Sebanga yang merupakan penemuan ladang minyak pertama di daerah Riau. Pada bulan November 1940, ditemukan lagi lapangan minyak baru di daerah Rantau Bais dan disusul di daerah Duri pada bulan Maret 1941. Pada tahun 1942, mercu bor siap Universitas Sumatera Utara 60 dipasang di lapangan minyak Minas 1. Karena pecahnya Perang Dunia II PD II, kegiatan pemasangan mercu bor tersebut terhenti. Setelah perang berakhir, kegiatan eksplorasi dipusatkan untuk pengembangan lapangan Minas. Pada tahun 1950, pemerintah RI mulai mempelajari dan menyusun suatu Undang-Undang yang mengatur masalah pertambangan. Berdasarkan Undang- undang pertambangan yang telah terbentuk, maka pada bulan Januari 1951 pemerintah RI memberi izin berdirinya Caltex Pacific Oil Company CPOC untuk melanjutkan kegiatan NPPM. Setelah setahun, CPOC memproduksi minyak bumi di lapangan Minas. Pada tanggal 20 April 1952, diadakan pengapalan pertama Minas Crude dari Perawang menyusuri Sungai Siak menuju pakning di Selat Malaka. Hasil ekspor tersebut antara lain adalah pengembangan lapangan Duri, pembangunan jalan, dan pemasangan pipa saluran shipping line yang mempunyai diameter 60 cm dan 70 cm sepanjang 120 km dari Minas melintasi rawa sampai ke Dumai, mencakup pula pembangunan stasiun-stasiun pengumpul dan stasiun pompa pusat di Duri maupun di Dumai serta kompleks perumahan dan perbengkelan di Duri maupun di Dumai. Ladang minyak Duri telah memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap produksi minyak Indonesia yaitu sebesar 18 dan 42 dari seluruh total produksi minyak PT. CPI. Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa produksi minyak di Duri mulai mengalami penurunan pada tahun 1964. Penurunan produksi tersebut yang berasal dari ladang minyak di Duri sangat memprihatinkan pihak PT. CPI. Penurunan tersebut akan sangat berpengaruh pada ―Economic Life Expectancy‖ dari perusahaan. Untuk mengatasi masalah tersebut PT. CPI telah menciptakan suatu proyek yang dinamakan Proyeksi Injeksi Uap di Ladang Minyak Duri. Proyek ini Universitas Sumatera Utara 61 diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 3 Maret 1990. Injeksi uap tersebut merupakan teknologi generasi ketiga yang dimiliki PT. CPI. Pada tahun 1960, pemerintah Indonesia memberlakukan Undang-Undang Nomor 44 tahun 1960 mengenai pengaturan dana pembagian wilayah kerja CPOC, yaitu seluruh wilayah konsensi NPPM Rokan I blok dan Rokan III blok seluas 9.030 km 2 dikembalikan oleh Caltex pada pemerintah Republik Indonesia, tetapi pelaksanaan operasi wilayah tetap dikerjakan oleh Caltex yang pada tahun 1963 menjadi badan hukum dengan nama PT. CPI, tetapi 100 sahamnya tetap dimiliki oleh Chevron nama baru dari SOCAL dan Texaco Inc. Pada bulan September 1963, diadakanlah kontrak karya yang ditanda tangani antara perusahaan Negara dan perusahaan asing, termasuk di dalamnya PT. CPI dan Pertamina yang antara lain isinya menyatakan bahwa wilayah PT. CPI adalah wilayah Kangaroo seluas 9.030 km 2 . Pada tahun 1968, diadakan penambahan luas wilayah yaitu sekitar Minas Tenggara, Libo Tenggara, Libo Barat dan Sebanga sehingga luas wilayah kerja PT. CPI seluruhnya menjadi 9.898 km 2 . Kemudian kontrak karya yang berakhir pada 28 agustus 1983 diperpanjang menjadi Kontrak Bagi Hasil Production Sharing Contract hingga tanggal 8 Agustus 2001 dengan Wilayah Kerja Seluas 31.700 km 2 . Dalam kontrak bagi hasil tersebut antara lain ditetapkan bahwa Pertamina adalah pengendali manajemen operasional dan harus menyetujui program kerja dan anggaran tahunan. PT. CPI sebagai kontraktor berkewajiban melaksanakan kegiatan operasional dan menyediakan keahlian teknis, dana investasi, serta biaya operasi. Perbandingan pembagian untuk kontrak bagi hasil yang disepakati sampai saat ini oleh pemerintah dalam hal ini adalah Pertamina dan Universitas Sumatera Utara 62 PT. CPI adalah sebesar 88 dan 12 ditambah dengan ketentuan khusus lainnya berupa keluwesan atau insentif bagi PT. CPI untuk hal-hal tertentu.

