36
II.10. Permodelan dengan software EPANET 2.0
EPANET 2.0 adalah program komputer yang dapat menampilkan simulasi hidrolis dan kualitas air pada jaringan pipa bertekanan. Jaringan tersebut terdiri dari
pipa, node atau junction pipa, pompa, valve, tengki penampungan atau reservoir. Epanet dapat mengidentifikasi aliran air dalam setiap pipa, tekanan pada
setiap node, ketinggian air pada tangki, dan konsentrasi senyawa kimia dalam jaringan selama periode simulasi.
Epanet didesain untuk membantu analisis sistem distribusi air minum, sehingga dapat digunakan untuk hal-hal berikut ini :
1. Pemilihan sumber pada sistem.
2. Pemilhan pompa beserta jadwal kerjanya.
3. Penentuan treatment tambahan, misalnya re-chlorinisasi.
4. Penentuan pipa yang perlu ditambahkan atau diganti.
Hasil analisis running EPANET dapat berupa peta jaringan dengan kode warna, tabel, grafik time-series, kontur plot dan lain-lain.
II.10.1. Permodelan Hidrolik
Kemampuan permodelan hidrolik EPANET adalah sebagai berikut : 1.
Jaringan seluas mungkin, tanpa batasan-batasan tertentu. 2.
Menghitung friction headloss, dengan menggunakan persamaan Hazen- Williams, Darcy
– Weisbach atau Chezzy – Manning.
Universitas Sumatera Utara
37
3. Menghitung minor losses untuk bend, fitting, dll.
4. Menghitung biaya dan energi pompa.
5. Memodelkan berbagai jenis valve.
6. Memungkinkan tangki penampungan dengan segala bentuk.
7. Memperhitungkan berbagai kategori demand pada setiap node dengan pattern
dan variasi waktu masing-masing. 8.
Memodelkan berbagai emitter. 9.
Dapat beroperasi pada sistem yang kompleks dengan berbagai batasan.
II.10.2. Langkah-Langkah Menggunakan EPANET 2.0
Langakah-langkah untuk mulai bekerja menggunakan EPANET 2.0 adalah sebagai berikut :
1. Gambarkan jaringan sistem distribusi yang akan dianalisa, atau import data
dasar dari jaringan yang tersimpan dalam text file.
Gambar 2.6 Jaringan sistem distribusi yang akan dianalisa.
Universitas Sumatera Utara
38
2. Edit properties dari objek yang membentuk sistem.
3. Gambarkan sistem operasi.
4. Pilih dan atur analisis option.
Gambar 2.7 Pengaturan Hydraulic Option pada Epanet 2.0
5. Run analisis hidrolik.
6. Lihat hasil analisis.
II.10.3. Model Jaringan EPANET
Komponen-komponen fisik EPANET memodelkan sistem distibusi air sebagai kumpulan garis yang
menghubungkan node-node. Garis tersebut menggambarkan pipa, pompa dan katub kontrol. Node menggambarkan sambungan, tangki, dan reservoir. Gambar 2.6
Universitas Sumatera Utara
39
mengilustrsikan bagaimana node-node dan garis dapat dihubungkan satu dengan lainnya untuk membentuk jaringan, seperti terlihat pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 Hubungan Antar Komponen Fisik Dalam EPANET 2.0
Komponen-komponen fisik dalam pemodelan sistem distribusi air dengan EPANET antara lain :
1. Sambungan junction
Sambungan junction adalah titik pada jaringan dimana link-link bertemu dan dimana air memasuki atau meninggalkan jaringan. Input dasar yang
dibutuhkan bagi sambungan junction adalah:
Elevasi pada semua referensi biasanya rata-rata muka air laut
Kebutuhan air
Kualitas air saat ini Hasil komputasi buat sambungan junction pada seluruh periode waktu
simulasi adalah :
Head Hidrolis energi internal per satuan berat dari fluida
Tekanan pressure
Kualitas Air Sambungan junction juga dapat :
Mengandung kebutuhan air demand yang bervariasi terhadap waktu
Universitas Sumatera Utara
40
Memiliki kategori kebutuhan air secara ganda
Memiliki harga kebutuhan negatif yang mengindikasikan air memasuki
jaringan
Menjadi sumber kualitas air dimana terdapat kandungan yang memasuki jaringan
Memiliki lubang pengeluaran atau sprinkler yang menjadikan laju aliran
bergantung kepada pressure. Pada gambar 2.7 dapat dilihat tampilan dari input data pada
software
Epanet 2.0.