III. 2. Lingkup Kerja Perusahaan

Pada bagian lingkup kerja perusahaan akan dijelaskan mengenai wilayah kerja perusahaan, daerah operasional perusahaan, serta kegiatan operasional yang mencakup eksplorasi dan produksi.

III. 2.1. Wilayah Kerja Perusahaan

Wilayah kerja PT. CPI yang pertama seluas hampir 10.000 km 2 dikenal dengan nama blok Kangaroo yang terletak di Kabupaten Bengkalis. Perluasan ladang minyak Duri dilakukan dalam tiga belas area yang dimulai dengan membangun daerah konstruksi pertama pada tahun 1981. Dalam sepuluh tahun belakangan ini sudah dikembangkan delapann area. Pembangunan juga mencakup fasilitas pendukung utama seperti stasiun pengumpul minyak. Lokasi PT. CPI terletak di Propinsi Riau dengan luas daerah meliputi lebih dari 50.000 km 2 . Berdasarkan luas operasi dan kondisi geografis yang ada serta pertimbangan efisiensi dalam pengoperasian, maka PT. CPI membagi lokasi daerah menjadi lima distrik yaitu : 1. Distrik Rumbai, sebagai pusat kerja administrasi daerah operasi PT.CPI 2. Distrik Minas, merupakan daerah operasi produksi minyak Universitas Sumatera Utara 63 3. Distrik Duri, merupakan daerah operasi produksi minyak. Distrik Duri terdiri atas Duri OUDSF dan Bekasap OU yang daerah operasinya meliputi Bekasap, Petani, Balam dan Bangko. 4. Distrik Dumai, merupakan pelabuhan tempat pemasaranpengapalan minyak. 5. Distrik Jakarta, sebagai tempat pusat administrasi seluruhnya. Gambar 3.1 Peta Dumai dan Kompleks Dumai Camp. Universitas Sumatera Utara 64

III. 3. Visi, Misi dan Nilai Dasar

Pada bulan Januari 1992, diadakan saresehan dengan melibatkan semua manajemen PT. CPI yang bertujuan mematangkan visi, misi dan nilai-nilai yang dirumuskan secara tegas dan tertulis.

III. 3. 1. Visi

Chevron Texaco memiliki Visi, yaitu : menjadi perusahaan energi global yang dihormati berkat dukungan para pekerja, mitra usaha dan kinerjanya To be the global energy company most admirer for it‘s people, partnership and performance.

III. 3. 2. Misi

Chevron Texaco memiliki misi, yaitu : sebagai mitra usaha Pertamina, PT. CPI akan secara efektif mencari dan mengembangkan sumber daya minyak dan gas bumi untuk kesejahteraan bangsa indonesia dan kepentingan pemegang saham.

III. 3. 3. Nilai Dasar Perusahaan

 Memenuhi semua perundangan dan peraturan yang berlaku.  Menjunjung standar etika yang paling tinggi.  Memperlakukan karyawan sebagai sumber daya yang paling berharga.  Memelihara lingkungan yang sehat dan aman bagi karyawan, mitra kerja dan keluarganya.  Menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung pengembangan masyarakat. Universitas Sumatera Utara 65  Menjadikan peningkatan mutu yang berkesinambungan sebagai falsafah hidup.

III. 4. Water Treatment Plant – Dumai

III. 4. 1. Manajemen Water Trearment Plant – Dumai

Water Treatment Plant Dumai atau WTP Operations Dumai berada di bawah WTP, Plumbing Sewage yang merupakan bagian Facility Management. Saat ini WTP Dumai mempekerjakan 18 orang karyawan PT. CPI dan sekitar 16 orang karyawan kontraktor. Pekerjaan-pekerjaan rutin didalam manajemen WTP juga dibantu oleh kontraktor yang mengerjakan pekerjaan tertentu sesuai kontrak dengan PT. CPI. Didalam pekerjaan pengolahan air minum, pendistribusian air minum dan perawatan fasilitas utama dan penunjang, WTP-Dumai dibantu oleh kontraktor- kontraktor. Bentuk pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan WTP-Dumai dan karyawan kontraktor secara umum dapat dibagi dua, yaitu : 1. Kegiatan preventive , berupa kegiatan yang sifatnya pencegahan kerusakan atau kecelakaan, perawatan, pemeliharaan, atau penjagaan mutu pengolahan dan penyaluran air minum. Bentuk kegiatan ini misalnya : a. Mengambil, memeriksa contoh air dari kolam pengumpul air cadangan, air bersih, perumahan, pelabuhan, daerah industri dan kolam renang untuk keperluan analisa. Universitas Sumatera Utara 66 b. Mem-flush fire hydrant hingga air keluar sampai bersih di area perumahan, industri dan pelabuhan sesuai dengan hasil Laboratory Test terhadap sampel air yang telah mengalami proses treating . c. Menguras, membersihkan kolam basin, tangki obat, pump house,membran serta tangki penyimpanan air bersih secara berkala atau sesuai permintaan. d. Mengangkat bahan kimia ke gudang, membuang ampas bahan kimia, mencatat penggunaan bahan kimia. e. Dan sebagainya. 2. Kegiatan Corrective, berupa kegiatan yang sifatnya perbaikan terhadap kerusakan atau pembersihan terhadap hal-hal yang dapat mengganggu kelancaran produksi air minum atau pendistribusian air minum. Bentuk kegiatan ini antara lain : a. Memeriksa, memelihara, memperbaiki kerusakan kecil, membersihkan alat-alat dan fasilitas pompa, motor, tangki, filter dan lain-lain sesuai dengan permintaan perusahaan. b. Membuang dan mengeluarkan seranggan-serangga dan kotoran lainnya, membersihkan lantai, dinding, tembok, beton dalam kolam renang. c. Dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 67 Selain kedua kegiatan umum diatas, kontraktor juga melakukan kegiatan monitoring, pengecekan beberapa parameter air dilakukan di laboratorium, menentukan dosis bahan kimia, menyediakan jasa operator dan sebagainya. Bentuk pekerjaan dan penentuan frekuensi pekerjaan yang harus dilakukan, ditentukan dari hasil tender antara WTP Dumai dengan pihak calon kontraktor.dengan adanya sistem ini, diharapkan akan menguntungkan kedua belah pihak.