Gambar 2.9 Properties Editor untuk input data pada Junction
2. Reservoir
Reservoir adalah node yang menggambarkan sumber eksternal yang terus menerus mengalir ke jaringan. Digunakan untuk menggambarkan seperti
danau, sungai, akuifer air tanah, dan koneksi dari sistem lain. Reservoar juga dijadikan titik sumber kualitas air.
Input utama untuk reservoar adalah head hidrolis sebanding
Universitas Sumatera Utara
41
dengan elevasi permukaan air jika bukan reservoar bertekanan dan inisial kualitas air untuk analisa kualitas air. Karena sebuah reservoar adalah sebagai
poin pembatas dalam jaringan, tekanan dan kualitas airnya tidak dapat dipengaruhi oleh apa yang terjadi di dalam jaringan. Namun tekanan dapat
dibuat bervariasi terhadap waktu yang di tandai dengan pola.
Gambar 2.10 Properties editor untuk input data pada Reseervoir.
3. Tangki
Tangki membutuhkan node dengan data kapasitas, dimana volume air yang tersimpan dapat bervariasi berdasar waktu selama semulasi berlangsung.
Input data yang dibutuhkan untuk node tank adalah :
Elevation, Ketinggian permukaan tanah pada titik node Tank berada.
Initial Level, Tinggi muka air pada tank pada saat awal simulasi dilakukan.
Minimum Level, Tinggi muka air minimum yang diizinkan untuk
dapat digunakan pada simulasi.
Universitas Sumatera Utara
42
Maximum Level, Tinggi muka air maksimum yang diizinkan untuk
dapat digunakan pada simulasi.
Diameter, Diameter tangki untuk tangki yang berbentuk silindris. Untuk tangki yang berbentuk non silindris penyesuaian bentuk tangki
dapat dilakukan dengan mengatur Minimum Volume, Volume Curve dengan menetukan kurva hubungan volume air pada tank dengan
ketinggian muka air Data lain yang dapat ditambahkan antara lain adalah :
1. Mixing model, menunujukkan tipe atau model pencampuran yang
terjadi didalam tank. Model pencampuran yang dapat digunakan antara lain : fully mixed Mixed, two compartment mixing
2COMP, first-in-first-out plug flow FIFO, last-in-first-out plug flow LIFO. Untuk pemodelan Dumai Camp Housing PT. CPI
digunakan metode pemodelan Mixed. 2.
Reaction Cefficient, merupakan koefisien reaksi untuk reaksi kimia di dalam tank. Satuan yang digunakan adalah lhari. Nilai positif untuk
reaksi pertumnuhan dan nilai negatif untuk reaksi pengurangan atau kehilangan.
3. Initial
Quality dan Source Quality, merupakan input untuk memodelkan parameter kualitas air msalnya konsentrasi Chlorine.
Adapun otput dari node tank adalah net inflow debit netto aliran pada tank, elevation tinggi muka air, pressure tekanan hidrolik air dan Quality
kualitas atau konsentrasi parameter air.
Universitas Sumatera Utara
43
Gambar 2.11 Properties editor untuk input data pada tangki
4. Emitter
Emitter adalah junction untuk memodelkan aliran melalui nozzle atau orrifice yang ter-discharge ke atmosfer. Emitter biasa digunakan untuk
memodelkan aliran melalui sistem sprinkler dan jaringan irigasi. Bisa juga digunakan untuk simulasi kebocoran pada pipa. Epanet membaca emitter
sebagai property dari junction, bukan sebagai komponen jaringan tersendiri. 5.