III. 4. 2. Produksi WTP-Dumai

PT. CPI menyediakan air bersih untuk kebutuhan air minum. Pada tahun 1958 PT. CPI membangun sebuah WTP untuk daerah operasional distrik Dumai, Water Treatment Plant WTP Dumai dibangun dengan kapasitas 350.000 gallon per hari GPD. WTP diharapkan mampu memenuhi kebutuhan air bersih untuk daerah industri, pelabuhan, perkantoran, Messhall, perumahan di daerah operasi Dumai dan sekitarnya, serta kebutuhan lainnya RCM2 analyses for : WTP Sewage System at Duri, Dumai, Bangko Libo RCM OC INFO WS WTP, 8 september 2008 page 2 of 7. Jumlah bangunan-bangunan yang berada di kompleks PT. CPI distrik Dumai, yang disuplai air bersih adalah :  Rumah  Kantor  Sekolah Universitas Sumatera Utara 68  Mesjid  Gedung Olahraga  Rumah makan  Perpustakaan  Dll Sumber air Air baku sumber air yang digunakan oleh WTP-Dumai berasal dari dua sumber, yaitu : Sungai Dumai dan sumur dalam Water Well yang berjumlah sebanyak 2 unit. Air baku tersebut ditambah dengan air hujan akan di tampung pada reservoir tank yang memiliki kapasitas tampungan sebesar 20.000 Barrel. Air dari dua buah unit Water Well merupakan air baku dengan kuantitas terbesar dalam penggunaannya, sedangkan sumber baku lainnya yang berupa raw water dari Sungai Dumai memiliki kuantitas yang lebih kecil. Air baku yang bersumber dari sumur water well sendiri dalam proses pengolahannya diproses dengan cara yang berbeda dengan sumber air baku Raw Water yang berasal dari Sungai Dumai. Untuk Water Well sendiri prosesnya disebut dengan sistem Reverse Osmosis RO. Kualitas air baku akan menentukan kualitas effluent dari pengolahan air minum. Air Sungai Dumai memiliki warna kecoklatan karena mengandung Tanin dan Lignin asam humus. Proses Pengolahan Air Minum Pada Water Treatment Plant Proses pengolahan air di WTP Dumai menggunakan dua cara, yaitu : Universitas Sumatera Utara 69 1 Cara konvensional Proses pengolahan air baku menggunakan proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi. Alur proses pengolahan air pada WTP Dumai secara konvensional dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 3.2 Diagram Alir Proses pengolahan Air Secara Konvensional. Berikut ini adalah fungsi masing-masing alat pengolahan secara konvensional pada WTP Dumai : 1. ClarifierReactivator tank berfungsi sebagai tempat terjadinya proses Universitas Sumatera Utara 70 koagulasi, flokulasi dan Sedimentasi. 2. Chemical Storage Tank and Pump , untuk menyimpan bahan kimia Lime Bulk Storage untuk menyimpan cairan Hydrated Lime, Alum Bulk Storage untuk menyimpan cairan Alumunium Sulfate, polymer Feed Tank untuk menyimpan Polymer, Sodium Hypochlorite Tank untuk menyimpan Sodium Hypochlorite. Dari masing-masing Storage Tank digunakan pompa diafram untuk memompakan Chemical ke unit instalasi. 3. Static Mixer , Static mixer adalah suatu alat untuk menghasilkan aliran turbulensi yang akan mengoptimalkan pencampuran bahan chemical Lime, Alum, dan Polimer dengan raw water . Static mixer dipasang pada pipa 6‖ yang kemudian dihubungkan dengan inlet clarifier tank . Dumai WTP mempunyai 2 static mixer, static mixer pertama digunakan untuk pencampuran Lime dengan raw water yang diinjeksikan melalui injection point di inlet -nya. Campuran ini kemudian masuk ke static mixer kedua. Sebelum campuran ini masuk diinjeksikan Alum, artinya static mixer kedua digunakan untuk pencampuran lime dan alum dengan raw water . Campuran terakhir ini kemudian akan masuk ke clarifier tank tetapi sebelumnya akan diinjeksikan polimer melalui injection point di dekat output static mixer kedua. 4. Settling Basin 1 , merupakan tempat penampungan air dari clarifier reactivator . Di tempat ini masih berlangsung proses sedimentasi flok-flok ringan yang belum terendapkan di clarifier tank . Pada kondisi panas, flok-flok tersebut cendrung naik ke permukaan terapung sehingga Universitas Sumatera Utara 71 harus dibersihkan dengan menggunakan tangguk dan disalurkan melalui slan g plastik 2‖. Pembersihan settling basin dilakukan setiap hari dan sesuai dengan SOP Standard Operational Procedure. 5. Circulation Pump, berfungsi untuk memompakan air dari settling basin 1 ke settling basin 2 . Dumai WTP mempunyai 2 dua unit circulation pump masing-masing berkapasitas 200 GPM dan 400 GPM. Dua unit pompa ini hanya satu yang beroperasi sedangkan yang lainnya sebagai cadangan. Pompa sirkulasi ini suatu saat juga digunakan untuk memompakan air ke distribusi ketika booster pump dalam perbaikan atau tidak berfungsi. 6. Settling basin 2 merupakan tempat penampungan dan proses pengendapan air yang terakhir. Kondisi air di settling basin 2 jauh lebih jernih dibanding dari settling basin 1 . Selanjutnya settling basin 2 melalui pipa besi 10 dihubungkan ke booster pump untuk dipompakan ke filter unit dan selanjutnya ke distribution line . 7. Desinfectant injection point, merupakan tempat penginjeksian cairan kaporit untuk proses desinfektan. Injection point dipasang pada pipa 10‖ antara settling basin 2 dan booster pump . Kaporit terlebih dahulu dilarutkan di dalam mixer tank dan kemudian didiamkan selama kurang lebih 12 jam. Larutan kaporit ditransfer ke chemical storage tank kemudian injeksikan melalui injection point dengan menggunakan chemical pump . Konsentrasi free clorine pada finish sample distribusi diatur pada range 1.6 —1.9 ppm sehingga diharapkan free chlorine di perumahan dapat mencapai pada range 0,3 —1.0 ppm. Universitas Sumatera Utara 72 8. Booster pump berfungsi memompakan air dari settling basin 2 ke filter unit . Jenis yang dipergunakan adalah centrifugal pump dan berjumlah 4 unit dengan kapasitas pemompaan dapat mencapai 25.000 gallon per menit. Setiap hari beroperasi satu unit dan 3 unit lainnya stand by . 9. Multimedia Filter , terdiri dari 3 buah unit, berjenis filter tertutup dan disusun secara paralel. Media filter yang digunakan hanya silica sand. Pada dasar filter dipasang strainer screen liner 2‖ berfungsi untuk menahan silica sand tidak lolos selama proses filtration maupun backwash . Air melalui service outlet akan keluar ke diatomite tank berdasarkan tekanan dari booster pump . 10. Diatomite Tank, terdiri dari 3 buah unit, bertujuan untuk menyaring sisa-sisa partikel yang lolos dari Multimedia Filter. 11. Storage Tank, untuk menampung air bersih yang telah diproses di filter unit Multimedia Filter dan Diatomite Filter . Ada dua buah unit storage tank :  WTP Storage Tank berkapasitas 6800 bbl. Berfungsi untuk cadangan dan supply air untuk backwash filter . Storage tank ini mempunyai over flow yang dihubungkan ke settling basin 1 dengan p ipa 6‖. Fungsi dari over flow tersebut adalah untuk membuang kelebihan air di storage tank .  Bukit Jin Storage Tank berkapasitas 2000 bbl. Dilengkapi dengan dua unit centrifugal pump masing-masing berkapasitas 56 cph cubic per hour. Air dari storage tank ini baru dipakai apabila terjadi power shut off listirk mati di Dumai WTP. Universitas Sumatera Utara 73 2 Cara Reverse Osmosis RO Proses pengolahan air dengan memanfaatkan prinsip reverse osmosis. Cara reverse osmosis ini menggunakan air baku yang berasal dari water well sumur dalam. Water Well ini berjarak kurang lebih 200 meter dari WTP Dumai. Jenis pompa yang digunakan adalah submergible pump yang langsung dihubungkan dengan unit Carbon Filter di area WTP Dumai melalui pipa berukuran 4 inchi. Gambar 3.3 Diagram Alir Proses pengolahan Air Secara Reverse Osmosis. Air baku dari water well ini memiliki Total Dissolved Solid TDS