Pipes Pipes atau pipa adalah link yang digunakan untuk mengalirkan air dari
suatu node ke node yang lainnya pada suatu sistem jaringan perpipaan. Epanet akan mengasumsikan bahwa pipa akan selalu terisi penuh. Arah aliran
adalah dari titik yang memiliki head hidrolik lebih besar menuju titik yang lebih kecil head hidroliknya. Input data utama yang perlu diisikan, adalah :
1 Start node, merupakan titik awal atau pangkal pipa.
2 End node, merupakan titik akhir pipa atau ujung pipa.
3 Length, merupakan panjang pipa dalam meter atau feet.
Universitas Sumatera Utara
44
4 Diameter, merupakan diameter atau garis tengah pipa. Satuan yang
digunakan adalah inchi atau milimeter. 5
Roughness, koefisien kekasaran pipa untuk menghitung head loss. Input data lain yang dapat ditambahkan sebagai pelengkap adalah :
1 Loss coefficient, koefisien untuk menghitung minor losses karena
perlengkapan pipa seperti valve, bends, elbow dan sebagainya. 2
Initial status, status alitan air dalam pipa. Misalnya : open aliran dua arah, closed tertutup, dan CV atau check valve aliran satu arah.
3 Bulk and Wall Coefficient, koefisien reaksi yang terjadi dalam pipa.
Biasanya diterapkan untuk aliran yang memiliki parameter kualitas air, seperti konsentrasi Chlorine.
Data output dari junction pipa adalah : 1
Flow debit aliran 2
Velocity kecepatan aliran 3
Unit head loss head loss aliran dalam pipa 4
Friction facrot darcy-weisbach 5
Reaction rate 6
Quality, kualitas parameter didalam aliran seperti konsentrasi chlorine. 7
Status, status atau keadaan aliran dalam pipa.
Universitas Sumatera Utara
45
Gambar 2.12 Properties editor untuk input data pada pipa
Kehilangan tekanan head loss akibat gesekan air dengan dinding pipa dapat dihitung menggunakan persamaan Hazen Williams, Darcy-Weisbach
atau Chezzy-Manning. Formula Hazen-Williams banyak digunakan di Amerika Serikat. Persamaan ini dapat diterapkan untuk air dengan aliran
turbulen. Secara teoritis, persamaan Darcy-Weisbach adalah yang teerbaik. Persamaan ini dapat diterapkan untuk cairan lain, selain air. Persamaan
Chezzy-Manning banyak digunakan untuk aliran pada saluran terbuka. Koefisien resistensi dan nilai eksponensial flow untuk masing-masing
persamaan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut ini :
Persamaan Chezzy-Manning
533 2
2
66 ,
4 D
LQ n
HL
Dimana : HL = head loss dalam feet
Q = debit aliran dalam cfs
Universitas Sumatera Utara
46
L = panjang pipa dalam feet D = diameter pipa dalam feet
n = koefisien kekasaran Manning.
Persamaan Darcy-Weisbach
Menurut Kodoatie, Robert J 2002, nilai H
f
adalah:
g d
Lv f
H
f
2
2
Dimana : H
f
= head loss satuan panjang g
= percepatan gravitasi L
= panjang pipa satuan panjang d
= diameter pipa satuan panjang v
= kecepatan aliran satuan panjangsatuan waktu f
= faktor gesekan tanpa satuan
Persamaan Hazen-Williams
871 ,
4 852
, 1
852 ,
1
727 ,
4 D
C LQ
HL
Dimana : HL
= headloss dalam feet Q
= debit aliran dalam cfs L
= panjang pipa dalam feet D
= diameter pipa dalam feet C
= koefisien kekasaran faktor Hazen-Williams
Universitas Sumatera Utara
47
Setiap persamaan memiliki koefisien kekasaran masing-masing. Koefisien kekasaran untuk berbagai jenis pipa berdasarkan umur materialnya
dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 2.4 Koefisien Kekasaran Untuk Berbagai Jenis Pipa.