yang tinggi sehingga tidak bisa diproses secara konvensional. Kondisi air dari water well memiliki karakteristik sebagai berikut :  Salinity : 200 – 214 mgl Universitas Sumatera Utara 74  Temperatur : 50 celcius  pH : 8.5  Bicarbonate : 508 – 540 mgl  Conductivity : 2000 Unit instalasi pengolahan air cara konvensional sangat berbeda dengan cara Reverse Osmosis. Hal ini dikarenakan air baku yang berasal dari sumur dalam Water Well memiliki suhu yang cukup tinggi sehingga dibutuhkan penanganan khusus dalam pengolahannya. Berikut ini adalah fungsi dari tiap-tiap unit instalasai pengolahan air minum dengan cara Reverse Osmosis pada WTP Dumai : 1 Carbon Filter Berfungsi menyaring kotoran-kotoran lumpur dan menghilangkan bau dari water well. Pada carbon filter ini air baku di injeksi menggunakan desinfectant dan acid sebelum menuju ke unit pengolahan berikutnya, yaitu degassifier unit . 2 Degassifier Unit. Alat ini berfungsi untuk menghilangkan gas yang berasal dari water well dan menurunkan temperatur air. Degassed pump akan memompakan air dari degassifier unit ke softener unit, sebelum memasuki softener unit akan di injeksi terlebih dahulu menggunakan sodium bisulfide NaHSO 3 . Sodium Bisulfide berfungsi untuk menghilangkan sisa- sisa kaporit yang di injeksikan sebelumnya. 3 Softener Unit Softener merupakan fasilitas yang berfungsi menghilangkan hardness air mengandung ion Ca danatau Mg pada air dengan menggunakan media resin. Proses tersebut dikenal dengan nama softening . Kesadahan atau hardness adalah satu dari Universitas Sumatera Utara 75 beberapa sifat kimia yang dimiliki air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca danatau Mg. Pada proses softening terjadi pertukaran ion ion exchange secara kimia antara Na+ pada resin dengan Ca 2+ atau Mg 2+ yang terlarut dalam air. Apabila resin sudah jenuh mengikat Ca 2+ atau Mg 2+ maka dilakukan proses regenerate untuk mengembalikan fungsi resin pada kondisi optimalnya dengan menggunakan larutan garam NaCL. 4 Pre-Filter dan High Pressure Pump Pre-filter merupakan alat penyaring partikel-partikel dalam air yang berukuran di atas 5 mikron. Pre-filter dipasang sebelum high presure pump RO unit atau sesudah Softener unit . 5 Reverse Osmosis Unit High pressure pump akan memompakan air menuju Reverse Osmosis unit . Pengolahan air baku dengan cara Reverse Osmosis RO adalah suatu proses pengolahan air yang menggunakan semipermeable membrane . Cara RO banyak diaplikasi untuk air baku yang memiliki kadar Total Dissolve Solids TDS tinggi, misalnya air laut. Osmosis adalah perpindahan air melalui semipermeable membrane dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut tapi tidak oleh zat terlarut. Osmosis merupakan suatu fenomena alami tapi dapat dihambat dengan meningkatkan tekanan pada bagian yang berkonsentrasi pekat. Tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran semipermeabel dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan Universitas Sumatera Utara 76 osmotik osmosis pressure . Reverse osmosis adalah sebuah proses pemaksaan sebuah pelarut air dari larutan konsentrasi tinggi air garam melalui sebuah membran semipermiabel ke larutan konsentrasi rendah dengan menggunakan tekanan dari pompa yang melebihi tekanan osmotik. Proses pengolahan yang terjadi di WTP Dumai secara keseluruhan cara konvensional dan Reverse Osmosis dapat dilihat pada gambar III.4. WTP diharapkan mampu memenuhi syarat-syarat untuk air minum air bersih yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Untuk itu diperlukan pengontrolan terhadap kualitas air baku, air olahan serta effluent. Pengontrolan itu dilakukan oleh laboratorium yang dimiliki WTP-Dumai. Pemantauan dilakukan setiap hari pada jam-jam tertentu, meliputi parameter pH, kekeruhan, warna dan sisa klor. Universitas Sumatera Utara 77 Kontrol Kualitas Quality Control WTP dalam pengoperasiannya dilakukan oleh pegawai PT. CPI dan dibantu oleh beberapa kontraktor. Hasil treatment setiap unit selalu di uji secara terus menerus setiap hari selama 24 jam. Pengujian yang rutin dilakukan di WTP Operator Lab adalah :  Tes pH  Uji warna  Uji kekeruhan  Free chlorine test Pengujian dilakukanoleh tim TS Laboratory milik PT. CPI. Kualitas dan Kuantitas Produksi Air baku yang diolah WTP Dumai adalah berjumlah sekitar 150.000 GPD hingga 350.000 GPD. Air ini akan didistribusikan ke Dumai Camp Housing, daerah industri dan daerah pelabuhan untuk keperluan konsumsi penghuni Camp serta penunjang kegiatan produksi. Pada saat musim kemarau kuantitas produksi tidak sebaik pada musim lainnya. Parameter kualiatas air yang masuk dalam pengawasan PT. CPI untuk air yang telah mengalami proses treating ada sekitar 31 parameter. Akan tetapi hanya beberapa parameter yang bisa dikontrol atau dikurangi. Adapun parameter tersebut adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 78 Tabel 3.1 Parameter Kualitas Air Bersih. Qualty Parameter Standards E-Coli bacteria Zero growth Chlorine level 0,3 – 1,0 ppm pH level 6,5 – 8,5 Color – 15 Pt Co Turbidity – 5 NTU Sumber : RCM2 analyses for : WTP Sewage System at Duri, Dumai, Bangko Libo RCM OC INFO WS WTP, 8 september 2008 page 2 of 7. Berdasarkan hasil pengujian di Laboratorium, kualitas air hasil produksi sudah cukup baik. Parameter air yang diproduksi dapat di lihat pada tabel II. 1. : Contoh hasil pengujian Lab WTP Operator pada tanggal Tgl 11-04-2011 Tabel 3.2 Contoh Hasil Pengujian Lab Chlorine ppm pH Turbidity NTU Color Pt Co 1,86 8,30 0,37 1,00 Sumber : Morning Report WTP PT. CPI Distrik Dumai. Setiap hari kualitas air produksi selalu dijaga mendekati parameter-parameter uji sederhana seperti di atas. Distribusi Air yang telah di distribusi akan didistribusikan kepada konsumen melalui sebuah sistem distribusi. Air dari WTP dialirkan kepada konsumen menggunakan sistem pemompaan dengan tangki penyimpanan. Sistem ini sangat baik dan cocok diterapkan untuk Dumai Housing Camp. Hal ini dikarenakan profil muka tanah Universitas Sumatera Utara 79 Dumai Housing Camp yang cenderung berbukit, akan tidak menguntungkan jika menggunakan sistem pengaliran secara gravitasi. Sistem pemompaan dengan penyimpanan Storage Tank ini memungkinkan air dapat dipompa hingga titik yang terjauh dengan debit dan pressure yang tetap terjaga. Penggunaan Storage Tank juga akan dapat digunakan untuk meyimpan kelebihan produksi air bersih. Storage Tank juga dapat digunakan sebagai cadangan air jika produksi terhenti atau karena adanya pemadaman listrik. Saat ini sistem distribusi air Dumai Housing Camp memiliki 1 unit storage tank dengan karakteristik sebagai berikut :  Diameter : 8 m  Tinggi : 4,572 m  Kapasitas : 2000 Barrels Bentuk Jaringan Sistem Distribusi Bentuk jaringan distribusi pada Dumai Camp adalah bentuk campuran, dengan terdapatnya bentuk sistem cabang atau branch dengan titik mati dan sistem loop atau gridiron yang memungkinkan aliran mengalir dari dua arah. Berdasarkan peta jaringan distribusi air bersih pada Dumai Camp dapat diketahui bahwa sistem branch ditemukan pada titik tertentu pada area Dumai Camp, sedangkan sistem loop atau gridiron ditemukan hampir diseluruh jaringan. Jadi secara umum sistem jaringan distribusi yang digunakan di Dumai Housing Camp adalah sistem gridiron. Universitas Sumatera Utara 80 Gambar 3.4 Peta Distribusi Air Minum di Area Dumai Camp. Penggunaan Air Oleh Konsumen Air hasil produksi WTP digunakan untuk berbagai kepentingan. Air dikonsumsi di perumahan, perkantoran, perbengkelan