Material Hazen-Williams
C unitless Darcy-Weisbach
e milifeet Manning‘s
n unitless Cast iron
130-140 0.85
0.012-0.015 Concrete or concrete lined
120-140 1.0-10
0.012-0.017 Galvanized iron
120 0.5
0.015-0.017 Plastic
140-150 0.005
0.011-0.015 Steel
140-150 0.15
0.015-0.017 Vitrified clay
110 0.013-0.015
Sumber : Manual User Software EPANET 2.0
Minor Losses
Minor Head Losses, disebut juga local losses, atau dalam EPANET 2.0 sebagai loss coefficient, disebabkan oleh kehilangan tekanan pada pipa karena
perlengkapan perpipaan seperti belokan-belokan, valve dan berbagai fitting lainnya. EPANET 2.0 akan menghitung minor losses dengan cara menambahkan data
koefisien minor losses pada pipa. Minor losses sebanding dengan kecepatan air yang melewati pipa atau valve V
2
2g. Nilai koefisien minor losses untuk beberapa tipe fitting EPANET 2.0 dapat dilihat dalam tabel 2.5 berikut :
Universitas Sumatera Utara
48
Tabel 2.5 Nilai koefisien minor losses untuk beberapa tipe fitting EPANET 2.0
Fitting Loss Coefficient
Globe vale, fully open 10
Angle valve, fully open 5
Swing check valve, fully open 2.5
Gate valve, fully open 0.2
Short radius elbow 0.9
Medium radius elbow 0.8
Long radius elbow 0.6
45 degree elbow 0.4
Closed return elbow 2.2
Standard tee – flow through run
0.6 Standard tee
– flow through branch 1.8
Square entrance 0.5
Exit 1
Sumber : Manual User Software EPANET 2.0 6.
Pumps Pumps atau Pompa adalah link yang memberi tenaga ke fluida untuk
menaikkan head hidrolisnya. Input parameternya adalah node awal dan akhir, dan kurva pompa kombinasi dari head dan aliran dimana pompa harus
memproduksinya. Sebagai
pengganti kurva
pompa, pompa
dapat direpresentasikan sebagai pompa yang memiliki energi konstan, mensuplai
konstan energi horsepower atau kilowatt kepada fluida untuk seluruh kombinasi dari aliran dan head.
Universitas Sumatera Utara
49
Parameter output yang prinsip adalah aliran dan pencapaian head. Aliran melalui pompa adalah langsung dan EPANET tidak akan membolehkan
pompa untuk beroperasi diluar range dari kurva pompa.
Gambar 2.13 Properties editor untuk input data pada pompa
Pompa dengan kecepatan variabel dapat juga mengikuti pengaturan kecepatan, dan dapat diubah pada kondisi yang sama. Didefinisikan kurva
pompa asli pengaturan kecepatan relatif adalah 1. Jika kecepatan pompa ganda, pengaturannya haruslah 2; jika berjalan dengan kecepatan setengahnya,
pengaturan relatif adalah 0,5 dan begitulah seterusnya. Mengubah kecepatan pompa dan posisi serta bentuk dari pompa kurva lihat bagian dari Pump Curve
dibawah Seprti halnya pipa, pompa dapat diatur hidup dan mati dalam pengaturan waktu atau dalam kondisi yang pasti muncul dalam jaringan.
Operasional pompa dapat juga dijelaskan dengan menetapkannya dalam pola waktu atau relatif terhadap pengaturan kecepatan. EPANET dapat juga
menghitung konsumsi energi dan biaya pompa. Setiap pompa dapat ditetapkan dengan kurva efisiensi dan skedul harga energi. Jika tidak disuplai, maka
pengaturan energi global dapat digunakan.
Universitas Sumatera Utara
50
Aliran melalui pompa adalah tidak langsung. Jika pengkondisian sistem membutuhkan lebih banyak head daripada yang dihasilkan pompa,
EPANET mematikan pompa. Jika kebutuhannya melebihi meksimum aliran, EPANET mengekstarpolasi kurva pompa kepada aliran yang dibutuhkan, jika
tidak akan menghasilkan head negatif. Dalam kedua kasus pesan peringatan akan muncul.
7. Valves
Valve adalah link yang membatasi pressure atau flow pada nilai tertentu dalam sebuah jaringan. Input yang penting dimasukka adalah :
1 Start dan End node, untuk menentukan orientasi arah aliran air dalam
pipa. 2
Diameter valve 3
Tipe valve 4
Setting valve Input lainnya adalah loss coefficient. Output link valve adalah flow
rate, velocity, headloss, quality dan status link. Berbagai tipe link valve dalam EPANET 2.0 adalah :
1 Pressure Reducing Valve PRV
2 Pressure Sustaining Valve PSV
3 Pressure Breaker Valve PBV
4 Flow Control Valve FCV
5 Throttle Control Valve TCV
6 General Purpose Valve GPV
Universitas Sumatera Utara
51
PSV dan PRV digunakan untuk membatasi pressure hingga nilai tertentu dalam suatu jaringan pipa. EPANET mengatur PRV dan PSV pada tiga
kondisi yang berbeda, yaitu : terbuka sebagian, terbuka seluruhnya dan tertutup. PBV menentukan pressure loss tertentu yang melalui valve. Aliran
yang melalui valve bisa dua arah. PBV dapat digunakan untuk simulasi jaringan distribusi, dimana penurunan yang terjadi diketahui. FCV akan
membatasi flow yang lewat pada link. EPANET 2.0 akan memberikan warning message apabila flow yang terjadi tidak dapat dipertahankan tanpa menambah
head pada valve. TCV mensimulasikan valve yang tertutup sebagian dengan
menyesuaikan minor headloss pada valve. Hubungan antara derajat tutupan valve dengan koefisien headloss yang terjadi dapat diperoleh dari produsen
pembuat valve. GPV mewakili link dimana pola hubungan flow dengan headloss yang terjadi tidak mengikuti formula standar. Biasa digunakan untuk
memodelkan turbin atau sumur draw down. Shut off valve atau gate valve dan non-return valve atau check valve
bukan merupakan bagian dari link valve tersendiri, melainkan merupakan property dari pipa. Untuk gate valve dapat diatur dengan menentukan loss
coefficient-nya.
Universitas Sumatera Utara
52 Komponen-komponen non-fisik
EPANET 2.0 memiliki 3 objek informasi yang menggambarkan aspek operasional dari sistem distribusi, yaitu : Pattern, Curve dan Control.
1 Pattern
Pattern adalah gabungan dari beberapa pola faktor pengali yang dapat berubah terhadap waktu. Demand tiap node, head reservoir dan jadwal operasi
pompa dapat memiliki time pattern yang diatur khusus untuk masing-masing komponen fisik. Interval waktu pada pattern merupakan variabel utama yang
dapat diset pada time option dalam project. Misalnya, demand pada sebuah node rata-rata 10 GPM, asumsikan interval time pattern diset 4 jam, dan faktor
pengali utnuk demand pada node sebagai berikut :
Tabel 2.6 Penggunaan Pattern Demand pada EPANET 2.0
Period 1
2 3
4 5
6 multiplier 0.5
0.8 1
1.2 0.9
0.7 Sumber : Manual User Software EPANET 2.0
Berarti actual demand selama simulasi adalah sebagai berikut :
Tabel 2.7 Demand Pattern Pada EPANET 2.0
Hour 0-4
4-8 8-12
12-16 16-20
20-24 24-28
Demand 5 8
10 12
9 7
5 Sumber : Manual User Software EPANET 2.0
2 Curve
Curve adalah obyek yang mengandung rangkaian data yang menjelaskan tentang hubungan antara dua besaran. Dua atau lebih obyek dapat
Universitas Sumatera Utara
53
digabungkan dalam sebuah kurva. Model EPANET dapat menyediakan tipe kurva sebagai berikut:
1. Pump Curve
2. Efficiency Curve
3. Volume Curve
4. Headloss Curve
Pump Curve
Kurva Pompa mejelaskan hubungan antara head dan laju aliran yang dapat dialirkan oleh pompa pada pengaturan kecepatan nominal. Head adalah head yang
diperoleh air dari pompa dan digambarkan pada sumbu vertikal Y dengan satuan feet meter Laju Aliran digambarkan pada sumbe Horizontal X dalam unit debit.
Kurva pompa yang valid harus memiliki head yang berkurang dalam pertambahan aliran.
EPANET akan menggunakan bentuk yang berbeda dari kurva pompa, bergantung pada jumlah poin yang dilayani
Single Point Curve,
Sebuah kurva pompa dengan point tunggal didefinisikan dengan kombinasi head-flow tunggal yang menjelaskan titik operasi pompa yang
diharapkan. EPANET menambah dua lagi point pada kurva dengan mengasumsikan head mati pada aliran nol sebanding dengan 133 dari head desain dan aliran
maksimum pada head nol sebanding dengan dua kali flow design. Hal itu menyebabkan muncul kurva dengan tiga titik.
Universitas Sumatera Utara
54
Gambar 2.14 Berbagai Jenis Bentuk Kurva Pompa yang Ada Dalam EPANET 2.0
a.
Three Point Curve,
terbentuk dari tiga titik operasi, yaitu : 1.
Low Flow, merupakan titik pasangan flow dan head pada kondisi flow terendah atau nol.
2. Design Flow, merupakan titik pasangan flow dan head pada kondisi
pengoperasian yang diinginkan. 3.
Maximum Flow, merupakan titik pasangan flow dan head pada kondisi flow maksimum.
EPANET 2.0 akan menghubungkan ketiga titik tersebut sehingga didapatkan sebuah fungsi kurva pompa.
b.
Multi Point Curve,
terbentuk dari titik-titik pasangan nilai head dan flow. EPANET 2.0 membentuk kurva yang lengkap dengan menghubungkan titik-
titik tersebut menggunakan garis lurus. c.
Headloss Curve,
digunakan untuk menggambarkan hubungan headloss sumbu Y dalam feet atau m melalui sebuah General Purpose Valve GPV
sebagai fungsi dari flow rate sumbu X. Kurva ini memiliki kemampuan untuk memodelkan situasi dan hubungan antara headloss dan flow. Kurva ini
digunakan apabila hubungan antara headloss dan flow merupakan hubungan
Universitas Sumatera Utara
55
yang unik dan khusus, seperti pada GPV, reduced flow prevention valves, turbin, dan sumur draw down.
d.
Efficiency Curve,
atau kurva efisiensi menggambarkan efisiensi pompa sebagai fungsi dari flow rate pompa. Kurva ini digunakan untuk menghitung
energi yang dikeluarkan oleh pompa. Apabila kurva ini tidak disuplai, maka digunakan efisiensi global pompa.
Gambar 2.15 Efficiency Curve pada Software EPANET 2.0
e.
Volume Curve,
menggambarkan bagaimana hubungan volume tangki penyimpanan sumbu Y dalam feet
3
atau m
3
yang berubah sebagai fungsi dari tinggi muka air sumbu X dalam feet atau m. Kurva ini digunakan
Gambar 2.16 Volume Curve Pada Software EPANET 2.0
Universitas Sumatera Utara
56
apabila tangki memiliki bentuk nonsilindris. Volume tangki berubah sesuai dengan ketinggian muka air. Tampilan volume tangki dapat dilihat dalam
gambar 3
Control Control adalah pernyataan yang menggambarkan bagaimana kontrol
jaringan beroperasi sepanjang waktu. Kontrol men-spesifikasikan status link- link tertentu sebagai fungsi dari waktu, level air pada tangki atau tekanan pada
point-point tertentu. Terdapat 2 kategori kontrol yang dapat digunakan yaitu : 1.
Simple Control 2.
Rule Based Control
1. Simple Control
Simple Control merubah status atau setting dari link berdasarkan : 1.
Level air pada tangki 2.
Tekanan pada junction 3.
Waktu pada saat simulasi Beberapa pernyataan dalam simple control menggunakan tiga format berikut :
LINK
linkID status
IF NODE
nodeID
ABOVEBELOW
value
LINK
linkID status
AT TIME
time
LINK
linkID status
AT CLOCKTIME
clocktime
AMPM Dengan :
LinkID
= a link ID label
Status =
open or closed, a pump speed setting, or a control valve setting
nodeID =
a node ID label
Universitas Sumatera Utara
57 value
=
a pressure for a junction or a water level for a tank
time =
a time since the start of the simulation in decimal hours or hours:minutes
clocktime =
a 24-hour clock time. Tidak ada batasan jumlah perintah control simulasi simple control ini.
Note : 1
Level Control adalah ketinggian air dari dasar tangki, bukan elevasi total head dari permukaan air.
2 Penggunaan pressure control untuk membuka dan menutup link secara
bersamaan dapat mengakibatkan sistem menjadi tidak stabil. Disarankan untuk menggunakan rule based control untuk mempertahankan stabilitas
sistem.
2. Rule Based Control
Rule Based Control memungkinkan status link dan setting berada pada kondisi terkombinasi yang sering dijumpai dalam sistem.
Contoh 1 : Pengaturan berikut adalah aturan untuk mematikan pompa dan membuka pipa
by-pass ketika level pada tangki melebihi nilai dan akan berlaku sebaliknya ketika level diabawah nilai yang lain
RULE 1 IF TANK 1 LEVEL ABOVE 19.1
THEN PUMP 335 STATUS IS CLOSED AND PIPE 330 STATUS IS OPEN
RULE 2
Universitas Sumatera Utara
58
IF TANK 1 LEVEL BELOW 17.1 THEN PUMP 335 STATUS IS OPEN
AND PIPE 330 STATUS IS CLOSED
Model Simulasi Hidrolik
Model simulasi hidrolik EPANET 2.0 akan menghitung head pada junction dan flow dalam link pada level reservoir, tangki dan water demand yang telah
ditentukan selama periode waktu tertentu. Setiap waktunya level air dalam reservoir dan water demand diperbaharui sesuai dengan adanya time patern. Head dan flow
pada setiap waktu merupakan hasil perhitungan dari persamaan aliran untuk setiap junction. Proses ini dikenal sebagai ―Hydraulic Balancing‖ jaringan menggunakan
teknik iterasi. Untuk memecahkan persamaan nonlinear, EPANET 2.0 menggunakan ―Gradient Algorithm‖.
Universitas Sumatera Utara
59
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
III. 1. Sejarah Umum PT. Chevron Pacific Indonesia
Pada tahun 1924, tim survey eksplorasi yang bernama
Standard Oil Company of California SOCAL
mempelopori berdirinya PT. Caltex Pacific Indonesia yang berlokasi di Sumatera Tengah, dan khususnya di daerah Aceh. Usaha yang dilakukan
oleh tim eksplorasi SOCAL tersebut sempat terhenti karena Indonesia pada waktu itu masih berada dibawah penjajahan Belanda. Akan tetapi, usaha tersebut tidak berhenti
total karena pada bulan Juni 1930 tim tersebut membentuk
Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij
NPPM
.
Pada tahun 1935, NPPM mendapat hak konsensi tanah seluas kurang lebih 600.000 hektar di Sumatera Tengah yang belum banyak
dieksplorasi dan masih di anggap kurang memberikan harapan bagi pemerintah Hindia Belanda. Daerah yang ditawarkan merupakan daerah yang sebenarnya tidak
dikehendaki oleh NPPM itu sendiri. Walaupun bukan merupakan daerah yang dikehendaki oleh NPPM kegiatan eksplorasi tetap akan dijalankan pada daerah
tersebut. Kegiatan eksplorasi yang pertama kalinya dilakukan pada bulan april 1939 di
lapangan Kubu 1. Pada bulan agustus 1940, ditemukan lapangan minyak bumi di Sebanga yang merupakan penemuan ladang minyak pertama di daerah Riau. Pada
bulan November 1940, ditemukan lagi lapangan minyak baru di daerah Rantau Bais dan disusul di daerah Duri pada bulan Maret 1941. Pada tahun 1942, mercu bor siap
Universitas Sumatera Utara