shop, rumah sakit, wisma, sekolah, masjid dan sebagainya. Setiap harinya WTP Dumai dapat mengolah sekitar 150.000 hingga 350.000 US Gallon air baku setiap hari. Saat ini tidak dilakukan pengukuran atau metering terhadap konsumsi air oleh konsumen. Hal ini disebabkan karena air yang diproduksi oleh WTP bersifat sebagai fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang tinggal di perumahan Dumai Camp dan sebagai Universitas Sumatera Utara 81 penunjang aktifitas produksi di dalam Dumai Camp. Tidak dilakukannya pengukuran menyebabkan sulitnya melakukan estimasi penggunaan air oleh konsumen. Hal ini juga menyulitkan dalam menentukan angka yang pasti dalam water base demand dalam simulasi yang akan dilakukan dalam EPANET 2.0. untuk mendapatkan angka konsumsi air pada penghuni Dumai Camp, akan digunakan estimasi penggunaan air. Tidak dilakukannya pengukuran pemakaian air menyebabkan pengguna akan menggunakan air secara berlebihan dan cenderung boros. Kuantitas dan kualitas air yang samapai ke konsumen Air sampai ke konsumen dengan jumlah, pressure dan kualitas yang baik. Pengguna dapat menggunakan air dengan bebas. Air yang diproduksi oleh WTP pada dasarnya sudah dapat langsung diminum. Pengontrolan terhadap kualitas air selalu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk menjamin agar kualitas air selalu terjaga. Fire Hydrant di Flushing apabila setelah dilakukan sampling pada beberapa titik didapat kualitas air yang menurun. Hal ini dilakukan untuk membuang kotoran yang mungkin mengendap di dalam pipa. Flushing terhadap Fire Hydrant perlu dilakukan untuk menjamin aliran air dalam sistem tetap berjalan baik. Hal ini juga dilakukan untuk melihat keadaan Fire Hydrant apakah masih cukup baik atau untuk digunakan apabila terjadi kebakaran. Perawatan dan Pemeliharaan Jaringan Setiap sistem yang baik memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang baik. Maintenance dilakukan oleh bagian Plumbing Sewage WTP Dumai. Pengguna yang mengalami gangguan dengan penyluran air bersih dapat mengadukan masalah Universitas Sumatera Utara 82 yang mereka alami ke pihak WTP melalui telepon atau e-mail ke pihak WTP. Setiap pengaduan akan segera ditanganin oleh bagian Plumbing Sewage. Bagian ini juga dibantu oleh beberapa kontraktor dalam melaksanakan tugasnya. Untuk setiap pengaduan biasanya akan ditangani sesuai dengan pengaduan yang dilaporkan. Masalah biasanya dapat diseleseaikan dalam waktu kurang dari dua hari. Pihak WTP juga bersifat proaktif dalam mengawasi penggunaan air. Ada petugas yang melakukan patroli untuk melihat apakah ada kebocoran atau ada keran air yang terbuka secara sia-sia di kompleks perumahan. III.4.3. Kualitas Air WTP-Dumai Pada dasarnya kualitas air yang telah diolah pada Water Treating Plant Dumai sudah cukup baik. Hal ini dikarenakan proses pengolahan yang terjadi pada WTP-Dumai telah mengalami pengujian pada laboratorium milik PT.Chevron Pacific Indonesia sebelum didistribusikan kepada konsumennya. Akan tetapi menurut penulis kadar pH air sebesar 8,30 yang telah diproses pada WTP-Dumai dan telah mengalami uji laboratorium masih terlalu tinggi dan mendekati ambang batas maksimum dari parameter kualitas air yang di izinkan yaitu sebesar 8,50. Oleh karena itu menurut penulis sebaiknya dilakukan penanganan lebih lanjut agar kadar pH air tersebut dapat diturunkan. Universitas Sumatera Utara 83 Data Hitung Kebutuhan Air Tiap Jenis Pelanggan Ketersediaan Air Evaluasi Hasil Pemodelan dengan metode Hardy Cross dengan mengambil sampel loop dalam jaringan perpipaan Kesimpulan Saran Hitung Jumlah Tiap Jenis Pelanggan Analisa dengan cara pemodelan menggunakan Software EPANET 2.0 Mulai

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN